Saat tulisan ini dibuat, kondisi kesehatan Suharto, presiden terlama Indonesia, masih kritis. Banyak isyu muncul kembali mengiringi sakitnya Soeharto. Mulai dari persiapan pemakaman di kompleks pemakaman Soeharto, Karang Anyar Jawa Tengah, kemunculan para pejabat orde baru yang menyambangi dan memberi dukungan moral terhadap keluarga Soeharto, harapan pemberian maaf terhadap Soeharto meskipun tidak pernah ada kejelasan kapan Soeharto meminta maaf serta beberapa gelintir orang yang mencoba memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan popularitas melalui statemen konyol dan kunjungan semu. Yang tidak pernah lepas tentunya masalah status hukum Soeharto. Dakwaan atas pelanggaran HAM serta korupsi selama berkuasa.
Para pendukung Soeharto bersikeras, atas nama kemanusiaan, untuk memaafkan Soeharto merujuk kepada kondisi kesehatan dan jasa-jasa yang sudah diberikannya terhadap Indonesia. Bahkan lebih sadis lagi Ismail Saleh, mantan Mentri Kehakiman era Soeharto, menggunakan kata "biadab" untuk mengingatkan orang-orang yang bersikeras menuntut pengadilan atas Soeharto.
Sementara itu di pihak lain para penuntut Soeharto tetap bersikeras untuk menuntaskan kasus hukum Soeharto. Mahasiswa dan para korban pelanggaran HAM mantan Presiden Soeharto bersikukuh bahwa Soeharto harus tetap diadili. Mereka berdoa atas kesembuhan Soeharto supaya bisa menjalani proses peradilan. Gus Dur, salah satu rival politik Soeharto, seperti biasa berkomentar cerdas dengan bungkusan lelucon. Bagi Gus Dur penegakan hukum adalah segala-galanya. Bila Soeharto tidak bisa ke meja hijau karena sakit, bukankah meja hijau bisa dibawa ke Rumah Sakit?pendapat yang ringan, menyentil, tajam dan cerdas.
Historis dan Mitos
Diantara problem masyarakat Indonesia adalah kejujuran dalam melihat sejarah. Harapan tinggi terhadap kesempurnaan, baik kejadian maupun personal, sering melahirkan pandangan-pandangan yang tidak realistis dan jujur. Ketika harapan akan kesempurnaan ini tidak disikapi secara cerdas dan dewasa oleh para elite serta tokoh masyarakat, kondisinya menjadi lebih kompleks. Tidak hanya masyarakat yang terjebak oleh ketidakjujuran, para elite pun kemudian terjebak untuk melakukan tindakan manipulatif yang tidak urung berdampak negatif bagi dirinya sendiri.
Cerita tentang pahlawan adalah sebuah contoh. Pahlawan sering dilihat sebagai sosok yang berkemampuan diatas rata-rata secara rasional dan irrasional. Dalam pandangan masyarakat kita tidak mungkin seorang hero berkemampuan sama dengan masyarakat umumnya. Seorang pahlawan mesti mempunyai kemampuan lebih dibanding masyarakat umum. Karena dengan kelebihan-kelebihan inilah kemudian dia bisa menjalankan fungsi dan perannya di tengah masyarakat.
Titik ekstrem nya terjadi ketika pahlawan dipandang sebagai sosok yang sangat mitos. Pahlawan adalah sosok yang sangat lengkap baik secara lahir dan bathin. Dia dianggap tidak akan melakukan kesalahan yang dilakukan oleh manusia secara umumnya sehingga melupakan hukum dasar manusia itu sendiri.
Pahlawan juga manusia. Makhluk dimana didalam dirinya diciptakan segala potensi baik dan buruk dalam menjalani hidup. Potensi ini setiap waktu senantiasa bertarung untuk menentukan siapa yang berkuasa pada satu kurun waktu. Suatu saat bisa jadi kebaikan menjadi pemenang, tetapi itu tidak akan pernah menjamin kebaikan selalu menaungi dirinya. Seperti kata Paulo Coelho, kebaikan dan keburukan bagi manusia adalah masalah potensi belaka. Tidak ada manusia yang steril dari unsur kebaikan dan keburukan. Semuanya hanya masalah managerial belaka.
Soeharto, seperti juga hero lainnya yang pernah lahir di negeri ini, adalah manusia biasa. Memiliki potensi baik dan buruk dalam dirinya. Kebaikan yang dilakukan Soeharto merupakan manifestasi kemanusiaannya. Sebagaimana kebaikannya, kejahatan Soeharto tidak akan pernah menjadikannya binatang. Terkecuali bila kejahatan itu dilakukan diluar batas kemanusiaannya. Memposisikan Soeharto, sebagaimana juga tokoh masyarakat lainnya, sebagai manusia adalah sesuatu yang terlupakan.
Soeharto adalah sosok historis. Manusia biasa, seperti juga masyarakat umumnya, yang berhadapan dengan segala pernik kehidupannya. Soeharto bukan sosok mitos tentang seorang yang tanpa cela dan hebat super sempurna. Memandang Soeharto sebagai sosok mitos hanya akan melahirkan kepura-puraan dan ketidak jujuran dalam melihat realitas.
Memaafkan segala bentuk kejahatan adalah sebuah keharusan karena tidak ada manusia yang tidak melakukan kesalahan selama hidupnya. Memaafkan berarti mengakui segala dimensi positif dari semua manusia, dibalik semua alpa yang telah dilakukan. Memaafkan adalah kejujuran dan ketulusan dalam memandang setiap perilaku manusia.
Menghukum bukanlah semata menyalahkan. Hukuman adalah pengingatan kepada setiap orang akan perlunya berhati-hati terhadap segala potensi negatif yang ada dalam diri. Menghukum Soeharto bukanlah tindakan minus kemanusiaan. Karena bila pandangan terakhir ini dipakai, maka kita telah melakukan ketidakadilan. Melupakan nilai kemanusiaan terhadap seluruh korban pelaku kejahatan.
Memaafkan bagi bangsa Indonesia sudah menjadi ajaran hidupnya. Masyarakat sudah memikirkan untuk memberi maaf meskipun Soeharto dan keluarganya tidak pernah mengeluarkan permohonan maaf. Bangsa Indonesia bukanlah pendendam, karena pendendam tidak akan pernah mengeluarkan maaf, terlebih tanpa ada permohonan maaf. Tuntutan hukuman adalah tuntutan adanya keadilan di tengah kehidupan masyarakat.
Menghukum Soeharto tidak akan pernah membuat jasa Soeharto luntur. Soeharto tetaplah manusia dengan atau tanpa hukuman. Soeharto tetaplah seorang hero yang tidak akan pernah dilupakan segala kiprah dan jasanya dalam sejarah perjalanan Indonesia. Memaafkan dan menghukum Soeharto tidak akan pernah menegasikan segala kebesaran Soeharto.
Sebagaimana yang diperlihatkan oleh bangsa Jerman, yang tetap mendokumentasikan secara baik jejak-jejak kekejaman bangsa Jerman terhadap yahudi, kejahatan yang dilakukan tidak pernah membuat bangsa arya sebagai bangsa jahanam. Sampai sekarang Jerman masih tetap dianggap bangsa yang terhormat. Unggul secara mental dan intelektual sehingga menjadi rujukan banyak bangsa dalam membangun negerinya.
Soeharto tidak boleh dikerdilkan, sebagaimana dia juga tidak boleh dikultuskan. Biarlah Soeharto menjadi sosok historis dalam sejarah kehidupan kita. Kebesaran Soeharto tidak akan pernah berkurang meskipun ditempeli status hukum negatif. Yang akan mengurangi kebesaran Soeharto adalah ketidakjujuran dalam menempatkan dirinya.
Memaafkan dan menghukum Soeharto adalah sebuah keharusan.
Para pendukung Soeharto bersikeras, atas nama kemanusiaan, untuk memaafkan Soeharto merujuk kepada kondisi kesehatan dan jasa-jasa yang sudah diberikannya terhadap Indonesia. Bahkan lebih sadis lagi Ismail Saleh, mantan Mentri Kehakiman era Soeharto, menggunakan kata "biadab" untuk mengingatkan orang-orang yang bersikeras menuntut pengadilan atas Soeharto.
Sementara itu di pihak lain para penuntut Soeharto tetap bersikeras untuk menuntaskan kasus hukum Soeharto. Mahasiswa dan para korban pelanggaran HAM mantan Presiden Soeharto bersikukuh bahwa Soeharto harus tetap diadili. Mereka berdoa atas kesembuhan Soeharto supaya bisa menjalani proses peradilan. Gus Dur, salah satu rival politik Soeharto, seperti biasa berkomentar cerdas dengan bungkusan lelucon. Bagi Gus Dur penegakan hukum adalah segala-galanya. Bila Soeharto tidak bisa ke meja hijau karena sakit, bukankah meja hijau bisa dibawa ke Rumah Sakit?pendapat yang ringan, menyentil, tajam dan cerdas.
Historis dan Mitos
Diantara problem masyarakat Indonesia adalah kejujuran dalam melihat sejarah. Harapan tinggi terhadap kesempurnaan, baik kejadian maupun personal, sering melahirkan pandangan-pandangan yang tidak realistis dan jujur. Ketika harapan akan kesempurnaan ini tidak disikapi secara cerdas dan dewasa oleh para elite serta tokoh masyarakat, kondisinya menjadi lebih kompleks. Tidak hanya masyarakat yang terjebak oleh ketidakjujuran, para elite pun kemudian terjebak untuk melakukan tindakan manipulatif yang tidak urung berdampak negatif bagi dirinya sendiri.
Cerita tentang pahlawan adalah sebuah contoh. Pahlawan sering dilihat sebagai sosok yang berkemampuan diatas rata-rata secara rasional dan irrasional. Dalam pandangan masyarakat kita tidak mungkin seorang hero berkemampuan sama dengan masyarakat umumnya. Seorang pahlawan mesti mempunyai kemampuan lebih dibanding masyarakat umum. Karena dengan kelebihan-kelebihan inilah kemudian dia bisa menjalankan fungsi dan perannya di tengah masyarakat.
Titik ekstrem nya terjadi ketika pahlawan dipandang sebagai sosok yang sangat mitos. Pahlawan adalah sosok yang sangat lengkap baik secara lahir dan bathin. Dia dianggap tidak akan melakukan kesalahan yang dilakukan oleh manusia secara umumnya sehingga melupakan hukum dasar manusia itu sendiri.
Pahlawan juga manusia. Makhluk dimana didalam dirinya diciptakan segala potensi baik dan buruk dalam menjalani hidup. Potensi ini setiap waktu senantiasa bertarung untuk menentukan siapa yang berkuasa pada satu kurun waktu. Suatu saat bisa jadi kebaikan menjadi pemenang, tetapi itu tidak akan pernah menjamin kebaikan selalu menaungi dirinya. Seperti kata Paulo Coelho, kebaikan dan keburukan bagi manusia adalah masalah potensi belaka. Tidak ada manusia yang steril dari unsur kebaikan dan keburukan. Semuanya hanya masalah managerial belaka.
Soeharto, seperti juga hero lainnya yang pernah lahir di negeri ini, adalah manusia biasa. Memiliki potensi baik dan buruk dalam dirinya. Kebaikan yang dilakukan Soeharto merupakan manifestasi kemanusiaannya. Sebagaimana kebaikannya, kejahatan Soeharto tidak akan pernah menjadikannya binatang. Terkecuali bila kejahatan itu dilakukan diluar batas kemanusiaannya. Memposisikan Soeharto, sebagaimana juga tokoh masyarakat lainnya, sebagai manusia adalah sesuatu yang terlupakan.
Soeharto adalah sosok historis. Manusia biasa, seperti juga masyarakat umumnya, yang berhadapan dengan segala pernik kehidupannya. Soeharto bukan sosok mitos tentang seorang yang tanpa cela dan hebat super sempurna. Memandang Soeharto sebagai sosok mitos hanya akan melahirkan kepura-puraan dan ketidak jujuran dalam melihat realitas.
Memaafkan segala bentuk kejahatan adalah sebuah keharusan karena tidak ada manusia yang tidak melakukan kesalahan selama hidupnya. Memaafkan berarti mengakui segala dimensi positif dari semua manusia, dibalik semua alpa yang telah dilakukan. Memaafkan adalah kejujuran dan ketulusan dalam memandang setiap perilaku manusia.
Menghukum bukanlah semata menyalahkan. Hukuman adalah pengingatan kepada setiap orang akan perlunya berhati-hati terhadap segala potensi negatif yang ada dalam diri. Menghukum Soeharto bukanlah tindakan minus kemanusiaan. Karena bila pandangan terakhir ini dipakai, maka kita telah melakukan ketidakadilan. Melupakan nilai kemanusiaan terhadap seluruh korban pelaku kejahatan.
Memaafkan bagi bangsa Indonesia sudah menjadi ajaran hidupnya. Masyarakat sudah memikirkan untuk memberi maaf meskipun Soeharto dan keluarganya tidak pernah mengeluarkan permohonan maaf. Bangsa Indonesia bukanlah pendendam, karena pendendam tidak akan pernah mengeluarkan maaf, terlebih tanpa ada permohonan maaf. Tuntutan hukuman adalah tuntutan adanya keadilan di tengah kehidupan masyarakat.
Menghukum Soeharto tidak akan pernah membuat jasa Soeharto luntur. Soeharto tetaplah manusia dengan atau tanpa hukuman. Soeharto tetaplah seorang hero yang tidak akan pernah dilupakan segala kiprah dan jasanya dalam sejarah perjalanan Indonesia. Memaafkan dan menghukum Soeharto tidak akan pernah menegasikan segala kebesaran Soeharto.
Sebagaimana yang diperlihatkan oleh bangsa Jerman, yang tetap mendokumentasikan secara baik jejak-jejak kekejaman bangsa Jerman terhadap yahudi, kejahatan yang dilakukan tidak pernah membuat bangsa arya sebagai bangsa jahanam. Sampai sekarang Jerman masih tetap dianggap bangsa yang terhormat. Unggul secara mental dan intelektual sehingga menjadi rujukan banyak bangsa dalam membangun negerinya.
Soeharto tidak boleh dikerdilkan, sebagaimana dia juga tidak boleh dikultuskan. Biarlah Soeharto menjadi sosok historis dalam sejarah kehidupan kita. Kebesaran Soeharto tidak akan pernah berkurang meskipun ditempeli status hukum negatif. Yang akan mengurangi kebesaran Soeharto adalah ketidakjujuran dalam menempatkan dirinya.
Memaafkan dan menghukum Soeharto adalah sebuah keharusan.
No comments:
Post a Comment