Kompas, 3 November 2008
EFFENDI GAZALI
Teori atau metode komunikasi politik mana yang paling memberi pengaruh dan kejutan menjelang 4 November di Amerika Serikat? Efek Bradley versus Bandwagon, atau iklan 30 menit Obama versus video Khalidi atau video kiriman Osama bin Laden (lagi)?
Sekitar dua pekan lalu, marak dibicarakan Efek Bradley. Tom Bradley, mantan Wali Kota Los Angeles, tahun 1982 maju sebagai calon gubernur California. Dalam berbagai jajak pendapat, kandidat dari Partai Demokrat berkulit hitam ini unggul signifikan.
Namun, fakta menunjukkan hal yang lain. Ia kalah lebih dari 50.000 suara pada kandidat dari Partai Republik berkulit putih George Deukmejian.
Tentu saja pemilihan awal New Hampshire antara Hillary Clinton dan Barack Obama kembali menggairahkan para pengagum Efek Bradley. Saat jajak pendapat mengunggulkan Obama tiga belas poin di depan Clinton, faktanya ia kalah tiga poin!
Penganut teori ini berasumsi, sebenarnya sebagian pemilih kulit putih masih rasis, tetapi saat menjadi responden mereka mengatakan sesuatu yang terhormat. Di kubu lain penentang efek ini balik bertanya: bagaimana dengan South Carolina, ketika jajak pendapat menyatakan Obama akan menang 15 poin, ternyata malah terbukti menang 29 poin?
Efek Bandwagon
Selain Efek Bradley, kini peneliti komunikasi politik mulai mewaspadai Efek Bandwagon. Teori ini menyatakan sekelompok pemilih yang masih ragu pada menit-menit terakhir akan memilih kandidat yang diprediksi bakal menang.
Popkin (penulis buku The Reasoning Voter: Communication and Persuasion in Presidential Campaigns) memberi gambaran unik. Seorang pemilih semula tidak ingin memilih Obama karena berkulit hitam! Namun, ia lalu mendengar McCain bakal kalah. Akhirnya ia memilih Obama untuk mengatakan kepada cucu-cucunya bahwa dia dulu ikut (membuat sejarah) memilih Obama!”
Mutz, pakar komunikasi politik Universitas Pennsylvania, menjelaskan, ada sejumlah pertimbangan sebelum seseorang terkena Efek Bandwagon. Utamanya seseorang mencari tahu mengapa popularitas kandidat tiba-tiba menanjak, atau yang lain tiba-tiba anjlok? Isu mutakhir apa saja yang sedang tidak diketahuinya?
Celakanya, informasi yang mereka cari umumnya lebih banyak disediakan oleh media yang sedang mengangkat tokoh yang sedang naik popularitasnya. Dengan demikian, Efek Bandwagon jelas lebih menguntungkan Obama.
Begitu juga di Indonesia, efek ini bisa lebih terasa bagi Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang naik lagi popularitasnya, atau Prabowo yang tiba-tiba melejit, bahkan Sultan Hamengku Buwono X yang sedang ramai dibicarakan; dibandingkan dengan Megawati yang sedang turun popularitasnya atau Jusuf Kalla yang selalu digambarkan rendah dalam jajak pendapat.
Video Ayers
Selain pertarungan Efek Bradley versus Efek Bandwagon, sebagian mantan teman-teman kuliah saya yang kini bekerja sebagai anggota tim sukses atau relawan Obama sedang menunggu apa yang mereka sebut ”Trik (Akhir) Partai Republik”. Mereka khawatir akan ada satu atau dua kejutan yang bisa menghabiskan keunggulan Obama.
Jika itu terjadi, besar kemungkinan arahnya pada keamanan nasional. Di tengah ketidakmampuan McCain-Palin menantang tawaran-tawaran paket ekonomi dan kesejahteraan versi Obama, dijual kembali kekhawatiran rakyat akan serangan terhadap Amerika. Dalam hal itu Obama tidak pernah teruji.
McCain-Palin menggertak agar Los Angeles Times mengizinkan rakyat Amerika menonton video pesta perpisahan Profesor Rashid Khalidi di Universitas Chicago tahun 2003. Khalidi dianggap sebagai juru bicara Yasser Arafat dan PLO.
Dalam acara itu terdapat pidato-pidato dan ungkapan keras terhadap Israel! McCain menantang untuk melihat apakah dalam acara itu Obama tidak sekadar hadir, tetapi juga mengecam Israel atau memberikan standing ovation ketika para pengkritik Israel sedang bicara berapi-api.
Lebih hebat lagi, dalam acara itu hadir nama yang selama ini selalu dikaitkan sebagai ”teman terorisnya” Obama, yaitu William Ayers dan istrinya.
McCain terus menggerutu! Menurut dia, itulah bukti ketidakadilan media. Kalau saja ada video, dia sedang duduk bersama salah seorang anak muda pengagum Nazi, video itu pasti sudah disiarkan di mana-mana!
Video Osama
Salah satu video yang juga sedang ditunggu-tunggu adalah kiriman Osama bin Laden, yang sampai saat ini belum pernah terbukti berhasil ditaklukkan tentara Amerika.
Kali ini ia mungkin mengatakan, ”Saya ingin mengucapkan selamat kepada Obama. Jelas orang seperti Obama lebih pantas dipilih sebagai presiden karena ia terang-terangan mau duduk bersama Ahmadinejad atau tokoh-tokoh pejuang Amerika Latin, tanpa prekondisi!”
Meski video itu ditutup dengan kata-kata ”McCain pergilah ke neraka”, tetapi sebagai sebuah strategi, justru ia akan menguatkan McCain dan positioning-nya pada saat-saat terakhir.
Singkat kata, detik-detik mendekati Selasa 4 November masih terasa amat panjang di Chicago markas kubu Obama yang berangin kencang ini; ia bisa saja menyajikan kejutan sebelum sebuah sejarah terukir pada sore harinya! Sesuatu yang pasti amat menantang dipelajari menjelang Pemilu 2009!
Effendi Gazali Koordinator Program Master Komunikasi Politik UI; Pimpinan Finalpoint Political Consulting; Menulis dari Chicago, AS