Saturday, 13 October 2007

Janji Sebuah Inovasi Teknologi

“Selamat datang di situs saya, tetapi ini bukan milik saya pribadi. Ini juga situs milik Anda, yang membukakan peluang untuk melakukan perubahan bagi tanah air kita demi menjadikan Amerika kembali pada jalurnya dengan memensiunkan George W Bush serta memilih arah yang benar untuk negara yang sama-sama kita cintai ini!”

Itulah salam dari John F Kerry, senator Partai Demokrat dari Massachusetts yang menjadi kandidat presiden pemilu Amerika Serikat tahun 2004, dalam situs web resminya www.johnkerry.com. Salam itu dikutip oleh Bambang Haryanto. seorang Konsultan Strategi Komunikasi di internet, untuk mejelaskan betapa strategisnya internet sebagai medium penyampaian pesan dalam aktivitas politik.

Cerita internet dimulai ketika dunia militer membutuhkan jaringan komunikasi yang efektif dalam menuntaskan kerja berat pengumpulan dan penyampaian informasi. Penggunaannya mulai meluas ketika pada tahun 1972-1973 di perkenalkan bagi masyarakat umum. Puncaknya, pada tahun 1994, interface grafis dan isi dari jaringan tersebut diciptakan dan diperuntukan bagi masyarakat umum sehingga dapat dipergunakan secara lebih mudah. Sejak itu internet menjadi keseharian kehidupan masyarakat. Terlebih ketika internet ‘ditangkap’ secara kreatif oleh naluri bisnis manusia. Maka ekspansi internet menjadi tak tertahankan. Hatta, teknologi informasi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan keseharian masyarakat.

Faktanya kemudian, kebutuhan terhadap internet bukan lagi kebutuhan-semu-yang-diciptakan -seperti kebutuhan pada perangkat teknologinya-, tetapi sikap kita terhadap internet telah menjadi kebutuhan mendasar yang inheren dalam kehidupan keseharian masyarakat. Hal ini karena internet telah membantu setiap usaha meningkatkan kompetensi diri, memacu daya saing dan memperbaiki kualitas hidup.

Implikasi Internet; Pendidikan, Ekonomi dan Kehidupan Sosial Masyarakat.

Dunia akademis, sebagai salah satu wahana untuk memacu kompetensi diri, menjadi sangat terbantu dengan perkembangan internet. Mahasiswa dan dosen mendapatkan sumber-sumber alternatif yang lebih luas dan beragam dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Tidak ada lagi hambatan jarak dan waktu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Segala hal yang tersaji di Amerika, Eropa, Australia dan negara Asia lainnya bisa terakses begitu mudah dan menjadi bahan diskusi menarik bagi kalangan dosen dan mahasiswa di Jatinangor sana.

Begitu juga bagi dunia usaha. Tabloid Komunika Depkominfo di edisi 16/Tahun III/Agustus 2007 halaman 3 memberikan laporan yang sangat menarik tentang sebuah KBM (Kelompok Belajar Masyarakat) di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Melalui program telecentre yang disponsori oleh Bappenas dan UNDP, warga memanfaatkan internet untuk membantu aktivitas pertaniannya. Sungguh mencengangkan, hasilnya, lonjakan kenaikan pendapatan secara spontan sampai 150%. Masyarakat mempelajari cara beternak lele, bertanam padi organik, tanaman hias, belimbing dan lainnya melalui internet.

Melalui media internet masyarakat dapat berkompetisi dengan masyarakat global dengan menghasilkan produk berupa aktivitas ekonomi yang lebih berkualitas. Implikasinya, perbaikan kualitas hidup tercapai karena pendapatan masyarakat yang lebih baik.

Tidak hanya pada bidang pendidikan dan ekonomi, dalam kehidupan sosial pun, masyarakat ikut merasakan perkembangan dunia teknologi informasi. Karena sifatnya yang cepat, memotong hambatan geograpis serta murah, problem-problem sosial kehidupan masyarakat pun bisa teratasi dengan internet.

Pada hari Sabtu tanggal 24 bulan Maret, pukul 20.00 WIB atau pukul 1.00 PM waktu Inggris terjadi sebuah perhelatan kehidupan manusia yang sangat menarik. Pasangan muda Iim Halimatus Sa'diyah, M.A. binti K.H. Khulaimi (25) dengan Sirojuddin Arif, M.A. bin K.H. Sahir Maksudi (28) yang tengah menimba ilmu di Oxford University menjalankan akad nikah dengan teknologi informasi melalui media teleconference. Demikian momen ’bersatunya Inggris – Cirebon dalam pernikahan’ termuat dalam Harian Umum Pikiran Rakyat, edisi cetak 26 Maret 2007.

Konvergensi IT dan Telekomunikasi

Kemudahan-kemudahan di atas pada saat sekarang ini telah menghadir di sekeliling masyarakat. Bila sebelumnya penggunaan teknologi informasi mempersyaratkan adanya perangkat keras berupa komputer dan notebook, maka inovasi teknologi terkini telah memungkinkan kehadiran internet di setiap saat dan setiap waktu dalam genggaman tangan kita. Anytime anywhere, internet dapat diakses

Di awal kehadirannya, teknologi informasi selalu berkenaan dengan komputer atau laptop yang mesti tersambung dengan kabel jaringan. Ketersediaan perangkat keras seperti ini tentunya mensyaratkan pemenuhan kebutuhan ruang yang cukup besar. Pemenuhan kebutuhan informasi pun terhambat oleh mobilitas manusia. Melalui perkembangan teknologi komunikasi, kehadiran informasi dapat selalu berada dalam genggaman kita. Akses berita tidak hanya berkaitan dengan perangkat komputer yang cukup besar dan berat, tetapi juga termungkinkan melalaui handphone yang bisa dimasukkan di saku celana kita. Dengan demikian, kemudahan itu terjelma menjadi keseharian dari kehidupan kita.

Episode berikutnya dalam babak konvergensi teknologi ini adalah kita tidak akan lagi disibukkan dengan macet yang melanda ibu kota. Rapat bisa dilaksanakan walaupun kita tidak sedang berada di kantor. Sementara para staff berada di ruang yang sangat jauh,di atas jok sebuah mobil, kita bisa memimpin sebuah rapat untuk menghasilkan keputusan besar.

Konvergensi antara teknologi informasi dengan dunia telekomunikasi menyelamatkan banyak waktu yang terbuang. Seluruh kehidupan kita menjadi sangat efektif dan efisien. Kompetensi terus meningkat, kualitas hidup bertambah baik dan problem tekhnis dalam kehidupan sosial kita bisa terselesaikan.

Bahkan, Manfaat ini akan semakin dirasakan berlipat oleh semua masyarakat. Roadmap pengembangan teknologi informasi dan telekomunikasi kita pun pada saat sekarang ini telah memprioritaskan akses kepada segenap penjuru negeri. Menteri Komunikasi dan Informatika telah menargetkan terpenuhinya fasilitas komunikasi bagi 20.000 desa pada tahun 2008. Angka ini tentunya akan terus meningkat seiring berjalannya waktu. Apalagi pada saat sekarang ini pembangunan jaringan serat optik Palapa Ring sebagai tulang punggung (backbone) bagi sistem telekomunikasi nasional sedang digulirkan.

Palapa Ring adalah suatu proyek pembangunan jaringan serat optik nasional. Palapa Ring merupakan jaringan serat optik pita lebar yang dapat membawa data berkecepatan tinggi serta berkapasitas besar yang terdiri dari tujuh cincin serat optik meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian. Dengan total panjang kabel laut sejauh 35.280 km, dan kabel di daratan sejauh 21.807 km, Palapa Ring diharapkan akan dapat menghubungkan 440 kabupaten di seluruh Indonesia. Terobosan luar biasa ini tentunya akan membuka hambatan informasi (information barrier) wilayah Indonesia yang sangat luas.

Masyarakat dapat menyalurkan hak bicara bahkan hak suaranya melalui internet. Munculnya penolakan penetapan Imam Bonjol sebagai tokoh pahlawan nasional pun dipicu oleh ekspose sebuah situs di internet. Padahal, jauh sebelumnya gugatan tersebut sudah dipublikasikan dalam sebuah buku. Dalam kasus lain, beragam situs dan blog yang menyatakan dukungan atau penolakan terhadap kebijakan publik atau tokoh publik menjamur begitu marak. Apalagi, mekanisme pembuatan situs dan blog semakin mudah dan familiar.

Melalui pertautan ini, masyarakat mempunyai wahana baru untuk menyalurkan aspirasi melalui cara-cara yang kreatif. Orientasi hidup masyarakat pun terbentuk seiring dengan berkembangnya kreativitas. Inilah tipikal masyarakat yang ideal, yaitu masyarakat yang memiliki kehidupan keseharian yang berorientasi. Tidak ada lagi peluang pemborosan waktu yang memancing masyarakat bertindak bodoh dan kontraproduktif.

Fokus kita setelah ini tentunya akan meningkat sebagai bangsa, menuju terciptanya Indonesia yang lebih sejahtera dan berkeadilan.

Semoga.

Sukabumi, 13 Oktober 2007

No comments:

Post a Comment