Pagi tadi, dalam perjalanan Bandung – Jakarta, di sekitaran tol daerah Bekasi saya lihat 3 pesawat TNI AU sedang menerjunkan para penerjun payung nya. Yang membuat terkejut adalah kondisi payung terjunnya itu sendiri. Saya tidak begitu tahu standard keamanan payung terjun. Tapi rasanya sangat mengerikan bila melihat penerjun payung dengan payung terjun yang bolong-bolong. Dari bus yang saya tumpangi, bolong-bolong payung penerjun itu begitu kelihatan jelas.
Sepertinya safety di Indonesia adalah hal nomor kesekian. Tidak jelas apa penyebabnya, apakah karena masyarakat Indonesia begitu percaya adanya Tuhan sehingga segalanya diserahkan kepada Tuhan atau memang karena gak punya uang. Beberapa kali saya mengalami hal yang mengerikan bila berkaitan dengan safety. Seolah Indonesia memang bukan tempat yang aman dan tidak menyediakan keamanan.
Ketika Aceh dilanda Tsunami, beberapa kali saya bolak-balik Jakarta-Aceh dengan pesawat diantaranya memakai Hercules TNI. Sewaktu naik Herculles TNI dari Aceh ke Indonesia saya kebagian duduk di belakang. Beberapa saat pesawat sudah di udara saya merasakan tetesan air ke paha saya. Setelah saya perhatikan ternyata ada cairan kental agak kuning menetes dari atas. Saya tidak tahu pasti apakah itu gasoline atau oli, tetapi jelas ada kebocoran di pesawat.
Takjubnya ketika saya beritahu crew pesawat Hercules memberitahu kebocoran itu, dengan tenang dia mengatakan itu tidak apa-apa. Jelas ada kebocoran tapi dia bilang itu tidak apa-apa. benar-benar mengerikan dan menakjubkan. Jauh berbeda dengan pengalaman teman-teman yang beruntung menaiki Herculles dari dari negara-negara lain.
Selain Safety teman-teman juga mendapat tambahan layanan comfort dari crew pesawatnya. Sebelum pesawat take off para penumpang di beri tutup kuping untuk menahan bising herculles. Setelah itu diberi softdrink untuk menjaga staminta tubuh. Jangan harapkan hal ini didapat di Hercules Indonesia, sedangkan pada aspek kemanan saja sudah terabaikan.
Beberapaka kali saya pernah dapat forward email pengalaman pribadi menaiki maskapai penerbangan nasional. Lengkap dengan foto, isi email menceritakan safety dari sebuah maskapai penerbangan nasional yang sangat tidak layak. Sebetulnya saya pun mengalami hal yang sama, tidak hanya dengan satu maskapai saja, tetapi hampir dengan seluruh maskapai penerbangan nasional. Jadi sangat wajar bila Uni Eropa melarang 51 maskapai penerbangan nasional terbang ke Eropa karena alasan safety.
Transportasi darat dan laut?jangan tanya lagi. Setali tiga uang dengan transportasi udara. Teman dari Singapura dan Malaysia, waktu saya ajak jalan-jalan ke Monas, kaget ketika KRL Jakarta – Bogor melintas diatas taman tugu monas. Sesuatu yang amazing melihat kereta melaju dalam kecepatan cukup tinggi dengan pintu terbuka.
Tetapi sepertinya urusan keamanan bukan hanya tidak menjadi jaminan di bidang transportasi saja. Dimanapun kita berada di Indonesia, pasti kita merasakan urusan safety yang berantakan.
Ketika di pasar atau mall kita ketakutan di copet dan di todong. Berjalan kaki di tepi jalan raya, kita takut di jambret dan serempetan sepeda motor. Demi keamanan, pedagang di pasar mesti mengeluarkan ekstra untuk para preman setelah sebelumnya ”minta izin”. Masuk terminal, kita dalam ancaman kekerasan para calo.
Di Kualalumpur saya iseng-iseng masuk terminal disana, ingin merasakan keamanan disana. Teman saya mewanti-wanti sekali bila saya hendak ke terminal bus, jangan sendiri. Mesti di hantar oleh mereka. Menurut mereka Terminal bus di KL sangat rawan untuk pendatang asing seperti saya. Menghormati perhatian teman saya tadi, saya beritahu bila saya hendak ke terminal bus. Dengan senang hati teman perempuan saya mengantarkannya, meskipun jam keberangkatan bus pukul 11 malam.
Selesai mengantar ke loket untuk membeli tiket dan memastikan saya dalam keadaan aman, teman perempuan saya yang mengantar tadi kembali pulang, sambil tidak lupa mewanti-wanti untuk berhati-hati dan tidak keluar terminal lagi.
Setelah memastikan teman saya tidak ada, sengaja saya keluar terminal. Kembali ke terminal kira-kira 30 menit lagi. Seperti yang saya perkirakan, seorang calo memanggil-manggil dan menanyakan tujuan saya untuk menawarkan tiket. Ternyata cukup dengan jawaban kalo saya sudah mendapat tiket, calo tadi langsung pergi. Di Jakarta saya mesti secara jelas memberi tahu tujuan kita dan menunjukan tiket yang sudah kita beli untuk bisa mengusir calo. Kalo tidak seperti itu,dipastikan tangan kita jadi bahan rebutan.
Sepertinya untuk masalah safety negara ini memang terasa sangat religius. Jasa transportasi seperti tidak pernah merencanakan hal itu dalam service mereka. Semuanya diserahkan kepada Tuhan yang maha kuasa. Begitu juga negara dalam memberikan rasa aman bagi warganya. Semuanya seolah sudah menjadi kewenangan Tuhan. Hanya orang yang beruntung yang mendapatkan rasa aman.
Berbeda hal nya bila mereka membicarakan profit. Semuanya mesti di rencanakan sematang mungkin dan di perjuangkan secara all out. Dan karena profit inilah rasa aman mesti di korbankan.
Welcome to the Jungle!...
Jakarta
No comments:
Post a Comment