Thursday, 25 October 2007

Merayakan Jiwa, Muda, Perayaan Lintas Usia

"organisasi-organisasi pemuda yang terbentuk di masa pendudukan adalah hasil dari situasi krisis. Lembaga itu bukanlah sebuah jejak untuk menapaki karier atau bagian dari proses siklus kehidupan. Organisasi-organisasi itu diciptakan bagi satu momen sejarah ke depan, yaitu sejarah terbentuknya sebuah bangsa"

Kutipan diatas adalah ungkapan Ben Anderson, pakar Indonesia dari Amerika, yang ditulis dalam bukunya Java in a Time of Revolution : Occupation and Resistence, 1944-1946, diterbitkan oleh Cornell University Press tahun 1972. Edisi Indonesia diterbitkan oleh penerbit Sinar Harapan tahun 1988 dengan judul Revolusi Pemuda.

Ben Anderson mengingatkan kita akan motif mendasar dari semua pergerakan perjuangan Indonesia yang dilaksanakan oleh kaum muda dulu, para pendahulu kita. Landasan geraknya merupakan hasil dari kesadaran terhadap kondisi masyarakat, idealisme dan future oriented dalam berfikir serta bersikap untuk menata kehidupan Indonesia yang jauh lebih baik. Motif kaum muda, para pendahulu kita, steril dari personal interest yang selalu bersifat semu dan temporal.

Ketiga spirit inilah yang kemudian menjadi kekuatan terbesar bagi para kaum muda sehingga menempatkannya sebagai sebuah generasi yang sangat berpotensi besar menjadi dinamisator gerak kemajuan sebuah bangsa. Sehingga tidak salah bila Presiden Soekarno berkoar bisa merubah dunia dengan hanya bermodalkan sepuluh orang muda saja.

Spirit Jiwa Muda

Ketiga spirit jiwa muda ; kesadaran akan kondisi masyarakat, idealisme dan future oriented dalam berpikir serta menata langkah, mesti menjadi sesuatu yang terus menerus dikumandangkan secara bersama sehingga menjadi kesadaran dan keyakinan publik. Merasuk sedemikian rupa sehingga menjadi agenda kolektif bangsa.

Kesadaran akan kondisi masyarakat tentunya berangkat dari intensitas interaksi yang sangat tinggi dengan masyarakat. Sedangkan kemampuan untuk bisa berinteraksi secara intens dengan masyarakat, dengan segala kondisi yang melingkupinya, mensyaratkan adanya skill komunikasi yang mumpuni, sikap yang positif dalam melihat realitas serta pola berpikir yang sehat.

Skill komunikasi tentunya akan menarik orang untuk tetap berinteraksi mengungkap segala apa yang dipikir dan diharapkan. Sikap yang positif dalam melihat realitas akan selalu memberikan stamina dalam berinteraksi, menghalangi munculnya setiap bentuk apatisme. Sementara melalui pola berpikir yang sehat, akan selalu memberikan inspirasi solusi dari setiap kompleksitas masalah yang dihadapi.

Bersikap positif dan berfikir sehat akan selalu menghalangi tumbuhnya apatisme. Semua kondisi menjadi tantangan bagi terciptanya rencana gerak yang lebih baik.

Idealisme adalah hakikat dasar sifat manusia. Idealisme adalah cara berpikir manusia yang menembus batas usia. Mulai dari anak kecil sampai orang tua selalu berfikir secara ideal dari setiap kehidupan yang dijalaninya. Kehidupan manusia adalah usaha untuk mencapai sesuatu yang ideal menurut persepsi dirinya. Idealisme inilah yang terus membuat manusia bergerak memenuhi segala apa yang mesti dia jalaninya. Melalui idealisme inilah semua manusia bergerak tanpa henti sehingga kehidupan terasa lebih meriah dan dinamis.

Pada sisi lain future oriented, baik itu dalam berpikir juga bersikap, adalah pola berpikir yang senantiasa melekat pada jiwa muda. Berorientasi ke depan berarti memikirkan semua rencana penataan kehidupan lebih sistematis dan tertata. Dimulai dengan menyelami sejarah masa lalu, untuk mengambil pelajaran terdalam dari apa yang telah dilakukan para pendahulu kita, dilanjutkan dengan memancang targetan masa depan yang lebih baik. Setelah itu diciptakan rumusan-rumusan masa kini yang mesti dilakukan.

Melalui agama kita sering diingatkan bahwasannya pangkal dari dosa adalah karena berpikir sangat temporal. Tidak memiliki orientasi ke masa yang lebih jauh dari kehidupan yang dijalani sekarang. Karena berpikir temporal inilah kemudian muncul tindakan korupsi, karena ingin memperkaya diri secara instant. Pelanggaran hukum, karena tidak bershabar menjalani prosedur yang berlaku.

Jiwa-jiwa muda inilah yang bersemayam sedemikian rupa dalam diri kaum muda. Melalui ketiga hal ini telah tercipta kaum muda yang telah membuktikan prestasinya di tengah masyarakat. Jiwa-jiwa muda yang progresif ini telah masuk menelusuk pada peserta sidang pleno ke-3 Kongres Pemuda Indonesia II di Gedung Indonesisch Clubgebouw, Kramat Raya 136 dan melahirkan Sumpah Pemuda.

Sebuah sumpah dari kaum muda yang membutuhkan keberanian, militansi, pemahaman kondisi masyarakat, progresif dan berpikir masa depan. Jiwa muda inilah yang membuang jauh segala bentuk kepentingan personal yang selalu bersifat temporal dan semua.

Faktanya dalam sejarah kehidupan kita, kaum muda telah membuktikan prestasinya di tengah masyarakat. Sejarah dunia mencatat prestasi-prestasi kaum muda seperti Roosevelt yang menjadi Presiden Amerika Serikat pada umur 42 tahun. JFK 43 Tahun, Clinton 46 Tahun atau Tonny Blair yang menjadi Perdana Mentri Inggris pada umur 43 Tahun. Di dunia akademis orang akan senantiasa teringat Leon Botstein yang terpilih menjadi Rektor New Hampshire’s Franconia College pada tahun 1970 dalam umur 23 tahun. Ia tercatat sebagai rektor termuda sepanjang sejarah di Amerika Serikat.

Jiwa Muda

Kesuksesan para pemimpin muda adalah kesuksesan menjaga jiwa muda itu senantiasa bersemayam dan terjaga dalam dirinya. Kepedulian sosial, idealisme dan future oriented yang dibalut dengan progresivitas dan militansi, senantiasamenjadi landasan dari setiap tindakannya, meskipun phisik bertambah renta karena perjalanan waktu.

Franklin Delano Roosevelt, Presiden Amerika Serikat ke 32, pada pidato pelantikan pertamanya hari Sabtu 4 Maret 1933 menyatakan “…So, first of all, let me assert my firm belief that the only thing we have to fear is fear itself…” Inilah ungkapan jiwa muda yang lahir dari seseorang yang secara usia sudah tidak muda lagi (51 Tahun).
Tidak mengherankan bila FD Roosevelt menjadi presiden yang akan senantiasa diingat dan menjadi inspirasi bagi warga Amerika Serikat melalui prestasi yang telah diraihnya. FD Roosevelt lah satu-satunya presiden Amerika yang terpilih empat kali masa jabatan.,melepaskan Amerika dari masa depresi hebat, yang di Indonesai disebut dengan malaise ekonomi, menghindarkan Amerika dari peperangan dan memprakarsai terbentuknya Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Bahkan masyarakat internasional sangat meyakini, bila FD Roosevelt tidak digantikan oleh Harry S Truman karena meninggal dunia, niscaya perang dunia II tidak akan pernah terjadi.
Dalam sejarah Indonesia pun sudah banyak ditunjukan bagaimana jiwa muda, yang bersamayam pada orang yang tua secara usia, terus menerus memberikan inspirasi untuk berbuat sesuatu dan berprestasi bagi masyarakatnya.
Jiwa muda ini telah bersemayam dan dijaga sedemikian rupa oleh Buya Hamka. Sehingga lahirlah master piece nya sebagai seorang ulama dan cendikiawan; Tafsir Al Azhar. Sebuah karya monumental yang justru lahir ketika Hamka di dalam penjara rezim Soekarno. Begitu juga dengan apa yang dilakukan oleh Pramudya Ananta Toer. Jiwa muda yang bersemayam dalam dirinya telah mendorong dirinya untuk membuat karya sastra yang sangat monumental : Tetralogi Bumi Manusia. Sebuah karya sastra yang telah diterjemahkan ke lebih 35 bahasa dan menjadi wajah Indonesia di dunia sastra internasional, lahir dari isolasi penjara pulau buru.
Jiwa muda inilah yang senantiasa mesti menjadi ingatan kita. Jiwa muda yang telah memberikan inspirasi dan dorongan kuat bagi semua komponen masyarakat untuk memperjuangkan kehidupan bangsa ini. Bila jiwa muda ini senantiasa muncul di kaum muda, dan terpelihara sepanjang hidupnya, niscaya segala keterpurukan yang sedang kita alami akan terus dihadapi untuk ditemukan dan dilaksanakan solusinya.
Diujung kehidupan berbangsa kita, bila jiwa muda ini senantiasa terjaga, niscaya cita-cita Bung Karno tentang Indonesia yang berdaulat secara politik berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara sosial budaya akan terlaksana. Sebagaimana yang diucapkannya dalam pidato Trisakti Bung Karno tahun 1963
Jakarta, 25 Oktober 2007

READ MORE - Merayakan Jiwa, Muda, Perayaan Lintas Usia

Saturday, 13 October 2007

Janji Sebuah Inovasi Teknologi

“Selamat datang di situs saya, tetapi ini bukan milik saya pribadi. Ini juga situs milik Anda, yang membukakan peluang untuk melakukan perubahan bagi tanah air kita demi menjadikan Amerika kembali pada jalurnya dengan memensiunkan George W Bush serta memilih arah yang benar untuk negara yang sama-sama kita cintai ini!”

Itulah salam dari John F Kerry, senator Partai Demokrat dari Massachusetts yang menjadi kandidat presiden pemilu Amerika Serikat tahun 2004, dalam situs web resminya www.johnkerry.com. Salam itu dikutip oleh Bambang Haryanto. seorang Konsultan Strategi Komunikasi di internet, untuk mejelaskan betapa strategisnya internet sebagai medium penyampaian pesan dalam aktivitas politik.

Cerita internet dimulai ketika dunia militer membutuhkan jaringan komunikasi yang efektif dalam menuntaskan kerja berat pengumpulan dan penyampaian informasi. Penggunaannya mulai meluas ketika pada tahun 1972-1973 di perkenalkan bagi masyarakat umum. Puncaknya, pada tahun 1994, interface grafis dan isi dari jaringan tersebut diciptakan dan diperuntukan bagi masyarakat umum sehingga dapat dipergunakan secara lebih mudah. Sejak itu internet menjadi keseharian kehidupan masyarakat. Terlebih ketika internet ‘ditangkap’ secara kreatif oleh naluri bisnis manusia. Maka ekspansi internet menjadi tak tertahankan. Hatta, teknologi informasi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan keseharian masyarakat.

Faktanya kemudian, kebutuhan terhadap internet bukan lagi kebutuhan-semu-yang-diciptakan -seperti kebutuhan pada perangkat teknologinya-, tetapi sikap kita terhadap internet telah menjadi kebutuhan mendasar yang inheren dalam kehidupan keseharian masyarakat. Hal ini karena internet telah membantu setiap usaha meningkatkan kompetensi diri, memacu daya saing dan memperbaiki kualitas hidup.

Implikasi Internet; Pendidikan, Ekonomi dan Kehidupan Sosial Masyarakat.

Dunia akademis, sebagai salah satu wahana untuk memacu kompetensi diri, menjadi sangat terbantu dengan perkembangan internet. Mahasiswa dan dosen mendapatkan sumber-sumber alternatif yang lebih luas dan beragam dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Tidak ada lagi hambatan jarak dan waktu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Segala hal yang tersaji di Amerika, Eropa, Australia dan negara Asia lainnya bisa terakses begitu mudah dan menjadi bahan diskusi menarik bagi kalangan dosen dan mahasiswa di Jatinangor sana.

Begitu juga bagi dunia usaha. Tabloid Komunika Depkominfo di edisi 16/Tahun III/Agustus 2007 halaman 3 memberikan laporan yang sangat menarik tentang sebuah KBM (Kelompok Belajar Masyarakat) di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Melalui program telecentre yang disponsori oleh Bappenas dan UNDP, warga memanfaatkan internet untuk membantu aktivitas pertaniannya. Sungguh mencengangkan, hasilnya, lonjakan kenaikan pendapatan secara spontan sampai 150%. Masyarakat mempelajari cara beternak lele, bertanam padi organik, tanaman hias, belimbing dan lainnya melalui internet.

Melalui media internet masyarakat dapat berkompetisi dengan masyarakat global dengan menghasilkan produk berupa aktivitas ekonomi yang lebih berkualitas. Implikasinya, perbaikan kualitas hidup tercapai karena pendapatan masyarakat yang lebih baik.

Tidak hanya pada bidang pendidikan dan ekonomi, dalam kehidupan sosial pun, masyarakat ikut merasakan perkembangan dunia teknologi informasi. Karena sifatnya yang cepat, memotong hambatan geograpis serta murah, problem-problem sosial kehidupan masyarakat pun bisa teratasi dengan internet.

Pada hari Sabtu tanggal 24 bulan Maret, pukul 20.00 WIB atau pukul 1.00 PM waktu Inggris terjadi sebuah perhelatan kehidupan manusia yang sangat menarik. Pasangan muda Iim Halimatus Sa'diyah, M.A. binti K.H. Khulaimi (25) dengan Sirojuddin Arif, M.A. bin K.H. Sahir Maksudi (28) yang tengah menimba ilmu di Oxford University menjalankan akad nikah dengan teknologi informasi melalui media teleconference. Demikian momen ’bersatunya Inggris – Cirebon dalam pernikahan’ termuat dalam Harian Umum Pikiran Rakyat, edisi cetak 26 Maret 2007.

Konvergensi IT dan Telekomunikasi

Kemudahan-kemudahan di atas pada saat sekarang ini telah menghadir di sekeliling masyarakat. Bila sebelumnya penggunaan teknologi informasi mempersyaratkan adanya perangkat keras berupa komputer dan notebook, maka inovasi teknologi terkini telah memungkinkan kehadiran internet di setiap saat dan setiap waktu dalam genggaman tangan kita. Anytime anywhere, internet dapat diakses

Di awal kehadirannya, teknologi informasi selalu berkenaan dengan komputer atau laptop yang mesti tersambung dengan kabel jaringan. Ketersediaan perangkat keras seperti ini tentunya mensyaratkan pemenuhan kebutuhan ruang yang cukup besar. Pemenuhan kebutuhan informasi pun terhambat oleh mobilitas manusia. Melalui perkembangan teknologi komunikasi, kehadiran informasi dapat selalu berada dalam genggaman kita. Akses berita tidak hanya berkaitan dengan perangkat komputer yang cukup besar dan berat, tetapi juga termungkinkan melalaui handphone yang bisa dimasukkan di saku celana kita. Dengan demikian, kemudahan itu terjelma menjadi keseharian dari kehidupan kita.

Episode berikutnya dalam babak konvergensi teknologi ini adalah kita tidak akan lagi disibukkan dengan macet yang melanda ibu kota. Rapat bisa dilaksanakan walaupun kita tidak sedang berada di kantor. Sementara para staff berada di ruang yang sangat jauh,di atas jok sebuah mobil, kita bisa memimpin sebuah rapat untuk menghasilkan keputusan besar.

Konvergensi antara teknologi informasi dengan dunia telekomunikasi menyelamatkan banyak waktu yang terbuang. Seluruh kehidupan kita menjadi sangat efektif dan efisien. Kompetensi terus meningkat, kualitas hidup bertambah baik dan problem tekhnis dalam kehidupan sosial kita bisa terselesaikan.

Bahkan, Manfaat ini akan semakin dirasakan berlipat oleh semua masyarakat. Roadmap pengembangan teknologi informasi dan telekomunikasi kita pun pada saat sekarang ini telah memprioritaskan akses kepada segenap penjuru negeri. Menteri Komunikasi dan Informatika telah menargetkan terpenuhinya fasilitas komunikasi bagi 20.000 desa pada tahun 2008. Angka ini tentunya akan terus meningkat seiring berjalannya waktu. Apalagi pada saat sekarang ini pembangunan jaringan serat optik Palapa Ring sebagai tulang punggung (backbone) bagi sistem telekomunikasi nasional sedang digulirkan.

Palapa Ring adalah suatu proyek pembangunan jaringan serat optik nasional. Palapa Ring merupakan jaringan serat optik pita lebar yang dapat membawa data berkecepatan tinggi serta berkapasitas besar yang terdiri dari tujuh cincin serat optik meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian. Dengan total panjang kabel laut sejauh 35.280 km, dan kabel di daratan sejauh 21.807 km, Palapa Ring diharapkan akan dapat menghubungkan 440 kabupaten di seluruh Indonesia. Terobosan luar biasa ini tentunya akan membuka hambatan informasi (information barrier) wilayah Indonesia yang sangat luas.

Masyarakat dapat menyalurkan hak bicara bahkan hak suaranya melalui internet. Munculnya penolakan penetapan Imam Bonjol sebagai tokoh pahlawan nasional pun dipicu oleh ekspose sebuah situs di internet. Padahal, jauh sebelumnya gugatan tersebut sudah dipublikasikan dalam sebuah buku. Dalam kasus lain, beragam situs dan blog yang menyatakan dukungan atau penolakan terhadap kebijakan publik atau tokoh publik menjamur begitu marak. Apalagi, mekanisme pembuatan situs dan blog semakin mudah dan familiar.

Melalui pertautan ini, masyarakat mempunyai wahana baru untuk menyalurkan aspirasi melalui cara-cara yang kreatif. Orientasi hidup masyarakat pun terbentuk seiring dengan berkembangnya kreativitas. Inilah tipikal masyarakat yang ideal, yaitu masyarakat yang memiliki kehidupan keseharian yang berorientasi. Tidak ada lagi peluang pemborosan waktu yang memancing masyarakat bertindak bodoh dan kontraproduktif.

Fokus kita setelah ini tentunya akan meningkat sebagai bangsa, menuju terciptanya Indonesia yang lebih sejahtera dan berkeadilan.

Semoga.

Sukabumi, 13 Oktober 2007

READ MORE - Janji Sebuah Inovasi Teknologi

Wednesday, 3 October 2007

Membangun Komunikasi Efektif

Lebih kepada tulisan tips and trik dalam berkomunikasi. Tetapi banyak orang, bahkan scholars komunikasi dan termasuk saya hehehe..,tidak memperdulikannya. Sehingga kritik terhadap para sarjana dan mahasiswa komunikasi adalah; tidak bisa berkomunikasi hehehe...

Membangun Komunikasi Efektif

Sebagai makluk sosial komunikasi merupakan hal yang paling dekat dengan kita. Apa sih sebenarnya komunikasi itu? Komunikasi dapat kita artikan sebagai berbagi pikiran, informasi dan intelijen. Segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan menyampaikan pesannya pada orang lain merupakan tujuan komunikasi. Lalu jika pesan yang kita maksudkan tersebut tidak sesuai dengan penangkapan lawan bicara kita, terjadilah mis-komunikasi, Nah, sebuah komunikasi yang efektif membutuhkan kejernihan pesan, kelengkapan pesan, ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan penampilan fisik secara eksternal.

Di era modern ini mungkin nampak 'tolol' melihat seseorang berusaha menciptakan kesadaran komunikasi. Banyak di antara kita memberi sedikit perhatian pada hal ini tetapi kenyataanya komunikasi ini terus berlangsung, tak peduli siapa anda, jika anda tidak bisa berkomunikasi dengan semestinya maka tak seorangpun akan mendengarkan Anda. Jadi komunikasi merupakan sebuah asset penting sebagai tambahan untuk kepribadian Anda. Bagamana membangun sebuah komunikasi efektif tersebut, berikut beberapa hal yang sebaiknya jadi pertimbangan untuk dikembangkan:

Kontak Mata

Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara Anda tak merasa diabaikan.

Ekspresi Wajah

Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri seseorang. Sebagi contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan dan kasih-sayang;Mengangkat alis mata menunjukan ekpresi heran; Mengernyitkan dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua emosi dan berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi yang berbeda yang tergambar di wajah. Jadi saat melakukan komunikasi tunjukan ekspresi bahwa Anda tertarik dengan bahan pembicaraan.

Postur Tubuh

Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan kekuatan meyakinkan dari Anda. Mereka bisa jadi semacam tambahan untuk cara efektif yang dapat ditangkap secara visual daripada secara verbal. Sebagai contoh: menundukan kepala menunjukkan penyelesaian pernyataan; mengangkat kepala menunjukkan akhir pertanyaan;Terlalu sering menggerakan bagian tubuh mengungkapkan sedang bergegas atau kebingungan. Untuk itu perhatikan gerak-gerik Anda saat melakukan komunikasi dengan lawan bicara.


Selera Berbusana

Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik. Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan membuat dampak pasti pada proses komunikasi. Kita semua berbusana dan mungkin banyak diantara kita tak terlalu memperhatikan, namun hal kecil ini memiliki peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan bagaimana cara berbusana, hal itu akan memperbaiki kemampun komunikasi kita. (erl)

Sumber ; http://www.kapanlagi.com/a/0000002334.html

READ MORE - Membangun Komunikasi Efektif

Internet sebagai Senjata Kampanye Presiden

Berikut ini tulisan dari Bapak Bambang Haryanto. Seorang Konsultan Strategi Komunikasi di Internet yang tinggal di Wonogiri. Saya belum pernah bertemu beliau. hanya menemukan tulisan ini di internet dan lupa situsnya apa. harapannya semoga dia berkenan tulisan ini dimuat di blog saya supaya bisa dinikmati lebih banyak orang.


Globalisasi informasi dan komunikasi telah memberikan banyak alternatif strategi komunikasi. Manfaatnya bisa dirasakan begitu luas baik itu dalam bidang sosial, politik dan ekonomi. berikut ini tulisan bapak Bambang Haryanto tentang strategi komunikasi melalui internet yang diaplikasikan di dunia politik.

Internet sebagai Senjata Kampanye Presiden

Selamat datang di situs saya, tetapi ini bukan milik saya pribadi. Ini juga situs milik Anda, membukakan peluang untuk melakukan perubahan bagi tanah air kita demi menjadikan Amerika kembali pada jalurnya dengan memensiunkan George W Bush serta memilih arah yang benar untuk negara yang sama-sama kita cintai ini!<>

Itulah salam John F Kerry, senator Partai Demokrat dari Massachusetts dan kandidat presiden di pemilu tahun 2004, dalam situs web resminya (www.johnkerry.com).

Sungguh kampanye politik yang hebat, menunjukkan pemahaman terhadap Internet yang juga tepat. Situs web John Kerry, oleh pengamat strategi kampanye memakai Internet, didaulat sebagai runner up di belakang situs web kandidat lainnya, Howard Dean. Ucapan bahwa situsnya bukan hanya miliknya semata ditunjukkan dengan tersajinya link untuk situs web tak resmi, fasilitas chat, dan puluhan blog, yaitu situs pribadi berisi jurnal atau catatan harian para pendukungnya di Internet.

Situs blog pendukungnya antara lain arizonaforkerry, AZ4Kerry, CAforKerry2004, cbusforkerry, DCforKerry2004, Democrats-only, fairfaxforkerry, GeorgiaforKerry, johnkerry4president, johnkerrycutthebush2004, tnwomenforkerry, sampai veteransforkerry. Riuhnya para blogger, penulis buku harian, mengisi situs Kerry memicu interaksi unik dan kreatif ketika dukungannya tak sekadar kata-kata di dunia maya.

Dua orang blogger setianya, Tom AZ dari Arizona dan Mark dari Iowa, memutuskan berlomba saat mendukung tim bola basket favoritnya dan sekaligus mendukung gerakan pengumpulan dana Satu Juta Dollar Melalui Internet Bagi John Kerry, yang ditutup akhir September 2003. Caranya, ketika tim bola basket Arizona State Sun Devils dukungan Tom AZ bertanding melawan tim Hawkeyes dari Iowa yang didukung Mark, keduanya sepakat mendonasikan dua dollar untuk setiap angka yang dihasilkan tim yang didukungnya dalam pertandingan itu untuk Kerry.

Ilustrasi tadi menunjukkan, Kerry membuka peluang dan akses agar konstituennya saling berinteraksi dalam mendukung kampanyenya di Internet. Tim sukses Kerry menyadari, kampanye bermedia Internet jauh lebih efektif apabila tak dijalankan secara monolitis, terpusat, top-down, melainkan justru digerakkan menurut norma Internet sebagai media yang egaliter, yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Di sinilah kedigdayaan Internet menyelipkan pesan politik yang luhur bahwa keberhasilan kandidat memanfaatkannya untuk kampanye justru harus memberi peluang dan mendorong konstituennya buka suara. Sementara para kandidat pun harus membuka lebar-lebar telinganya guna menyerap aspirasi dan suara rakyat.

BAGAIMANA di Indonesia? Situs web salah satu kandidat presiden, Amien Rais (www.m- amienrais.com) yang dikelola oleh think tank-nya, The Amien Rais Center (ARC), menarik sebagai kajian perbandingan. Di luar masih kurang elegannya tampilan visual karena tampilan beragam font yang riuh, situs kampanye tokoh utama PAN ini tak ubahnya baru mengalihkan media cetak ke bentuk digital. Pemahaman terhadap Internet yang mendasari eksekusinya ini baru mengolah isi (content), tetapi belum mengeksplorasi pentingnya konteks (context) media berbasis Internet.

Pengelola situs ARC berasumsi, peselancar datang ke situsnya semata-mata untuk membaca berita terbaru mengenai Amien Rais. Artikelnya pun kering. Sekadar ilustrasi, kalau di situs John Kerry ada tulisan profil Teresa, istrinya, di situs ARC tak ada cerita tentang istri Amien Rais.

Eksekusi situs web hanya sebagai koran digital mengakibatkan peluang simpatisan untuk ikut menjadi bagian integral isi situs secara signifikan menjadi kendala serius. Paling-paling hanya boleh memberi komentar untuk sesuatu berita atau ikut jajak pendapat, yang tidak ubahnya seperti pembaca menulis di kolom surat pembaca di media cetak.

Tidak ada pula link untuk beragam situs tak resmi PAN atau Amien Rais, tak ada pula blog para pendukungnya. Bahkan kolom yang bertajuk Interaktif justru banyak pertanyaan merangsang yang diajukan pengunjung (termasuk diminta tanggapan ketika seorang ratu dalam acara "Bantal" di RCTI mengatakan bahwa Amien Rais adalah pria yang dia idamkan/idolakan secara seksual imajiner), tanpa ada balasan secuil pun dari Amien Rais sendiri. Kondisi ini, selain mengingkari nama kolom bersangkutan, juga merupakan dosa besar untuk media berbasis Internet yang memang berkarakter interaktif tersebut.

Situs web ARC berpeluang tampil sepenuh tenaga bila dilandasi pemahaman Internet dalam konteks yang tepat. Gregory P Gerdy, pakar Internet dari Dow Jones, dikutip Mary J Cronin (ed) dalam The Internet Strategy Handbook: Lessons from the New Frontier of Business (Harvard Business School Press, 1996), menegaskan, situs web merombak proses penerbitan yang selama ini ada.

Dalam penerbitan cetak tradisional, aktivitas penciptaan informasi, produksi, distribusi dan konsumsi informasi, terjadi secara terpisah-pisah. Tetapi, di Internet, semua proses itu terintegrasi dalam satu sistem. Terutama harus didaulatnya informasi dari para konsumen sebagai bagian integral isi situs itu sendiri. Perubahan konteks maha vital inilah yang tidak disadari pengelola situs ARC, juga oleh mayoritas pengelola situs lainnya di Indonesia selama ini.

David Lytel, perencana situs Gedung Putih era Bill Clinton dan kini mengelola situs Democrats Online (Time Digital, 11/11/1996: 13), berpendapat bahwa Internet berpeluang sebagai media kampanye yang efektif apabila diperlakukan sebagai wahana bagi para pendukung untuk mengartikulasikan gagasan, aksi, dan sarana menggalang gerakan dengan saling terkoordinasi dengan para pendukung lainnya. Melalui Internet, mereka membentuk komunitas antarsesama pendukung kandidat tertentu sehingga Internet tak ubahnya menjadi sarana gethok tular (word of mouth) yang diperkuat secara digital dan bukan perpanjangan media kampanye melalui media massa yang dibayar. Pakar komunikasi meyakini, pemilih condong mengandalkan pemberitaan pers dan komunikasi gethok tular sebagai rujukan memilih seorang kandidat. Komunikasi gethok tular antarwarga merupakan media paling efektif untuk mengubah isi benak khalayak, dan Internet merupakan media andal untuk itu, tegas David Lytel.

Amien Rais, Gus Dur, Megawati, Nurcholish Madjid, Sultan HB X, Surya Paloh, dan kandidat presiden RI lainnya, simak pesan di atas. Apabila Anda ingin sukses memanfaatkan Internet sebagai senjata kampanye Anda, sekali lagi, ingat kunci terampuhnya: doronglah agar rakyat bebas bicara, lalu dengarkan aspirasi mereka. Ataukah kemampuan Internet sebagai corong aspirasi rakyat yang maha dahsyat ini justru yang membuat mereka ketakutan untuk memanfaatkannya secara sepenuh tenaga?

Bambang Haryanto Konsultan Strategi Komunikasi di Internet, Tinggal di Wonogiri

READ MORE - Internet sebagai Senjata Kampanye Presiden

Tuesday, 2 October 2007

Shalat Tharawih di Mushalla NU

Masuk NU itu butuh keikhlasan. Bayangin aja, sudah shalat tharawih nya 23 rakaat, ditambah shalawat, doanya panjang-panjang lagi. Hehehe…

Itu pengalaman saya malam tadi ketika untuk pertama kalinya ikut shalat tharawih dengan masyarakat NU di mushalla kecil sekitaran Salemba Jakarta. Niat awalnya, keluar kantor dari Medan Merdeka Barat saya berencana buka puasa dan tharawih di Masjid Bimantara kebon sirih. Tetapi karena telat, saya putuskan buka puasa di Masjid Bank Indonesia.

Secara genetik, saya memang tidak mempunyai hubungan dengan kaum Nahdhiyin. Meskipun tidak pernah berafiliasi secara formal, apalagi fanatik dengan Persis atau Muhamadiyyah, tetapi karena pengaruh lingkungan dan pandangan orang tua, sepertinya dalam masalah pandangan dan perilaku keagamaan keluarga saya lebih identik dengan Persis atau Muhamadiyyah.

Berbeda dengan kawasan Jawa Timur, lingkungan keagamaan di Jawa Barat relatif lebih bervariasi. Persis dan Muhamadiyyah mendapat tempat yang cukup signifikan di tengah masyarakat disamping NU. Saya belum begitu tahu komposisi pasti antara ketiga komunitas ini. Tetapi bila ukuran pemilu tahun kemarin menjadi ukuran, dimana pimpinan Persis gagal menjadi anggota DPD kalah oleh ketua DPW NU Jawa Barat, itu lebih menunjukan kesolidan dan kepatuhan kaum nahdhiyin ketimbang Persis. Bukan indikator dominasi jumlah NU berbanding Persis.

Disamping itu yang cukup mempengaruhi pandangan keagamaan keluarga saya adalah world view dari Bapak sendiri, yang merupakan central dalam pemahaman keagamaan di rumah. Berhadapan dengan ormas keislaman Bapak relatif lebih independen dan kritis. Terkhusus dengan kaum Nahdhiyin, bapak sepertinya tidak begitu simpatik dengan mereka. Hal ini bisa di fahami karena dua hal. Pertama tingkat interaksi yang minim dengan kaum nahdhiyin. Kedua pengalaman historis bapak sebagai kader Masyumi tulen yang sangat militan.

Sebagaimana diketahui, bagi sebagian kalangan islam politik, keluarnya NU dari barisan Masyumi dianggap sebagai tindakan pengkhianatan terhadap perjuangan nilai-nilai Islam pada masa awal kemerdekaan. Apalagi setelah itu berada sangat dekat dengan Soekarno yang memberangus Masyumi.

Tharawih dengan masyarakat NU memang menarik. Hal ini mungkin karena saya sudah terbiasa mengikuti tradisi Muhamadiyyah dan Persis, sehingga tharawih dengan masyarakat NU terasa sangat menarik. Bila sebelumnya shalat tharawih dilaksanakan 11 Rakaat, di masjid yang besar dengan tokoh masyarakat. Malam tadi saya tharawih dengan masyarakat pinggiran Jakarta di sebuah mushalla kecil. Semuanya tetap berjalan dengan khusuk meski diluaran hiruk pikuk anak-anak ramai bermain.

Shalat tharawih dilaksanakan 23 rakaat dengan dua rakaat sekali salam. Disela-sela tharawih di selingi dengan puji-pujian terhadap nabi dan para sahabat. Diakhir, ditutup dengan doa bersama dalam bahasa arab yang cukup panjang.

Melalui format seperti ini jelas shalat tharawih membutuhkan waktu yang lebih panjang. Selain itu juga stamina fisik yang lebih dibanding dengan melaksanakannya dalam 11 rakaat. Lumrah bila shalat tharawih ala Persis dan Muhamadiyyah lebih “laris” di banding NU. Apalagi bila dikaitkan dengan kebiasaan masyarakat perkotaan yang selalu ingin bertindak secara efektif dan efisien.

Ini hanya sekedar spekulasi saya saja, sangat wajar bila shalat tharawih di gedung-gedung besar pusat bisnis Jakarta dilaksanakan 11 Rakaat. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan kebiasaan bertindak efektif, tetapi juga efiesiensi pelaksanaannya. Bayangkan saja bila shalat tharawih di gedung-gedung itu memakai ala NU. Akan lebih banyak cost yang mesti keluar untuk bayar listrik, AC juga keamanan.

Terakhir yang menarik bagi saya adalah doa-doa yang dilantunkan. Bila ditelisik lebih jauh, doa-doa yang dilantunkan jauh dari keinginan untuk memperkaya diri, berupa permintaan rizki yang banyak, tetapi lebih kepada usaha untuk tegar dan dewasa dalam hidup. Memperbaiki kualitas hidup yang tidak menekankan aspek materi. Sehingga doa yang keluar pun lebih kepada berharap bagaimana ibadah mereka diterima, ilmu yang bermanfaat dan shalawat kepada nabi. Bukan permintaan rizki yang banyak atau posisi yang mapan.

Syukur Kang Jalal, tentang sebagian kegagalangerakan Muhamadiyyah dan Persis, sepertinya terbukti dengan pengalaman diatas. Bayangkan saja bila Muhamadiyyah dan Persis betul-betul sukses dan menggantikan NU di Indonesia. Kita tidak akan lagi merasakan nikmatnya zikir, agama yang ramah dalam dekapan kaum marginal serta indahnya kumandang shalawat.

Melalui Muhamadiyyah kita belajar rasional dalam tindakan. Melalui Persis ketika belajar kedisiplinan, keteguhan dan ketegasan dalam beragama. Melalui NU kita belajar mengasah dzuuq kita dalam beragama. Biarkan mereka semuanya tumbuh, berkembang dan menjadi bagian dari kehidupan kita.

READ MORE - Shalat Tharawih di Mushalla NU