Wednesday 3 October 2007

Internet sebagai Senjata Kampanye Presiden

Berikut ini tulisan dari Bapak Bambang Haryanto. Seorang Konsultan Strategi Komunikasi di Internet yang tinggal di Wonogiri. Saya belum pernah bertemu beliau. hanya menemukan tulisan ini di internet dan lupa situsnya apa. harapannya semoga dia berkenan tulisan ini dimuat di blog saya supaya bisa dinikmati lebih banyak orang.


Globalisasi informasi dan komunikasi telah memberikan banyak alternatif strategi komunikasi. Manfaatnya bisa dirasakan begitu luas baik itu dalam bidang sosial, politik dan ekonomi. berikut ini tulisan bapak Bambang Haryanto tentang strategi komunikasi melalui internet yang diaplikasikan di dunia politik.

Internet sebagai Senjata Kampanye Presiden

Selamat datang di situs saya, tetapi ini bukan milik saya pribadi. Ini juga situs milik Anda, membukakan peluang untuk melakukan perubahan bagi tanah air kita demi menjadikan Amerika kembali pada jalurnya dengan memensiunkan George W Bush serta memilih arah yang benar untuk negara yang sama-sama kita cintai ini!<>

Itulah salam John F Kerry, senator Partai Demokrat dari Massachusetts dan kandidat presiden di pemilu tahun 2004, dalam situs web resminya (www.johnkerry.com).

Sungguh kampanye politik yang hebat, menunjukkan pemahaman terhadap Internet yang juga tepat. Situs web John Kerry, oleh pengamat strategi kampanye memakai Internet, didaulat sebagai runner up di belakang situs web kandidat lainnya, Howard Dean. Ucapan bahwa situsnya bukan hanya miliknya semata ditunjukkan dengan tersajinya link untuk situs web tak resmi, fasilitas chat, dan puluhan blog, yaitu situs pribadi berisi jurnal atau catatan harian para pendukungnya di Internet.

Situs blog pendukungnya antara lain arizonaforkerry, AZ4Kerry, CAforKerry2004, cbusforkerry, DCforKerry2004, Democrats-only, fairfaxforkerry, GeorgiaforKerry, johnkerry4president, johnkerrycutthebush2004, tnwomenforkerry, sampai veteransforkerry. Riuhnya para blogger, penulis buku harian, mengisi situs Kerry memicu interaksi unik dan kreatif ketika dukungannya tak sekadar kata-kata di dunia maya.

Dua orang blogger setianya, Tom AZ dari Arizona dan Mark dari Iowa, memutuskan berlomba saat mendukung tim bola basket favoritnya dan sekaligus mendukung gerakan pengumpulan dana Satu Juta Dollar Melalui Internet Bagi John Kerry, yang ditutup akhir September 2003. Caranya, ketika tim bola basket Arizona State Sun Devils dukungan Tom AZ bertanding melawan tim Hawkeyes dari Iowa yang didukung Mark, keduanya sepakat mendonasikan dua dollar untuk setiap angka yang dihasilkan tim yang didukungnya dalam pertandingan itu untuk Kerry.

Ilustrasi tadi menunjukkan, Kerry membuka peluang dan akses agar konstituennya saling berinteraksi dalam mendukung kampanyenya di Internet. Tim sukses Kerry menyadari, kampanye bermedia Internet jauh lebih efektif apabila tak dijalankan secara monolitis, terpusat, top-down, melainkan justru digerakkan menurut norma Internet sebagai media yang egaliter, yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Di sinilah kedigdayaan Internet menyelipkan pesan politik yang luhur bahwa keberhasilan kandidat memanfaatkannya untuk kampanye justru harus memberi peluang dan mendorong konstituennya buka suara. Sementara para kandidat pun harus membuka lebar-lebar telinganya guna menyerap aspirasi dan suara rakyat.

BAGAIMANA di Indonesia? Situs web salah satu kandidat presiden, Amien Rais (www.m- amienrais.com) yang dikelola oleh think tank-nya, The Amien Rais Center (ARC), menarik sebagai kajian perbandingan. Di luar masih kurang elegannya tampilan visual karena tampilan beragam font yang riuh, situs kampanye tokoh utama PAN ini tak ubahnya baru mengalihkan media cetak ke bentuk digital. Pemahaman terhadap Internet yang mendasari eksekusinya ini baru mengolah isi (content), tetapi belum mengeksplorasi pentingnya konteks (context) media berbasis Internet.

Pengelola situs ARC berasumsi, peselancar datang ke situsnya semata-mata untuk membaca berita terbaru mengenai Amien Rais. Artikelnya pun kering. Sekadar ilustrasi, kalau di situs John Kerry ada tulisan profil Teresa, istrinya, di situs ARC tak ada cerita tentang istri Amien Rais.

Eksekusi situs web hanya sebagai koran digital mengakibatkan peluang simpatisan untuk ikut menjadi bagian integral isi situs secara signifikan menjadi kendala serius. Paling-paling hanya boleh memberi komentar untuk sesuatu berita atau ikut jajak pendapat, yang tidak ubahnya seperti pembaca menulis di kolom surat pembaca di media cetak.

Tidak ada pula link untuk beragam situs tak resmi PAN atau Amien Rais, tak ada pula blog para pendukungnya. Bahkan kolom yang bertajuk Interaktif justru banyak pertanyaan merangsang yang diajukan pengunjung (termasuk diminta tanggapan ketika seorang ratu dalam acara "Bantal" di RCTI mengatakan bahwa Amien Rais adalah pria yang dia idamkan/idolakan secara seksual imajiner), tanpa ada balasan secuil pun dari Amien Rais sendiri. Kondisi ini, selain mengingkari nama kolom bersangkutan, juga merupakan dosa besar untuk media berbasis Internet yang memang berkarakter interaktif tersebut.

Situs web ARC berpeluang tampil sepenuh tenaga bila dilandasi pemahaman Internet dalam konteks yang tepat. Gregory P Gerdy, pakar Internet dari Dow Jones, dikutip Mary J Cronin (ed) dalam The Internet Strategy Handbook: Lessons from the New Frontier of Business (Harvard Business School Press, 1996), menegaskan, situs web merombak proses penerbitan yang selama ini ada.

Dalam penerbitan cetak tradisional, aktivitas penciptaan informasi, produksi, distribusi dan konsumsi informasi, terjadi secara terpisah-pisah. Tetapi, di Internet, semua proses itu terintegrasi dalam satu sistem. Terutama harus didaulatnya informasi dari para konsumen sebagai bagian integral isi situs itu sendiri. Perubahan konteks maha vital inilah yang tidak disadari pengelola situs ARC, juga oleh mayoritas pengelola situs lainnya di Indonesia selama ini.

David Lytel, perencana situs Gedung Putih era Bill Clinton dan kini mengelola situs Democrats Online (Time Digital, 11/11/1996: 13), berpendapat bahwa Internet berpeluang sebagai media kampanye yang efektif apabila diperlakukan sebagai wahana bagi para pendukung untuk mengartikulasikan gagasan, aksi, dan sarana menggalang gerakan dengan saling terkoordinasi dengan para pendukung lainnya. Melalui Internet, mereka membentuk komunitas antarsesama pendukung kandidat tertentu sehingga Internet tak ubahnya menjadi sarana gethok tular (word of mouth) yang diperkuat secara digital dan bukan perpanjangan media kampanye melalui media massa yang dibayar. Pakar komunikasi meyakini, pemilih condong mengandalkan pemberitaan pers dan komunikasi gethok tular sebagai rujukan memilih seorang kandidat. Komunikasi gethok tular antarwarga merupakan media paling efektif untuk mengubah isi benak khalayak, dan Internet merupakan media andal untuk itu, tegas David Lytel.

Amien Rais, Gus Dur, Megawati, Nurcholish Madjid, Sultan HB X, Surya Paloh, dan kandidat presiden RI lainnya, simak pesan di atas. Apabila Anda ingin sukses memanfaatkan Internet sebagai senjata kampanye Anda, sekali lagi, ingat kunci terampuhnya: doronglah agar rakyat bebas bicara, lalu dengarkan aspirasi mereka. Ataukah kemampuan Internet sebagai corong aspirasi rakyat yang maha dahsyat ini justru yang membuat mereka ketakutan untuk memanfaatkannya secara sepenuh tenaga?

Bambang Haryanto Konsultan Strategi Komunikasi di Internet, Tinggal di Wonogiri

No comments:

Post a Comment