Thursday 7 July 2011

Hadiah Untuk Tuhan

Dalam sebuah alegori yang dirujuk Rumi di dalam Fihi Ma Fihi (bagian 50), dan lebih rinci lagi dijelaskan dalam Matsnawi (1,3157) dst.), Yusuf, putra Yakub, menerima sahabat lama yang baru saja kembali dari perjalanan panjang. Ketika ditanya hadiah yang telah dibawa dari perjalanannya, sang sahabat menjawab bahwa dia mencari kemana-mana hadiah untuk Yusuf, tetapi tidak mampu menemukan apapun yang sesuai karena tidak ada sesuatu pun yang tidak dimiliki Yusuf. Akhirnya dia menyadari bahwa satu-satunya hadiah yang pantas bagi Yusuf adalah cermin yang mampu memantulkan keindahan Yusuf.
Serupa dengan cerita itu, suatu ketika manusia akan ditanyai Tuhan tentang hadiah apa yang akan dibawanya dari persinggahan di dunia ini. Satu-satunya jawaban yang mampu dibuat manusia tanpa akan menjadikan rasa kehinaan adalah menghadiahi Tuhan dengan cermin mengkilap sempurna. Cermin itu akan memantulkan keindahan Tuhan yang luar biasa. cermin itu adalah hati manusia. Ketika sambungan material perunggu dan lapisan karat pada hasrat dirinya dilenyapkan dari permukaan cermin hati, maka hati manusia akan mampu memantulkan keindahan Illahi. Cermin keberadaan manusia lantas dapat menahan untuk melawan sinar yang muncul dari Ketuhanan. Dan tujuan Tuhan di dalam penciptaan kemudian akan terselesaikan, karena Tuhan lantas akan mampu melihat pantulan diri-Nya dan mengetahui diri-Nya.

Note:
Yusuf dikenal di dalam legenda Islam sebagai keindahan yang sempurna, pengejewantahan paling sempurna dari keindahan Illahi dalam bentuk manusia. Karena ketampanannya, Zulaikha, istri Potiphar, jatuh cinta kepadanya

Dikutip dari halaman 26-27 pendahuluan buku ;
Rumi, Jalaluddin. 2006. Yang Mengenal Dirinya, Yang Mengenal Tuhannya; Aforisme-aforisme Sufistik Jalaluddin Rumi. Bandung; Pustaka Hidayah

No comments:

Post a Comment