"organisasi-organisasi pemuda yang terbentuk di masa pendudukan adalah hasil dari situasi krisis. Lembaga itu bukanlah sebuah jejak untuk menapaki karier atau bagian dari proses siklus kehidupan. Organisasi-organisasi itu diciptakan bagi satu momen sejarah ke depan, yaitu sejarah terbentuknya sebuah bangsa"
Kutipan diatas adalah ungkapan Ben Anderson, pakar Indonesia dari Amerika, yang ditulis dalam bukunya Java in a Time of Revolution : Occupation and Resistence, 1944-1946, diterbitkan oleh Cornell University Press tahun 1972. Edisi Indonesia diterbitkan oleh penerbit Sinar Harapan tahun 1988 dengan judul Revolusi Pemuda.
Ben Anderson mengingatkan kita akan motif mendasar dari semua pergerakan perjuangan Indonesia yang dilaksanakan oleh kaum muda dulu, para pendahulu kita. Landasan geraknya merupakan hasil dari kesadaran terhadap kondisi masyarakat, idealisme dan future oriented dalam berfikir serta bersikap untuk menata kehidupan Indonesia yang jauh lebih baik. Motif kaum muda, para pendahulu kita, steril dari personal interest yang selalu bersifat semu dan temporal.
Ketiga spirit inilah yang kemudian menjadi kekuatan terbesar bagi para kaum muda sehingga menempatkannya sebagai sebuah generasi yang sangat berpotensi besar menjadi dinamisator gerak kemajuan sebuah bangsa. Sehingga tidak salah bila Presiden Soekarno berkoar bisa merubah dunia dengan hanya bermodalkan sepuluh orang muda saja.
Spirit Jiwa Muda
Ketiga spirit jiwa muda ; kesadaran akan kondisi masyarakat, idealisme dan future oriented dalam berpikir serta menata langkah, mesti menjadi sesuatu yang terus menerus dikumandangkan secara bersama sehingga menjadi kesadaran dan keyakinan publik. Merasuk sedemikian rupa sehingga menjadi agenda kolektif bangsa.
Kesadaran akan kondisi masyarakat tentunya berangkat dari intensitas interaksi yang sangat tinggi dengan masyarakat. Sedangkan kemampuan untuk bisa berinteraksi secara intens dengan masyarakat, dengan segala kondisi yang melingkupinya, mensyaratkan adanya skill komunikasi yang mumpuni, sikap yang positif dalam melihat realitas serta pola berpikir yang sehat.
Skill komunikasi tentunya akan menarik orang untuk tetap berinteraksi mengungkap segala apa yang dipikir dan diharapkan. Sikap yang positif dalam melihat realitas akan selalu memberikan stamina dalam berinteraksi, menghalangi munculnya setiap bentuk apatisme. Sementara melalui pola berpikir yang sehat, akan selalu memberikan inspirasi solusi dari setiap kompleksitas masalah yang dihadapi.
Bersikap positif dan berfikir sehat akan selalu menghalangi tumbuhnya apatisme. Semua kondisi menjadi tantangan bagi terciptanya rencana gerak yang lebih baik.
Idealisme adalah hakikat dasar sifat manusia. Idealisme adalah cara berpikir manusia yang menembus batas usia. Mulai dari anak kecil sampai orang tua selalu berfikir secara ideal dari setiap kehidupan yang dijalaninya. Kehidupan manusia adalah usaha untuk mencapai sesuatu yang ideal menurut persepsi dirinya. Idealisme inilah yang terus membuat manusia bergerak memenuhi segala apa yang mesti dia jalaninya. Melalui idealisme inilah semua manusia bergerak tanpa henti sehingga kehidupan terasa lebih meriah dan dinamis.
Pada sisi lain future oriented, baik itu dalam berpikir juga bersikap, adalah pola berpikir yang senantiasa melekat pada jiwa muda. Berorientasi ke depan berarti memikirkan semua rencana penataan kehidupan lebih sistematis dan tertata. Dimulai dengan menyelami sejarah masa lalu, untuk mengambil pelajaran terdalam dari apa yang telah dilakukan para pendahulu kita, dilanjutkan dengan memancang targetan masa depan yang lebih baik. Setelah itu diciptakan rumusan-rumusan masa kini yang mesti dilakukan.
Melalui agama kita sering diingatkan bahwasannya pangkal dari dosa adalah karena berpikir sangat temporal. Tidak memiliki orientasi ke masa yang lebih jauh dari kehidupan yang dijalani sekarang. Karena berpikir temporal inilah kemudian muncul tindakan korupsi, karena ingin memperkaya diri secara instant. Pelanggaran hukum, karena tidak bershabar menjalani prosedur yang berlaku.
Jiwa-jiwa muda inilah yang bersemayam sedemikian rupa dalam diri kaum muda. Melalui ketiga hal ini telah tercipta kaum muda yang telah membuktikan prestasinya di tengah masyarakat. Jiwa-jiwa muda yang progresif ini telah masuk menelusuk pada peserta sidang pleno ke-3 Kongres Pemuda Indonesia II di Gedung Indonesisch Clubgebouw, Kramat Raya 136 dan melahirkan Sumpah Pemuda.
Sebuah sumpah dari kaum muda yang membutuhkan keberanian, militansi, pemahaman kondisi masyarakat, progresif dan berpikir masa depan. Jiwa muda inilah yang membuang jauh segala bentuk kepentingan personal yang selalu bersifat temporal dan semua.
Faktanya dalam sejarah kehidupan kita, kaum muda telah membuktikan prestasinya di tengah masyarakat. Sejarah dunia mencatat prestasi-prestasi kaum muda seperti Roosevelt yang menjadi Presiden Amerika Serikat pada umur 42 tahun. JFK 43 Tahun, Clinton 46 Tahun atau Tonny Blair yang menjadi Perdana Mentri Inggris pada umur 43 Tahun. Di dunia akademis orang akan senantiasa teringat Leon Botstein yang terpilih menjadi Rektor New Hampshire’s Franconia College pada tahun 1970 dalam umur 23 tahun. Ia tercatat sebagai rektor termuda sepanjang sejarah di Amerika Serikat.
Jiwa Muda
Kesuksesan para pemimpin muda adalah kesuksesan menjaga jiwa muda itu senantiasa bersemayam dan terjaga dalam dirinya. Kepedulian sosial, idealisme dan future oriented yang dibalut dengan progresivitas dan militansi, senantiasamenjadi landasan dari setiap tindakannya, meskipun phisik bertambah renta karena perjalanan waktu.