Bila Prita seorang aktivis yang sangat herois seperti yang sering kita lihat di TV-TV, saya curiga kalau dia akan berkata dengan suara tinggi dan penuh semangat; “Ini kedzoliman negara terhadap saya. Ini pelanggaran Hak Asasi Manusia. Saya akan melawan kedzaliman ini sampai titik darah penghabisan. Saya tidak akan pernah berhenti melawan sebelum kedzaliman terhadap saya dan orang-orang seperti saya dihentika. Saya akan terus melawan sampai negara menghentikan kedzalimannya” Sambil kita tidak tahu bagaimana sikap dia terhadap anak-anak dan keluarganya.
Kalau Prita seorang opportunis yang rindu dan membutuhkan publisitas, mungkin dia tidak hanya akan ikut berpanas-panas demonstrasi di depan kantor Kejaksaan Agung, Kepolisian atau kantor Menkumham, tapi mungkin dia akan menulis dan menjual profil serta kisah kemalangan dirinya kepada produser film sehingga bisa layak dibuat menjadi sinetron.
Bila Prita seorang anak pejabat tinggi atau pejabat tinggi negara, pastinya kemalangan ini tidak akan pernah dia alami.
Tetapi Prita adalah rakyat biasa kebanyakan seperti kita. Orang yang hanya ingin hidup lurus, tenang, apa adanya, dan mencintai keluarganya sepenuh hati. Sehingga ketika penguasa dan pengusaha berkonspirasi mengganggu kehidupannya dia hanya bersuara sebisanya, berbicara kepada media seperlunya, mengandalkan kekuatan dirinya dan lingkungannya, sambil tidak lupa meminta pada Tuhan, untuk melawan serta tidak pernah melupakan hak anak-anak dan keluarganya.
Inilah yang menjadikan kekuatan pembelaan yang dilakukan menjadi berlipat-lipat melebihi kekuatan besar yang dimiliki penguasa dan pengusaha yang menganiayanya. Sikap inilah yang mampu mendorong dan menggerakan orang untuk bersimpati melalui pengumpulan koin uang dalam jumlah yang sangat fantastis
Jakarta, 13 Juli 2011
No comments:
Post a Comment