Saturday, 16 July 2011

Jodoh dan Nikah; Memori Jalan Pungkur

Beberapa waktu lalu seorang teman bertanya di facebooknya tentang makna jodoh, cara menemukan jodoh dan kaitan jodoh dengan pernikahan. Membaca pertanyaan ini saya jadi ingat beberapa waktu lampau saat masih mahasiswa. Awalnya tema ini saya bicarakan dengan teman di kampus. Kemudian saya ulang kembali dalam sebuah obrolan ringan di sebuah sudut ruangan sempit di Jalan Pungkur Kebon Kelapa Bandung ketika seorang “mujahid eceng” bertanya hal serupa

Karena ini hanya bincang-bincang santai, maka saya dan teman-teman juga tidak terlalu serius untuk bisa menunjukan pendapat dibawah ini milik siapa, tercantum di buku apa dan halaman berapa. Anggap saja ini hanya pemikiran spekulatif berdasar informasi yang sepotong-sepotong. Pemikiran masa muda yang coba saya ceritakan kembali.

Jadi menurut kami jodoh atau nikah itu ditentukannya seperti berikut;

Teori paling sederhana dari pendapat kami adalah bahwa ciri orang berjodoh itu adalah orang yang bisa menimbulkan rasa aman pada diri kita. Karena kita akan menjalani hidup yang panjang maka kita membutuhkan mitra yang bisa meyakinkan kita untuk bisa bersama menjalani lika-liku kehidupan. Orang yang mendatangkan rasa aman adalah orang yang bisa meyakinkan dan menguatkan kita dalam menghadapi perjalanan hidup yang panjang ini. Rasa aman juga adalah sebuah aura yang dipancarkan seseorang sebagai buah dari kebiasaan dan sikapnya selama ini.

Ledekan teman-teman ketika mendengar pendapat ini, mereka menyebut kalau begitu yang paling banyak jodohnya adalah polisi, satpam, tentara dan lain sebagainya karena mereka adalah orang-orang yang memiliki modal untuk bisa mendatangkan rasa aman kepada banyak orang .

Teori yang kedua disebut dengan teori tulang bengkok. Adalah karena perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan mesti diluruskan, maka ciri seseorang yang layak disebut jodoh itu adalah ketika dia mempunyai sifat, kemampuan dan kemauan untuk bisa meluruskan tulang rusuk yang bengkok. Sebagaimana diketahui, meluruskan tulang rusuk bukanlah sesuatu yang mudah. Tidak boleh terlalu keras dan juga tidak boleh terlalu lemah.

Sedangkan teori yang ketiga teman-temannya menyebutnya dengan teori kesuciaan atau teori “bersih-bersih”. Asumsi dasarnya dibangun atas dasar mula penciptaan manusia. Konon manusia itu sudah diciptakan berpasang-pasangan oleh Yang Maha Pencipta. Ketika kita masih di surga, di alam suci, manusia yang sudah diciptakan berpasang-pasangan pun menjalani kehidupan surga dengan penuh suka ria. Sampai pada satu ketika Allah memanggil dan mengatakan kepada keduanya kalau sekarang waktunya bagi kedua pasangan tersebut untuk turun menjalani kehidupan di bumi.

Kitapun pada waktu itu sangat bersedih sebagaimana sedihnya Adam dan Hawa yang harus meninggalkan surga yang suci dan menyenangkan. Tetapi sebelum kita turun ke bumi, kita yang sudah berpasang-pasangan itu berjanji akan berusaha bersama kembali sebagaimana yang terjadi di surga. Bila mereka diturunkan Allah di tempat yang berbeda,maka kita akan berusaha saling mencari supaya dapat memenuhi janji untuk bisa hidup bersama.

Tetapi ketika manusia diturunkan ke bumi, janji suci untuk hidup bersama di permukaan bumi ini pun terlupakan. Sebabnya adalah karena manusia sudah tidak bisa lagi mempertahankan kesucian yang mereka peroleh ketika berada di surga. Manusia melakukan banya kekhilafan, berdosa dan lupa beristighfar. Khilaf dan dosa inilah yang kemudian menjadi penghalang manusia untuk mencari, menemukan dan mengetahui pasangan sucinya ketika di surga dahulu. Bila diqiaskan dengan kaca, dosa dan kekhilafan inilah yang menempel di cermin sehingga cermin tidak lagi bisa memancarkan dan memperlihatkan gambar yang sempurna akan pasangan hidup mereka yang sesungguhnya

Cara paling efektif supaya kita bisa menemukan kembali siapa yang menjadi jodoh kita tentunya adalah menghilangkan semua dosa dan khilaf yang kita lakukan. Kita harus membersihkan cermin itu dari segala debu yang menempel sehingga cermin bisa kembali bersih dan memantulkan gambar secara sempurna. Supaya kita kembali bersih dan cermin menjadi jernih, maka perkuatlah ibadah kita dan rajinlah berbuat kebaikan. Kedua hal inilah yang akan mengantarkan kita kembali suci dan akan kembali bertemu dengan pasangan kita sesungguhnya yang sudah berjanji hidup bersama di bumi ini.

Hal terakhir, yang menurut saya sangat menarik, ketika membahas masalah jodoh dan nikah dalam perspektif kesempurnaan sifat Tuhan. Menurut para sufi dan filosof, Tuhan itu memiliki 2 (dua) sifat yang sangat sempurna yaitu sifat agung (Jalaliyah) dan sifat indah (Jamaliyah). Jamaliyah adalah dimensi kelembutan atau kasih sayang Allah. Hal ini misalnya termanifestasi dalam asmaul husna, seperti, kata al-wadud yang artinya “penuh cinta kasih”, al-Wahab senang memberikan anugerah; al-Tawwab (senang menyambut orang-orang yang kembali kepada-Nya). Sachiko Murata dalam The Tao of Islam menerjemahkan kata Jamaliyah Tuhan dengan His Beauty. Dalam dimensi Jamaliyah-Nya, Allah tampak sangat dekat (aqrab) dengan manusia. Perasaan yang timbul dalam benak manusia ketika menyebut sisi Jamaliyah Allah adalah perasaan mahabbah (cinta) yang menurut al-Ghazali merupakan puncak keberagamaan

Adapun dimensi Jalaliyah Allah mewakili sifat Ketegasan dan Keperkasaan-Nya. Allah, seperti Maha Besar, Maha Pembalas orang-orang kafir, Penyiksa bagi yang berdosa. Efek psikologis yang muncul dalam hati manusia adalah perasaan takut (khauf)

Menurut Ibn Arabi, sernua makhluk itu hanya membawa satu saja dari dua sifat Allah swt. Halilintar, misalnya, hanya membawa dalam dirinya sifat Jalaliyah Tuhan saja. Hujan hanya membawa sifat Jamaliyah saja. Tapi pada diri manusia ada potensi untuk menggabungkan kedua dimensi itu. Karena manusia bukan saja khalifah tapi ia juga seorang abdi.

Kedua sifat Tuhan ini kemudian di deliver kepada setiap manusia. Kepada laki-laki Tuhan menganugrahkan sifat Jalaliyah NYA, sedangkan kepada perempuan Tuhan menganugrahkan sifat Jamaliyah NYA. Kedua sifat itu tidak lah sempurna bila berada pada diri yang berbeda. Maka manusia (laki-laki dan perempuan) haruslah bersatu untuk menyatukan kedua sifat diatas. Oleh karena itu pernikahan adalah usaha manusia untuk menyatukan kedua sifat Tuhan dalam sebuah kehidupan bersama.

Kenapa kedua sifat Tuhan itu perlu disatukan?Karena kesempurnaan hidup tidak akan pernah terjadi selama dua sifat Tuhan itu berdiri sendiri-sendiri. Hidup adalah usaha untuk menyerupai sifat-sifat Tuhan sebagai modal bagi kita ketika nanti menghadap NYA.

Oleh karena itu maka yang dinamakan jodoh itu adalah orang-orang yang berhasil untuk mempertemukan dimensi Jamaliyah dan Jalaliyah Tuhan dalam kehidupannya dimana diantara wujudnya adalah dalam bentuk sebuah keluarga. Keluarga yang berjodoh adalah keluarga yang selalu berusaha untuk terus menerus memproduksi kebaikan dan kesempurnaan untuk bisa bertemu dan mendekati sifat-sifat ketuhanan sehingga dia mempunya modal untuk bertemu Tuhan nya kelak.

Oleh karena itu, bisa dikatakan bila perkawinan itu belum menjadi indikator jodoh, selama perkawinan itu tidak membuat orang memproduksi kebaikan. Bukankah dalam banyak hal bisa kita lihat bagaimana perkawinan justru menjadi pemicu terhempas nya sifat-sifat dan perilaku Tuhan dalam kehidupan kita?
Waallhu’alam bi shawab

Sukabumi, 16 Juli 2011
READ MORE - Jodoh dan Nikah; Memori Jalan Pungkur

Thursday, 14 July 2011

Karena Prita….

Bila Prita seorang aktivis yang sangat herois seperti yang sering kita lihat di TV-TV, saya curiga kalau dia akan berkata dengan suara tinggi dan penuh semangat; “Ini kedzoliman negara terhadap saya. Ini pelanggaran Hak Asasi Manusia. Saya akan melawan kedzaliman ini sampai titik darah penghabisan. Saya tidak akan pernah berhenti melawan sebelum kedzaliman terhadap saya dan orang-orang seperti saya dihentika. Saya akan terus melawan sampai negara menghentikan kedzalimannya” Sambil kita tidak tahu bagaimana sikap dia terhadap anak-anak dan keluarganya.

Kalau Prita seorang opportunis yang rindu dan membutuhkan publisitas, mungkin dia tidak hanya akan ikut berpanas-panas demonstrasi di depan kantor Kejaksaan Agung, Kepolisian atau kantor Menkumham, tapi mungkin dia akan menulis dan menjual profil serta kisah kemalangan dirinya kepada produser film sehingga bisa layak dibuat menjadi sinetron.

Bila Prita seorang anak pejabat tinggi atau pejabat tinggi negara, pastinya kemalangan ini tidak akan pernah dia alami.

Tetapi Prita adalah rakyat biasa kebanyakan seperti kita. Orang yang hanya ingin hidup lurus, tenang, apa adanya, dan mencintai keluarganya sepenuh hati. Sehingga ketika penguasa dan pengusaha berkonspirasi mengganggu kehidupannya dia hanya bersuara sebisanya, berbicara kepada media seperlunya, mengandalkan kekuatan dirinya dan lingkungannya, sambil tidak lupa meminta pada Tuhan, untuk melawan serta tidak pernah melupakan hak anak-anak dan keluarganya.

Inilah yang menjadikan kekuatan pembelaan yang dilakukan menjadi berlipat-lipat melebihi kekuatan besar yang dimiliki penguasa dan pengusaha yang menganiayanya. Sikap inilah yang mampu mendorong dan menggerakan orang untuk bersimpati melalui pengumpulan koin uang dalam jumlah yang sangat fantastis

Jakarta, 13 Juli 2011
READ MORE - Karena Prita….

Tuesday, 12 July 2011

Mungkin Hakim Agung Lagi Ngantuk

"Siapa bilang yg menang.. Demokrasi? yg menang adalah duit". Begitu kata Nazarudin pada Majalah Tempo kemarin (11-17/7/11)`menjelaskan proses kemenangan Anas Urbaningrum yang sesungguhnya di Kongres Demokrat. Nazarudin mengeluarkan uang mencapai $ 20 juta untuk membayar peserta kongres supaya mereka memilih Anas.

Tetapi kalau kita ingat dan review masa-masa kemenangan Anas itu, para pengamat politik, media, dan aktivis politik banyak yang mengkaitkan kemenangan Anas dengan tema-tema yang gagah, keren dan melangit seperti tentang bangkitnya kaum muda, hancurnya politik pencitraan, gagalnya patron client, kemenangan demokrasi dan istilah-istilah bombastis lainnya yang hanya difahami segelintir masyarakat Indonesia.

Tetapi seperti yang dikatakan Nazaruddin faktanya bukanlah itu. Semuanya berkaitan dengan duit, uang, money, dan fulus. Setiap DPC diberi $ 10-40 ribu dan bersedia dipecat jika dianggap tidak memenuhi instruksi ketua Dewan Pembina karena sudah dapat duit banyak. Jadi tidak ada hubungan dengan kebangkitan kaum muda, kemenangan demokrasi, dan istilah yang mirip-mirip dengan itu. Semuanya berkaitan dengan lembaran uang saja, tidak lebih.

Waktu membaca tulisan Tempo ini saya jadi ingat masa ramainya pemilu presiden. Waktu itu di tv ada siaran langsung debat capres yang disertai polling sms masyarakat. Di depan saya siaran TV menghadirkan seorang profesor politik yang menganalisa fenomena partisipasi dalam polling sms, beserta kemenangan salah satu kandidat, dalam berbagai sudut pandang teori politik, komunikasi dan disiplin ilmu sosial lainnya. Bahasa dan istilah para pakar pun cukup berat; ada yang bilang tentang demokrasi, mekarnya partisipasi publik, demokratisasi komunikasi, kejayaan media dan lain sebagainya.

Sementara pada saat bersamaan di ruangan sebelah tempat saya nonton tv, teman-teman sudah membeli puluhan, bahkan ratusan, no perdana kartu GSM untuk mengikuti polling sms tadi. Selain itu saya juga tahu bila di sebuah rumah besar beberapa blok dari tempat saya sedang menonton, ada tim sukses dengan mesin IT yang lebih canggih dan sangat mahal “membom” polling sms itu sehingga kandidatnya unggul dalam polling sms itu. Di kemudian hari, seorang teman dari kandidat yang berbeda dan expert bidang IT bercerita bila dia ikut otak-atik polling sms ini. Angka polling jagoannya pun naik tapi tidak sampai menang karena tidak didukung dana besar.

Orang-orang pinter di TV itu sepertinya memang suka membicarakan hal-hal yang abstrak, bombastis, gagah tetapi tidak terkait dengan kondisi yang terjadi sesungguhnya. Sementara pada sisi lain kita pun sepertinya sangat menikmati bahasa-bahasa dan tema-tema besar itu. Seolah kita sudah menjadi makhluk berbeda bila mendengar dan mengerti tema-tema bombastis itu.

Jadi sesungguhnya kehidupan kita itu bukan diatur oleh tema-tema besar seperti diungkap para pengamat di TV, tetapi hidup kita ditentukan oleh hal-hal yang sangat kecil dan tidak pernah kita sangka-sangka. Bila masih tidak percaya dengan kesimpulan berdasar dua kejadian diatas, maka mari saya ingatkan kembali kejadian yang belum lama lewat.

Beberapa waktu lalu media ramai memberitakan perseteruan Yusril dengan Menkumham dan Jaksa Agung. Tidak tanggung-tanggung Yusril menyebut kedua pejabat negara itu “goblok” karena mencekal orang berdasar undang-undang yang sudah tidak berlaku. Menyadari telah melakukan kesalahan fatal, surat cekal buat Yusril pun ditarik kembali. Usut punya usut, ternyata surat cekal Yusril itu dibuatnya dengan copy paste saja. Bayangkan bagaimana status dan nasib hidup kita ternyata diatur oleh surat yang di copy paste?Karena surat ini copy paste, pasti sudah ada kejadian yang menimpa pada orang sebelumnya

Lalu sekarang kita kembali diramaikan dengan keputusan Mahkamah Agung yang menetapkan bahwa Prita Mulyasari terbukti bersalah melakukan pencemaran nama baik terhadap RS Omni Internasional. Lalu para komentar pun banyak bermunculan mengaitkan hal ini dengan tema-tema besar seperti kebebasan berekspresi, hak asasi manusia, UU perlindungan konsumen, UU ITE, keadilan hukum, dan lain sebagainya. Dan seperti yang sudah-sudah, saya jadi ragu kalau masalahnya adalah tema-tema diatas tadi. Saya haqqul yakin kalau tema-tema besar dan keren seperti itu sudah hinggap lama di kepala para hakim agung. Bukankah gelar mereka saja Doktor-doktor bidang hukum?

Mungkin ada baiknya kita coba-coba hubungkan keputusan hakim ini dengan jajaran hakim agung kita yang mungkin keluarganya tidak harmonis sehingga tidak merasakan bagaimana posisi anak dalam sebuah keluarga. Atau mungkin reaksi-reaksi kimia di otak para hakim agung sudah tidak berjalan menurut standar keumuman sehingga tidak bisa melihat perkara dengan akal sehat atau standar keumuman. Atau mungkin Hakim Agung kita sedang kecapaian karena menumpuknya banyak berkas perkara di mejanya sehingga fisiknya terkuras habis dan matanya ngantuk waktu memutus perkara Prita.

Bukan tanpa alasan bila saya mengatakan ini. Coba kita ingat beberapa waktu lalu di akhir tahun 2008 ketika Harifin Tumpa, Ketua Mahkamah Agung, jatuh terduduk ketika membacakan sumpah jabatan para hakim agung baru. Haripin Tumpa terpaksa melanjutkan pelantikan dalam posisi duduk. Selidik punya selidik ternyata Haripin Tumpa jatuh karena kecapaian. Padahal tumpukan berkas perkara sudah menanti untuk diselesaikan Haripin Tumpa. Perkara yang tidak bisa diselesaikan hanya berdasar dengan pengetahuan, tapi juga stamina yang fit

Jakarta, 12 Juli 2011
READ MORE - Mungkin Hakim Agung Lagi Ngantuk

Monday, 11 July 2011

Tuhan Bekerja Secara Misterius

Malam tadi dengan teman-teman menghadiri undangan peringatan 1 tahun meninggalnya Ibu nya Hatta Radjasa. Karena hanya mendapat undangan via sms shohibul bait saja, maka kita tidak tahu detail acaranya sehingga tidak mengikuti acara dari awal. Yang terikuti hanya prakata shohibul bait dan ramah tamah.

Pengalaman shobil bait yang diuraikan dalam prakata itulah yang cukup menggugah dan menarik perhatian saya. Uraian singkat tentang pengalaman shohibul bait dengan almarhumah Ibunya yang sangat berkesan dan mendalam. Menurut Hatta, diantara kejadian dalam hidupnya yang tidak pernah dilupakan adalah masa-masa ketika dia menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas akhir kuliah di ITB dan masa ketika ibu nya meninggal

Tugas akhir Hatta sebagai mahasiswa perminyakan ITB sangatlah berat. Memantau pergerakan air dan minyak per tiap 10 jam memaksanya untuk mendekam selama 24 jam di laboratorium. Bukan pekerjaan yang mudah. Buktinya; 3 (tiga) bulan memicingkan mata di Lab, ternyata tidak menghasilkan apa-apa alias gagal total. Tetapi kesulitan teratasi ketika suatu waktu Ibunya secara mengejutkan datang ke laboratorium menemani Hatta menyelesaikan tugas akhir. Believe it or not, tugas akhir yang gagal diselesaikan selama 3 (tiga) bulan itu, dengan dampingan Ibu nya bisa dia selesaikan dalam jangka waktu 2 dua) hari saja.

Kata Hatta, Ibunya datang karena mendapat firasat bila dia sedang berada dalam kesulitan. Lalu datang ke laboratorium menemaninya melakukan penelitian sambil shalat dan membaca Quran di Laboratorium. Menurut Hatta, mungkin itu kali pertama di ITB seorang Ibu datang ke Laboratorium menemani anaknya menyelesaikan tugas akhir.

Cerita kedua adalah detik-detik Ibunya meninggal. Ketika Ibu nya meninggal Hatta sedang berada di Nigeria mewakili Presiden untuk sebuah pertemuan internasional bidang ekonomi. Dalam pertemuan itulah dia diberitahu kondisi terakhir Ibu nya di Rumah Sakit yang sudah koma. Di sela-sela pertemuan itu, Hatta selalu berkomunikasi dengan Ibunya yang sedang koma. Ketika sang Ibu akhirnya menghembuskan nafas terakhir, Hatta berusaha untuk mendapatkan penerbangan paling dulu untuk kembali secepatnya ke Jakarta.

Usaha yang cukup berat. Karena tidak ada penerbangan langsung dari Nigeria ke Indonesia. Penerbangan mesti ke Middle East terlebih dahulu baru dilanjutkan ke Jakarta. Itupun tidak tiap hari ada jadwal penerbangan. Tetapi meskipun berat, usaha untuk itu tetap dilakukan terlebih sebagai pejabat negara Hatta tentunya punya power untuk melakukan itu. Tetapi mengingat jauhnya jarak dan route penerbangan Nigeria ke Jakarta serta mendadaknya permintaan Hatta, para staff nya baik yang di Jakarta maupun yang bersamanya di Nigeria tidak bisa mendapatkan tiket penerbangan yang dicari.

Karena tidak tersedianya jadwal penerbangan yang dimaksud, dengan sedih dan berat hati akhirnya Hatta menyuruh pada keluarga di rumah supaya memakamkan Ibu nya secepatnya tanpa harus menunggu kehadiran beliau. Lalu setelah itu Hatta shalat ghaib dan mengatakan (berdoa) kepada Allah kalau keinginan dia saat ini adalah; ingin mencium dan mengantarkan jenazah almarhumah Ibu nya ke pemakaman.

Selesai mengerjakan shalat, wakil perdana mentri Malaysia menghampiri Hatta untuk pamitan pulang terlebih dahulu ke Kualalumpur. Aneh karena pejabat negeri tetangga bisa mendapatkan jadwal penerbangan hari itu, Hatta pun bertanya tentang maskapai penerbangan yang akan dinaiki. Pejabat negeri tetangga pun menjelaskan bila dia membawa jet pribadi jadi bisa mengatur jadwal sendiri. Mendengar kesempatan itu Hatta pun langsung meminta untuk bisa ikut penerbangan dan diperbolehkan oleh pemilik jet pribadi tersebut. Begitu transit di Middle East, Hatta mencari pesawat secepatnya ke Indonesia dan akhirnya sampai Indonesia sesuai waktu dan bisa mencium dan mengantar jenazah almarhumah ke peristirahatan terakhir.

Pengalaman ini tidak hanya mengajarkan kita tentang relasi anak dan orang tua yang sangat divine, mistis, sacred dan resiprokal, juga mengajarkan kepada kita akan makna sebuah keinginan. Kata Rumi dengan ungkapannya yang sangat sufistik dan metafisis, Tuhan itu bekerja dengan misterius. Sementara itu menurut Coelho dalam Alchemist ; “Alam semesta berkonspirasi membantu mereka yang memiliki niat kuant untuk memperoleh apapun yang mereka inginkan”

Jakarta, 10 Juli 2011
READ MORE - Tuhan Bekerja Secara Misterius

Sunday, 10 July 2011

Cinta Laura Beli Kucing


Kalau kita melihat tokoh film komedi seperti “Boneng” kita tidak berpikir kalau giginya dibuat tonggos untuk keperluan film, tetapi boneng memang seperti itu adanya. Begitu juga kalau kita melihat aktor sejenis seperti Dono, Omaswati dll. Jualan fisik mereka bukanlah fantasi atau ilusi. Fisik mereka memang darisananya seperti itu. “Keunikan” fisik mereka yang faktual itulah yang berhasil dikomersilkan dengan sempurna oleh insan perfilman sehingga menjadi sumber hiburan dan lumbung uang.
Kesimpulan yang sama hampir hinggap di kepala saya ketika mendengar logat Cinta Laura (CL) yang kebarat-baratan. Saya berpikir kalau itu adalah logat kesehariannya yang juga berhasil dikomersilkan oleh industri hiburan. Selain karena logatnya relatif mirip, riwayat hidup CL pun menyebutkan bila dia lahir dan lama menetap di luar negeri.
Tetapi kesimpulan saya ini dibantah oleh teman-teman yang aktif di dunia syuting perfilman. Kata teman-teman, CL itu tidak seperti itu, dia berlogat normal Indonesia seperti orang Indonesia keumuman. Logat kebarat-baratannya hanyalah setting saja. Jadi logat keinggris-inggrisannya itu adalah jualannya, tidak lebih.
Menyindir “jualan” CL, yang dianggap tidak cerdas ini, seorang artis dengan cerdas membuat joke yang kira-kira ceritanya begini;
Suatu hari CL ingin membeli kucing, maka pergilah dia ke sebuah toko dan bertanya kepada penjaga toko
“Pak, kouching Anggoura...?"Tanya CL dengan logat kebarat-baratannya
“Wah gak ada” Jawab si Bapak penjaga toko
“Kalau kouching Pershiyyaaa..????"ada?” tanya CL kembali
“Wah gak ada juga” Jawab si Bapak
“Kucing Pershiyyaa tidak ada, kucing Anggoura juga tidak ada, ya udah kucing kampung aja, ada gak”?Tanya CL kesal
“Kucing kampung?gak ada juga mbak” Jawab si Bapak
“Jadi Bapak jual kucing apa kalau begitu” Tanya CL setengah marah
“Wah saya sih gak jual kucing mbak” Ujar si Bapak menjelaskan

Mendengar jawaban itu CL pun naik pitam merasa dipermainkan. Lalu ditariknya tangan si Bapak tadi ke luar toko. Sambil marah-marah CL menunjuk ke papan nama toko dan berkata “Kalau Bapak tidak menjual kucing, kenapa di papan toko ditulis ‘disini menjual ket’ “ Ujar CL sambil menunjuk papan toko yang bertuliskan “Menjual cat dan alat-alat bangunan”
READ MORE - Cinta Laura Beli Kucing

Thursday, 7 July 2011

Hadiah Untuk Tuhan

Dalam sebuah alegori yang dirujuk Rumi di dalam Fihi Ma Fihi (bagian 50), dan lebih rinci lagi dijelaskan dalam Matsnawi (1,3157) dst.), Yusuf, putra Yakub, menerima sahabat lama yang baru saja kembali dari perjalanan panjang. Ketika ditanya hadiah yang telah dibawa dari perjalanannya, sang sahabat menjawab bahwa dia mencari kemana-mana hadiah untuk Yusuf, tetapi tidak mampu menemukan apapun yang sesuai karena tidak ada sesuatu pun yang tidak dimiliki Yusuf. Akhirnya dia menyadari bahwa satu-satunya hadiah yang pantas bagi Yusuf adalah cermin yang mampu memantulkan keindahan Yusuf.
Serupa dengan cerita itu, suatu ketika manusia akan ditanyai Tuhan tentang hadiah apa yang akan dibawanya dari persinggahan di dunia ini. Satu-satunya jawaban yang mampu dibuat manusia tanpa akan menjadikan rasa kehinaan adalah menghadiahi Tuhan dengan cermin mengkilap sempurna. Cermin itu akan memantulkan keindahan Tuhan yang luar biasa. cermin itu adalah hati manusia. Ketika sambungan material perunggu dan lapisan karat pada hasrat dirinya dilenyapkan dari permukaan cermin hati, maka hati manusia akan mampu memantulkan keindahan Illahi. Cermin keberadaan manusia lantas dapat menahan untuk melawan sinar yang muncul dari Ketuhanan. Dan tujuan Tuhan di dalam penciptaan kemudian akan terselesaikan, karena Tuhan lantas akan mampu melihat pantulan diri-Nya dan mengetahui diri-Nya.

Note:
Yusuf dikenal di dalam legenda Islam sebagai keindahan yang sempurna, pengejewantahan paling sempurna dari keindahan Illahi dalam bentuk manusia. Karena ketampanannya, Zulaikha, istri Potiphar, jatuh cinta kepadanya

Dikutip dari halaman 26-27 pendahuluan buku ;
Rumi, Jalaluddin. 2006. Yang Mengenal Dirinya, Yang Mengenal Tuhannya; Aforisme-aforisme Sufistik Jalaluddin Rumi. Bandung; Pustaka Hidayah
READ MORE - Hadiah Untuk Tuhan