Ibn Khaldun, cendikiawan muslim, dalam masterpiecenya Almuqaddimah menyatakan bahwa; Barangsiapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan terdidik oleh zaman, artinya barangsiapa tidak memperoleh tata krama yang dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orang tua mereka yang mencakup guru-guru dan para sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang zaman, zaman akan mengajarkannya.
Jauh sebelumnya Nabi Muhammad mengingatkan bahwa kullu mauludin yuuladu ala fithrah, faabawahu yuhawidaanih aw yunashiranihi, setiap yang lahir itu pada dasarnya terlahir dalam keadaan fithrah (suci) dimana perkembangan selanjutnya tergantung kepada orang tua nya apakah mereka akan menjadikan anak mereka Yahudi atau Majusi.
Pandangan mendasar nabi tentang hakekat seorang anak menjelaskan bahwa dasar semua anak itu adalah suci bersih dimana kesuciannya itu akan bertahan atau tidak tergantung dari orang tua nya sendiri. Ibnu Khaldun mengurai lebih lanjut bahwa bila orang tua tidak mengindahkan pendidikan anaknya, maka alamlah yang akan membentuk anak tersebut.
Lalu bagaimana orang tua dan alam membentuk perilaku tumbuh kembang anak kita?Apa saja faktor-faktor dari orang tua dan alam yang akan mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak?Hal inilah yang telah dielaborasi lebih mendalam dan mendetail para pemikir barat tentang tumbuh kembang anak dan dirangkum secara menarik oleh Santrock dalam bukunya; Children. Berikut uraiannya;
Tumbuh kembang anak adalah sesuatu yang kompleks dan memiliki banyak dimensi yang mesti diperhatikan. Munculnya banyak teori tentang perkembangan anak pada dasarnya bukan berarti terjadi silang pendapat dalam studi perkembangan anak, tetapi lebih menunjukan pada kompleksitas perkembangan anak dan spesialisasi dari teori tersebut.
Tidak ada satu teori yang bisa menjelaskan seluruh aspek perkembangan anak. Setiap teori memberikan potongan informasi penting dalam kepingan perkembangan anak. meskipun terkadang teori-teori tersebut bertentangan, kebanyakan informasinya saling melengkapi dan bukan saling menetang
Berikut ini adalah hasil studi yang menekankan pentingnya tumbuh kembang anak usia dini yang mesti menjadi perhatian bersama
Menurut psikoanalisa Sigmund Freud pada dasarnya kepribadian manusia itu terdiri dari tiga struktur, yaitu Id, ego dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang mencakup insting yang merupakan sumber energi fisik seseorang. Id sepenuhnya tidak sadar, tidak berhubungan dengan kenyataan.
Ketika anak mendapatkan tuntutan dan tekanan dari kenyataan, struktur baru dari kepribadian muncul; ego. Ego berhubungan dengan tuntutan kenyataan dan disebut sebagai “eksekutif” dari kepribadian karena ego menggunakan rasio untuk mengambil keputusan. Id dan ego tidak memiliki moralitas dan tidak memperhitungkan apakah sesuatu itu benar atau salah. Superego adalah struktur kepribadian yang berfungsi sebagai cabang moral kehidupan, bagian yang memberikan pertimbangan apakah sesuatu benar atau salah. Superego sering disebut dengan “kesadaran”
Freud berkesimpulan, setelah mendengarkan dan menganalisa pasien-pasien yang datang padanya, bahwa permasalah kehidupan manusia pada dasarnya akibat dari pengalaman pada awal kehidupannya. Masa-masa awal kehidupan seorang manusia menurut Freud sangat memberikan peranan penting dalam kehidupan di masa besarnya.
Hasil temuan Freud menunjukan bahwa ketika seorang anak tumbuh, faktor kesenangan dan dorongan seksual mereka bergeser dari mulut ke anus dan akhirnya ke genital. Bila diurai lebih skematis, maka manusia itu menurut Freud hidup melalui lima taham perkembangan psikoseksual: oral, anal, phalik, laten dan gential. Bagi Freud kepribadian dewasa setiap orang ditentukan oleh cara setiap menyelesaikan pertentangan antara sumber kesenangan dan tuntutan kenyataan pada setiap tahap perkembangan.
Kepribadian dasar orang, tegas Freud, dibentuk selama lima tahun pertama kehidupan kita. Adapun lima tahapan perkembangan psikoseksual anak itu adalah;
Fase Oral
Fase Anal
Fase Phalik
Fase Laten
Fase Genital
Kesenangan Bayi terpusat pada mulut
Kesenangan anak berfokus pada anus
Kesenangan anak terpusat pada alat kelamin
Anak membendung ketertarikan seksual dan mengembangkan ketermpilan sosial dan intelektual
Waktu ketika daya seksual dari kesenangan seksual muncul lagi: seseorang diluar keluarga
Lahir – 1,5 tahun 1,5 – 3 Tahun 3-6 tahun
6 Tahun - Pubertas Setelah puberitas
Tetapi bagi para pakar psikoanalisis kontemporer, pandangan Freud ini terlalu memberikan perhatian berlebih pada faktor dorongan seksual. Psikoanalis pelanjut Freud berpendapat, dibanding pikiran tidak sadar, justu pikiran sadar lah yang memiliki peranan lebih dominan. Diantara koreksi dari para psikoanalisis berikutnya diungkap Erik – Erikson (1902-1994)
Manusia, menurut Menurut Erikson, berkembang dalam tahapan psikososial bukan psikoseksual seperti yang diutarakan Freud. Motivasi utama perilaku manusia adalah sosial dan mencerminkan hasrat berafiliasi dengan orang lain
Dalam teori Erikson, manusia hidup melalui delapan tahapan perkembangan. Pada masing-masing tahap perkembangan memiliki keunikan yang menghadapkan seseorang pada sebuah krisis yang mesti diselesaikan. Krisis ini tidaklah menghancurkan, tetapi merupakan sebuah titik balik yang ditandai dengan peningkatan kerawanan dan peningkatan potensi. Semakin sukses seseorang menyelesaikan krisis tersebut, maka semakin sehatlah perkembangannya
Adapun delapan tahapan perkembangan itu adalah sebagai berikut ;
Integritas Versus Keputusasaan Masa dewasa akhir (60 tahun keatas)
Generativitas Versus Stagnasi Masa dewasa madya (usia 40an dan 50an)
Keintiman Versus Isolasi Masa dewasa awal (usia 20an – 30an)
Identitas Versus Kebingungan Identitas Masa remaja (10-20 tahun)
Tekun Versus Rendah Diri Masa kanak-kanak menengah dan akhir (masa sekolah dasar, 6 tahun hingga pubertas)
Insiatif Versus Rasa Bersalah Masa kanak-kanak awal (masa pra sekolah, 3-5 tahun)
Otonomi Versus Ragu dan Malu Masa bayi (1-3 tahun)
Kepercayaan Versus Ketidakpercayaan Masa bayi (tahun
Kepercayaan versus ketidakpercayaan. Kepercayaan selama masa bayi membentuk dasar pengharapan seumur hidup bahwa dunia akan menjadi tempat yang baik dan menyenangkan untuk ditinggali. Otonomi versus ragu dan malu, adalah masa ketika bayi mulai memahami bahwa perlaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan kebebasan atau otonomi mereka. Jika bayi terlalu banyak dilarang atau dihukum terlalu keras, maka mereka cenderung mengembangkan perasaan malu dan ragu.
Tahap selanjutnya dalam masa perkembangan usia dini menurut Erikson adalah tahap inisiatif versus rasa bersalah. Ketika anak prasekolah menghadapi dunia sosial yang lebih luas, mereka menghadapi tantangan-tanganan baru yang menuntut perilaku aktif dan beguna. Anak dituntut untuk bertanggung jawab terhadap tubuh, perilaku, mainan dan binatang peliharaan mereka. perasaan gelisah dapat muncul jika seorang anak tidak bertanggung jawab dan merasa gelisah karenanya.
Tahap keempat, tekun versus rendah diri, adalah tahap perkembangan yang terjadi kira-kira pada masa sekolah dasar. Inisiatif anak menghasilkan pengalaman-pengalaman baru. Ketika mereka memasuki masa kanak-kanak menengah dan akhir, mereka mengarahkan energi mereka untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Tidak ada masa lain yang melebihi antusiasme anak dalam belajar selain dari masa kanak-kanak akhir yang penuh dengan imajinasi. Bahayanya adalah anak dapat mengembangkan rendah diri karena merasa tidak mampu dan tidak produktif
Tahap kelima, Identitas Versus Kebingungan, masa remaja diisi dengan berbagai peran baru dan status sebagai orang dewasa, misalnya pekerjaan dan romantisme. Jika merka menjelajahi peran tersebut dengan cara yang sehat dan mengantarkan mereka pada jalan hidup yang positif, maka mereka akan mendapatkan identitas yang positif. Jika orang tua memaksakan suatu identitas bagi remaja dan remaja menjalankan perannya secara tidak tepat, maka yang terjadi adalah kebingungan identitas.
Keintiman Versus Isolasi, adalah tahap perkembangan yang dialami seseorang pada masa dewasa awal. Pada masa ini seseorang menghadapi tantangan untuk membentuk hubungan yang akrab. Jika seorang dewasa muda membangun pertemanan yang sehat dan hubungan yang akrab dengan orang lain, maka keintiman akan tercapai; jika tidak maka hasilnya adalah isolasi
Generatives versus stagnasi. Generativitas adalah keinginan membantu generasi yang lebih muda untuk mengembangkan dan menjalankan kehidupan yang berguna. Perasaan tidak melakukan apa-apa untuk membantu generasi muda disebut stagnasi
Integritas versus keputusasaan. Pada tahap ini seseorang bercermin pada masa lalunya. Seseorang mungkin telah mengembangkan pandangan positif tentang sebagian besar atau seluruh tahap perkembangan sebelumnya melalui berbagai cara. Jika demikian, pandangan seseorang tentang kehidupannya akan menyatakan bahwa kehidupannya tidak sia-sia dan seseorang akan merasakan kepuasan dan integritas akan dicapai. Jika seseorang menyesaikan tahap-tahap sebelumnya secara negatif, maka pandangan seseorang tentang kehidupannya akan menyatakan keraguan dan kesedihan yang digambarkan Erikson sebagai keputusasaan.
Korekasi terhadap perspektif psikonalisa juga datang dari perspektif kognisi dalam melihat manusia. Bila psikoanalisa mengandaikan pikiran tidak sadar sebagai variable penting dalam proses tumbuh kembang anak, maka hal tersebut bertentangan dengan teori kognitif yang menekankan pentingnya pikiran-pikiran sadar sebagai variable penting penentu tumbuh kembang setiap orang.
Menurut Jean Piaget (Piaget’s Theory) anak-anak pada dasarnya sangat aktif membangun pengertian mereka terhadap dunia dan itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif mereka dan berimplikasi pada kehidupannya di masa yang akan datang.
Merujuk pada Piaget, Santrock menyatakan ; “Untuk merasakan dunia kita, kita mengorganisasi pengalaman-pengalaman kita. Sebagai contoh, kita memisahkan ide-ide penting dari ide-ide yang kurang penting dan menghubungkan satu ide dengan ide yang lain. Sebagai tambahan untuk mengorganisasi pengamatan dan pengalaman, kita beradaptasi, menyesuaikan terhadap kebutuhan lingkungan baru. (Santrock, 2011; 32)
Bila Erik Erikson menunjukan delapan tahapan perkembangan manusia, maka Jean Piaget memperkenalkan empat tahapan perkembangan kognitif anak dalam memahami dunia. Keempat tahapan yang dimaksud Piaget itu adalah sebagai berikut ;
Tahap Sensorik-Motorik Tahap Praoperasional Tahap Operasional Konkret Tahap Operasional Formal
Bayi membentuk pengertian mengenai dunia dengan mengoordinasikan pengalaman sensorisnya dengan aktivitas fisik. Kemajuan bayi dan insting refleksi sejak lahir menuju awal pemikiran simbolis di akhir tahap Anak mulai melihat dunia dengan gambar dan kata-kata. Gambar-gambar dan kata-kata ini merefleksikan pemikirand an melampui hubungan sensoris informasi dan tindakan fisik Saat ini, anak mampu berpikir logis menganai kejadian nyata dan mengklasifikasi objek ke dalam kelompok berbeda Remaja berpikir dengan cara yang abstrak, ideal dan logis
Lahir Hingga 2 Tahun Usia 2 – 7 Tahun Usia 7-11 Tahun Usia 11 Tahun – Dewasa
Pada tahap sensoris-motoris bayi membangun pengertiannya terhadap dunia dengan mengoordinasikan pengalaman sensoris, seperti melihat dan mendengar, dengan tindakan fisik. Pada tahap praoperasional anak-anak mulai melampui dengan mudah untuk menghubungkan informasi sensoris dengan tindakan fisik dan menunjukan dunia melalui kata-kata, imajinasi dan gambaran.
Pada tahap operasional konkret anak-anak dapat melakukan operasi yang melibatkan objek dan mereka dapat beralasan secara logis selama alasannya dapat diterapkan pada contoh yang spesifik dan nyata. Tahap operasional formal tahap ketika individu bergerak melampui pengalaman nyata dan berpikir dalam kondisi yang lebih abstrak dan logis. Sebagai bagian dari berpikir lebih abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka mungkin berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orang tua merka dengan standar ideal ini. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan merka dan terpesan dengan apa yang akan mereka dapatkan. Dalam memecahkan masalah mereka akan lebih sistematis, membangun hipotesis tentang mengapa sesuatu dapat terjadi seperti itu, dan kemudian menguji hipotesis tersebut.
Senada dengan Piaget, adalah Lev Vygotsky (1896-1934) yang melihat bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan mereka. Tetapi berbeda dengan Piaget, Vygotsky menyatakan bahwa interaksi sosial dan budaya memerankan peran lebih penting dalam perkembangan kognitif anak ketimbang usaha anak sendiri dalam membangun dunianya.
Menurut Vygotsky theory perkembangan anak adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sosial budaya. Hasil penelitian Vygotsky menunjukan bahwa pengembangan memory, perhatian dan penalaran melibatkan pembelajaran untuk menggunakan penemuan masyarakat seperti bahasa, sistem, matematika dan strategi memori.
Interaksi sosal anak dengan orang dewasa yang lebih terampil dan rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk perkembangan kognitif mereka. Melalui interaksi ini, mereka belajar untuk menggunakan alat-alat yang akan membantu mereka beradaptasi dan menjadi sukses dalam budaya mereka. Sehingga jika kita dengan teratur membantu anak belajar membaca, maka kita tidak hanya meningkatkan keterampilan membaca seorang anak, tetapi juga mengkomunikasikan terhadap anak bahwa membaca merupakan aktivitas yang penting dalam budayanya.
Pandangan lain yang mengurai tumbuh kembang anak adalah dari teori pengkondisian klasik Pavlov dan pengondisian operan Skinner. Pada awal tahun 90a-an ahli fisiologi Rusian, Ivan Pavlov (1927) melihat kebiasaan anjing yang suka mengeluarkan air liur ketika mencicipi makanan. Penasaran dengan kondisi ini, Pavlov mengujicoba kebiasaan anjing tersebut dengan berbagai simulasi. Sambil menyodorkan makanan buat anjing, Pavlov juga menunjukan gambar atau suara lonceng sebelum anjing melahap makanannya. Hasilnya ternyata, anjing sekarang tidak hanya meneteskan air liur ketika mau makan, tetapi juga ketika mendengar sebuah lonceng atau diperlihatkan sebuah gambar
Dengan percobaan ini Pavlov menemukan prinsip pengondisan klasik, ketika stimulus netral (bunyi lonceng) memperoleh kemampuan untuk menghasilkan respon yang asalnya diproduksi oleh stimulus lain (makanan)
Awal abad 20 John Watson menunjukan bahwa pengondisian klasik Pavlov juga terjadi pada manusia. Ia menunjukan kepada seorang bayi bernama Albert seekor tikus putih untuk melihat apakah ia takut pada tikus tersebut. Ternyata tidak. Saat Albert bermain dengan tikus, sebuah suara keras dibunyikan dibelakang kepalanya. Seperti yang diperkirakan, suara tersebut menyebabkan Albert menangis. Setelah beberapa kali uji coba memasangkan suara keras dengan tikus putih, Albert mulai menangis saat melihat tkus bahkan ketika suara tersebut tidak terdengar.
Albert telah merasakan pengondisian klasik untuk takut terhadap tikus. Demikian juga banyaknya ketakutan yang kita dapatkan dari pengondisian klasik, yaitu takut terhadap dokter gigi mungkin muncul dari pengalaman yang menyakitkan, takut mengemudi karena pernah mengalami kecelakaan lalu lintas, takut ketinggian karena pernah jatuh dari kurisi ketika masih bayi dan takut anjing karena pernah digigit.
Pandangan ini kemudian diperkaya oleh ujicoba yang dilakukan B.F. Skinner (1938) yang melihat bahwa pengondisian klasik pada dasarnya tidak hanya menjelaskan bagaimana kita mengembangkan respon tanpa sengaja seperti ketakutan, tetapi juga menjelaskan bahwa pengkondisan juga menjelaskan perkembangan jenis perilaku lainnya. Melalui pengondisan operan, yang menjelaskan tentang konsekuensi dari sebuah perilaku pada akhirnya menghasilkan perubahan dalam probabilitas terjadinya perilaku tersebut. Sebuah perilaku yang diikuti dengan stimulus penghargaan cenderung terjadi lagi, sedangkan perilaku yang diikuti oleh stimulus hukuman jarang mungkin terjadi lagi.
Menurut Skinner, penghargaan dan hukuman membentuk perkembangan setiap orang. Orang pemalu, belajar untuk malu sebagai akibat dari pengalaman mereka saat tumbuh dewasa. Oleh karena itu Skinner menekankan bahwa modifikasi dalam lingkungan dapat membantu orang orang yang pemalu menjadi berorientasi lebih sosial. Bagi Skinner aspek kunci dari perkembangan adalah perilaku, bukan pikiran dan perasaan. Skinner menekankan bahwa perkembangan terdiri dari pola perubahan perilaku atas penghargaan dan hukuman
Perspektif lain tentang perkembangan anak diurai Albert Bandura yang memperkenalkan social cognitif theory. Bersinergi dengan pandangan behavioristik, yang melihat bahwa perkembangan sebagai sesuatu yang bisa dipelajari dan sangat dipengaruhi oleh interaksi lingkungan, Albert Bandura mengemukakan bahwa setiap anak memperoleh berbagai perilaku, pikiran, dan perasaan yang luas dengan mengamati perilaku orang lain dan pengamatan membentuk bagian penting dari perkembangan anak-anak.
Bandura menjelaskan bahwa manusia secara kognitif mewakili perilaku orang lain dan sesekali mengadopsi perilaku tersebut. Jadi misalnya jika seorang anak melihatnya ayahnya berteriak marah dan memperlakukan orang lain dengan sikap penuh permusuhan, maka dengan teman-temannya, anak muda tersebut bertindak agresif, menunjukan karakteristik perilaku yang sama dengan ayahnya.
Model pembelajaran dan perkembangan terbaru Bandura menyebutkan tentang adanya tiga elemen: perilaku, individu/kognisi, dan lingkungan. Perilaku dapat mempengaruhi individu dan sebaliknya. Kegiatan-kegiatan kognitif dapat mempengaruhi lingkungan, lingkungan dapat merubah kognisi individu tersebut dan seterusnya.
Teori tumbuh kembangkan selanjutnya sebetulnya dikutip dari seorang pakar zoologi, bukan psikolog sebagaimana sebelumnya. Adalah zoologi eropa Konrad Loren (1903-1989) yang melakukan eskperimen luar biasa untuk mengamati perilaku angsa abu-abu yang akan mengikuti ibu mereka segera setelah mereka menetas.
Dalam eksperimennya Lorenz memisahkan telur yang dierami oleh satu angsa menjadi dua kelompok. Satu kelompok ia kembalikan kepada induknya untuk ditetaskan sedangkan kelompok lain dia letakan di inkubator untuk ditetaskan. Angsa dari telor kelompok pertama segera setelah mereka menetas mengikut sang induk kemanapun dia pergi. Adapun angsa kedua, yang melihat Lorenz ketika pertama mereka menetas, mengikuti Lorenz kemanapun pergi seolah dia adalah induk mereka.
Lorenz kemudian bereksperimen lebih lanjut dengan menandai angsa-angsa tersebut dan meletakannya dalam sebuah kotak. Lalu Lorenz berdiri berdampingan dengan induk angsa. Ketika kotak diangkat, setiak kelompok angsa langsung menuju “induknya” masing-masing.
Proses ini disebut imprinting, yaitu proses belajar cepat, naluriah dalam priode kritis di waktu yang terbatas yang melibatkan ketertarikan terhadap benda bergerak pertama yang terlihat.
Teori etologi, begitu teori ini diberi nama, menyatakan bahwa perkembangan normal mengharuskan munculnya perilaku tertentu selama priode kritis, satu periode tetap di awal masa perkembangan. Pada awalnya teori etologi ini tidak terlalu mendapatkan perhatian dan keterkaitan dengan hubungan manusia. Sampai kemudian John Bowlby (1968, 1989) menekankan pentingnya penerapan teori etologi tersebut terhadap manusia.
Bowbly berpendapat bahwa kelekatan pada pengasuh di tahun pertama kehidupan mempunyai konsekuensi penting pada keseluruhan masa hidup. Jika kelekatan tersebut positif dan aman, individu kemungkinan akan berkembang secara positif di masa kanak-kanak dan dewasa. Tetapi jika kelekatan tersebut negatif dan tidak aman, perkembangan sepanjang rentang kehidupan cenderung tidak optimal. “Jadi, dalam pandangan ini, tahun pertama kehidupan adalah masa sensitif bagi perkembangan sosial” (Santrock, 2011; 41)
Bila teori etologi menekankan pentingya faktor biologis, teori ekolog menekankan faktor lingkungan. Teori ekologi yang memiliki implikasi penting dalam memahami perkembangan anak diungkap Urie Brondfenbrenner (1917-2005). Menurut Brondfenbrenner’s ecological theory perkembangan merefleksikan pengaruh beberapa sistem lingkungan.
Bronfenbrenner merumuskan adanya lima sistem lingkungan yang berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak. Adapun kelima tahap itu adalah sebagai berikut;
Mikrosistem, lingkungan tempat individu tinggal. Lingkungan ini termasuk keluarga, teman sebaya, sekolah, lingkungan dan pekerjaan. Di dalam mikro sistem inilah interaksi langsung dengan agen-agen sosial paling sering terjadi seperti orang tua, teman sebaya dan guru
Meso sistem, hubungan antar mikrosistem atau hubungan antar koneksi. Contohnya adalah hubungan pengalaman di keluarga hingga pengalaman di sekolah, pengalaman di sekolah hingga pengalaman di gereja, dan pengelaman di keluarga hingga pengalaman dengan teman sebaya. Contohnya adalah anak yang orang tuanya telah menolak mereka mungkin mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan guru
Ekosistem, yaitu hubungan antara situasi sosial ketika individu tidak memiliki peran aktif dan konteks langsung. Contohnya adalah pengalaman seorang suami atau anak di rumah mungkin dipengaruhi oleh pengalaman seorang ibu di tempat kerjanya. Sang ibu mungkin menerima promosi yang mengharusnya bepergian yang mungkin akan meningkatkan konflik dengan suami dan mengubah pola interaksi dengan anak
Makrosistem, yaitu budaya tempat individu hidup. Budaya merujuk pada pola-pola perilaku, kepercayaan dan semua produk lainnya dari sekelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Kronosistem, yaitu pemolaan peristiwa dan transisi lingkungan sepnjang rentang kehidupan serta kondis sosio-historis. Seperti pada kasus perceraian yang menurut para peneliti memberikan efek negatif terhadap anak-anak. Efek ini memuncak pada tahun pertama setelah perceraian. Setelah dua tahun perceraian, interaksi keluarga berkurang jauh lebih teratur dan
Demikian perkembangan teori-teori tentang tumbuh kembang anak khususnya dan teori tumbuh kembang manusia umumnya.
Semoga bermanfaat.
Sumber
Santrock, J.W. 2011. Masa Perkembangan anak. Salemba Humanika; Jakarta