Thursday 24 July 2008

Nyaman Karena Melihat Ketidaknyamanan

Kadang saya sering percaya dengan pandangan-pandangan negatif orang tentang hakekat dasar manusia. Pandangan yang menyatakan bahwasannya manusia itu terlahir dalam keadaan nista dan berlumur dosa, kelahiran manusia dilengkapi dengan potensi dasar yang sangat besar untuk merusak, manusia itu adalah Homo Homini Lupus, manusia itu perusak dan penumpah darah atau mengutip film Smallville, manusia adalah makhluk primitif

Hal ini sebagai contoh bisa terlihat dalam kasus Bus Way. Moda transportasi darat dalam kota yang dipakai Pemda Jakarta dengan cara memberikan jalur khusus bagi bus tersebut yang tidak boleh dilalui oleh kendaraan lain. Akibatnya sangat jelas, sementara kendaraan lain bermacet-macet dijalur lain, Bus Way berjalan lancar tanpa hambatan.

Saya agak bingung mendengar pendapat umum, apalagi pengelola Bus Way dan Pemda DKI tentunya, yang menyatakan kalau Bus Way itu aman dan nyaman. Tidak jelas dimana letak aman dan nyamannya.

Bagi yang tidak pernah menggunakan Bus Way coba saja naek Bus Way dan bagi yang pernah menggunakan Bus Way coba naek lagi dan perhatikan serta rasakan lebih detail dimana letak “kenyamanan” dan “keamanan” naek Bus Way.

Bila kita naek Bus Way, maka kita mesti bersiap-siap untuk antri panjang di halte menunggu kedatangan Bus yang lebih dari 10 menit, Saling dorong dan berjejal ketika masuk Bus, AC yang tidak jelas pengaturannya (walaupun kepanjangannya Air Conditioning), gemerisik hydrolic pintu ketika terbuka dan tertutup serta irama sopir ketika menginjak pedal gas dan pedal rem. Ketika saudara menaiki nya setelah pulang jam kantor, maka nikmatilah segala bentuk pengalaman diatas itu.

Lalu dimana kenyamanan dan kemanan menaiki Bus Way?ini hanya asumsi. Sekali lagi hanya asumsi saja jadi masih perlu dibuktikan lebih mendalam dan belum layak menjadi pegangan.

Saya curiga bila yang dimaksud dengan kenyamanan dan keamanan menaiki Bus Way itu terletak pada kata lancar dan anti macet nya itu. Kata yang sering keluar dari banyak orang, dengan redaksi yang berbeda tentunya, ketika ditanya alasan naik Bus Way. Untuk hal ini minimal bisa terlihat ketika volume penumpang Bus Way Koridor Dukuh Atas – Ragunan naik kembali setelah ada kebijakan kendaraan pribadi tidak boleh memakai Jalur Bus Way. Sebelumnya banyak penumpang mengeluh karena banyaknya jalur pribadi yang masuk jalur Bus Way sehingga naik Bus Way juga mesti mengalami kemacetan.

Jadi ketika Bus Way berjalan lancar tanpa hambatan di jalurnya, sementara di jalur sebelah banyak kendaraan lain yang sedang antri macet, disitulah kenyamanan menaiki Bus Way. Kalau begini ternyata yang dinamakan kenyamanan adalah ketika melihat orang lain tidak nyaman. Tapi ini hanya asumsi, masih perlu ada pembuktian lebih mendetail.

Jakarta, 24 Juli 2008

No comments:

Post a Comment