Bila ingin melihat betapa baiknya orang Indonesia, coba aja naik KRL Ekspress Jakarta - Bogor, Jakarta - Depok, Jakarta - BSD atau Jakarta - Bekasi pada saat jam berangkat atau pulang jam kantor.
Setelah membayar karcis yang cukup mahal (Rp 9.000 - Rp 13.000) penumpang KRL harus puas dengan gerbong kereta bekas dari Jepang dengan AC yang kadang-kadang tidak stabil. Masalah kapasitas gerbong?jangan tanya hal itu. Jangan pernah bertanya apalagi menghitung kelayakan kapasitas gerbong itu sebetulnya untuk berapa orang. Pokoknya KRL berhenti di beberapa statsiun yang sudah ditunjuk setelah itu silahkan penumpang yang sudah membeli tiket masuk, tidak perduli didalam sudah penuh atau belum.
Kecepatan?yang dimaksud dengan ekspress bukannya kereta bergerak cepat, tetapi kereta hanya tidak berhenti di setiap statsiun seperti KRL ekonomi dan bisa jadi kecepatannya tidak jauh berbeda dengan KRL Ekonomi karena traffic nya yang padat. So bisa jadi waktu tempuh dengan KRL Ekspres menjadi sangat tidak ekspres.
Setelah itu semua, lihatlah kebaikan orang Indonesia itu. Mereka tetap merelakan sebagian uangnya untuk membeli bangku kecil atau koran supaya bisa melepas lelah sejenak dalam kereta setelah seharian bekerja. Jadi ternyata kenyamanan belum kunjung didapat meskipun sudah bayar karcis cukup mahal.
Begitu baiknya penumpang kereta di Indonesia. Tapi saya juga ragu, apakah ini karena baik atau memang karena kita sudah terbiasa dengan penindasan? Tidak tahu lah...
hanya mereka yang sehat bisa dan mau marah menghadapi berbagai ketidakadilan sosial yang merajalela.sebagian besar dari kita terlalu kebal rasa, apatis atau justru menikmati berbagai keterasingan sosial ini.sebagian besar dari kita terlalu sakit untuk meronta dan menjerit......
ReplyDeleteSebenarnya bukan masalah bekas atau tidaknya untuk kereta ekspres dari Jepang, tapi karena penggunaan dan maintenancenya.
ReplyDeleteAC yang bocor itu karena tidak segera diperbaiki,padahal saya sering sekali melihat krl yang sama di Jepang, walaupun telah lama beroperasi belum lagi di sana pun tetap berdesak-desakan kalau jam berangkat dan pulang kantor , tapi karena rutin jadwal maintenance, teratur/ disipin para penggunanya ,istirahat dan pembersihannya, jadi tetap awet.
Sekali lagi, selain orang Indonesia kurang kritis/ apatis terhadap hak nya juga "jorok" pemakaiannya. Oleh karena sangat diperlukan kekritisan untuk bisa memajukan negara dalam segala aspek.