Setiap kali naik Bus Way melewati halte Dukuh Atas, mata saya selalu tertumpu pada sebuah iklan produk Bank Muamallat.. Yang membuat saya jengkel, mangkel dan merasa malu sebagai seorang muslim adalah kalimat promosi dalam iklan itu. Saya lupa detailnya tapi kira-kira bunyinya adalah ; tinggalkan riba, pindah ke jalur halal..
Riba adalah haram dan harus dihindari. Teks iklan itu seolah mau mengatakan bahwa menabung di Bank konvensional merupakan tindakan yang haram, riba dan harus di hindari. Dengan kata lain, bila masyarakat ingin mendapatkan syurga maka bank nya adalah Bank Muamallat. Menabung di BRI, BNI, Danamon dan bank konvensional lainnya hanya mengantarkan masyarakat ke neraka karena keharamannya.
Dilihat dari sudut apapun, baik itu memakai argumentasi keagamaan maupun ilmu komunikasi dalam manajerial organisasi modern, iklan ini sangat tidak cerdas dan mencerdaskan. Teks iklan hanya menunjukan kepicikan berpikir atau bila tidak hanya merupakan indikator tidak profesionalnya orang-orang yang merasa muslim dalam berkecimpung di dunia profesional.
Sudut Pandang Agama
Memakai sudut pandang agama, keharaman bank konvensional masih merupakan kontroversi. Benar bahwa ada ulama yang menyatakan keharaman bunga bank konvensional, tetapi bahwa sebuah kebenaran juga bila banyak ulama yang menghalalkan bunga bank konvensional. Artinya keharaman bunga bank masih menjadi perdebatan. Masyarakat masih memiliki kebebasan untuk menyatakan pendapatnya berdasar pada alasan-alasan yang di lontarkan para ulama.
Bunga bank bukan faham al Qiyadhah Al Islamiyah. Pemahaman keagamaan yang terang-terang telah melanggar prinsip dasar keislaman ; kesaksian muhammad sebagai nabi terakhir dan pengingkaran terhadap rukun Islam dan iman. Fatwa keharaman bunga bank, sebagaimana juga fatwa kehalalannya, adalah perbedaan pada masalah furu’. Keduanya masih memungkinkan adanya kritik karena mengabaikan dimensi sosiologis masyarakat.
Kehadiran Bank Syariah tidak dapat dilepaskan dari kebimbangan yang melanda masyarakat dalam berinteraksi dengan dunia perbankan. Sehingga sangat tepat bila ada iklan sebelumnya yang menyatakan kalau memakai fasilitas perbankan syariah adalah usaha yang akan lebih menentramkan masyarakat.
Lebih jauh lagi, bila kita ingin membicangkan Bank Syariah, argumentasi pendirian Bank Syari’ah yang katanya untuk menjalankan syariat Islam sudah menjadi sangat tidak relevan. Pendirian Bank Syari’ah pada akhirnya tidak jauh berbeda dengan pendirian bank konvensional lainnya. Motif ekonomi untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Pendirian Bank Syariah sama sekali sudah tidak ada kaitannya dengan itikad untuk melaksanakan Syariat Islam. Karena tidak ada keterkaitan antara HSBC, yang mendirikan HSBC Syariah, dengan idealisme ajaran Islam. Sebagaimana juga Bank Danamon yang memiliki unit Syariah. Bila yang pertama berasal dari Hong Kong dan Shanghai, yang kedua pemiliknya adalah Singapore. Dua negeri sekuler dimana komunitas muslim sangat sedikit dan relatif tidak memiliki akses kebijakan di dua negera.
Mari kita melihat Bank Syariah sebagai sebuah alternatif dari sistem perbankan homogen yang ditawarkan kepada masyarakat. Keunggulan masing-masing sistem akan diuji dari aspek manfaatnya bagi masyarakat umum. Sebagai seorang muslim tentunya kita sangat meyakini kalau tawaran alternatif itu, selama dijalankan secara murni dan konsisten, akan menjadi solusi dari sistem ekonomi yang sudah begitu menghegemonik.
Sudut pandang komunikasi.
Kemestiannya adalah; iklan itu memberikan advantage value dan competitive value dari produk perbankan Syariah yang ditawarkan dibandingkan dengan produk perbankan lainnya. Terlebih bila hal ini dikaitkan dengan warga Jakarta yang lebih well informed dan rasional.
Praktek komunikasi seperti ini jelas, selain tidak cerdas, juga tidak mencerdaskan. Tidak cerdas karena sangat tidak sesuai dengan kharakther masyarakat Jakarta yang well informed, rasional dan well educated. Tidak mencerdaskan karena sama sekali tidak menunjukan sisi argumentasi rasional bagi masyarakat. Masyarakat digiring untuk membabi buta menuruti segala hasrat yang belum tentu tingkat kebenarannya. komunikasi menjadi sangat minus aspek edukasi.
Eksplorasi idiom-idiom agama hanya menunjukan ketidakmampuan untuk bisa bersaing secara fair dengan bank konvensional. Seolah dengan mengatakan tabungan ini sesuai perintah agama, tidak perlu lagi adanya menaikan kualitas produk perbankan melalui service atau layanan tambahan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Mengatakan produk saya tabungan saya halal sementara yang lain haram, hanya menunjukan kepicikan memahami agama dan kepengecutan untuk berkompetisi secara fair dengan para kompetitor lainnya.
Maaf Pak Direktur!.. Iklan perusahaan anda sangat tidak islami dan tidak profesional
Bismillah
ReplyDeletesmoga Allah memberi petunjuk kepada kita. pembahasan iklan yg tidak bersahabat, menurut bahasa bung delia, sepertinya hanya dari kacamata pembenaran anda saja.
hukum riba sudah jelas tertulis di Al-Qur'an dan diterangkan dengan gamblang oleh para ulama. coba klik ini http://www.almanhaj.or.id supaya mendapatkan pencerahan dari kacamata Islam
dari kacamata saya tidak ada yg salah dengan iklan tersebut, itu ranah syariat, yg haram sdh jelas dan yg halal pun sdh jelas. ketika kita main di area abu-abu, tampaklah kemunafikan kita, sebagaimana jelasnya bendera kafir & muslim
intinya, berilmu sebelum berkata ! KETIKA MASUK RANAH SYARIAT, TENTUNYA SESUAIKAN KOMENTAR ANDA DENGAN LANDASAN KEIMANAN, BUKAN AKALPEMBENARAN, KENAPA ANDA TIDRAK MENGKRITIK IKLAN2 ROKOK YG JELAS HARAM HUKUMNYA? TIDAKKAH ADA PENYESATAN DALAM BAHASA IKLANNYA?
SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN KITA PETUNJUK !
Bismillah
ReplyDeletesmoga Allah memberi petunjuk kepada kita. pembahasan iklan yg tidak bersahabat, menurut bahasa bung delia, sepertinya hanya dari kacamata pembenaran anda saja.
hukum riba sudah jelas tertulis di Al-Qur'an dan diterangkan dengan gamblang oleh para ulama. coba klik ini http://www.almanhaj.or.id supaya mendapatkan pencerahan dari kacamata Islam
dari kacamata saya tidak ada yg salah dengan iklan tersebut, itu ranah syariat, yg haram sdh jelas dan yg halal pun sdh jelas. ketika kita main di area abu-abu, tampaklah kemunafikan kita, sebagaimana jelasnya bendera kafir & muslim
intinya, berilmu sebelum berkata ! KETIKA MASUK RANAH SYARIAT, TENTUNYA SESUAIKAN KOMENTAR ANDA DENGAN LANDASAN KEIMANAN, BUKAN AKALPEMBENARAN, KENAPA ANDA TIDRAK MENGKRITIK IKLAN2 ROKOK YG JELAS HARAM HUKUMNYA? TIDAKKAH ADA PENYESATAN DALAM BAHASA IKLANNYA?
SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN KITA PETUNJUK !
08 July 2009 14:37