Friday, 17 June 2011

Tersenyumlah !...Supaya Kita Bahagia

Tersenyum adalah suatu tindakan yang paling mudah, paling sederhana, paling murah dan paling menyenangkan di dunia.

Seringkali kita melupakan tindakan ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita merasa sudah terlalu letih oleh kerjaan yang menumpuk, membayar tagihan-tagihan atau kasir toko yang menyebalkan ketika tadi berbelanja

Simaklah berikut ini 5 alasan mengapa anda harus banyak tersenyum

1. Anda akan mendapatkan lebih banyak kebahagiaan

Cobalah paksakan diri anda untuk tersenyum selama 30 detik mulai dari sekarang. Lakukan pula ketika anda mengalami kemalangan. Dengan membiasakan tersenyum, tidak peduli bagaimana perasaan anda saat itu, di dalam tubuh anda akan terjadi reaksi-reaksi kimia yang dapat membuat anda merasa bahagia.

Cobalah dan rasakan perbedaannya.


2. Senyuman dapat merubah keadaan anda

Jika anda merasa putus asa, marah atau bosan, sebuah senyuman akan mengubah keadaan emosi anda menjadi lebih positif. Dan sebuah keadaan yang positif tidak hanya membuat hidup anda lebih menyenangkan tetapi juga membuka segala kemungkinan lain dalam pikiran anda. Anda akan melihat dunia dengan cara yang berbeda melalui lensa kebahagiaan. Dari situ anda dapat mulai membangun sederetan tindakan yang positif dan berinterasksi dengan banyak orang setiap harinya.


3. Senyuman dapat mengubah keadaan orang lain

Jika anda berjalan ke dalam sebuah ruangan atau menuju ke sebuah toko dengan senyuman di wajah anda, akan membuat semuanya berbeda. Semua orang akan berbalik tersenyum pada anda. Hal ini akan banyak membantu mencairkan setiap ketegangan atau kekakuan yang ada. Interaksi anda akan lebih terbuka, santai dan penuh dengan kegembiraan.


4. Tersenyum? Apa ruginya?

Ketika memilih antara mengerutkan dahi, ekspresi kosong atau tersenyum, tampaknya pilihan terakhir adalah pilihan yang paling produktif dan positif, bukankah demikian? Seringkali anda lupa untuk tersenyum atau mungkin anda tidak terlalu suka untuk tersenyum. Tapi jika anda berusaha untuk menggunakan senyuman anda sesering mungkin, anda lama-kelamaan akan mempunyai kebiasaan yang baru, kebiasaan yang jauh lebih positif. Jika anda termasuk orang yang selalu memperhitungkan untung rugi untuk segala hal, cobalah pertanyaan ini, ‘apa ruginya anda tersenyum?’


5. Lebih mudah untuk tersenyum daripada melakukan yang sebaliknya

“Dibutuhkan tujuh puluh dua otot untuk berkerut, tetapi hanya tigabelas otot untuk tersenyum.”
- Anonim -

Jadi sebetulnya anda menggunakan jauh lebih sedikit otot ketika tersenyum dibandingkan saat anda mengerutkan dahi atau memasang muka marah. Dengan membiasakan diri untuk tersenyum, maka otot tersenyum anda akan menjadi lebih kuat daripada otot untuk mengerutkan dahi anda, sehingga lama kelamaan anda akan lebih mudah untuk tersenyum daripada melakukan hal yang sebaliknya.
READ MORE - Tersenyumlah !...Supaya Kita Bahagia

Kenapa Terus Mengeluh?


Bahwasannya kamu tidak memiliki saudara untuk berkeluh kesah, itu mungkin iya. Bahwasannya teman-teman terbaik mu berada jauh disana sehingga tidak ada teman berbagi, itu juga memang iya.

Tapi kamu tidak memiliki alasan untuk terus mengeluh tidak mempunyai tempat berbagi dan berkeluh kesah, selama kamu masih membiarkan waktu tahajudmu untuk mengeluh pada Yang Maha Kuasa berlalu begitu saja. Apalagi setelah anakmu membangunkanmu berkali-kali lewat tangisan dan berbagai permintaannya di malam hari.

Tuhan sudah terlalu banyak memberikan jalan, hanya mata mu tertutup karena berharap Tuhan datang dengan pertolongan yang sesuai bentuknya dengan apa yang ada di kepala mu.

Atau mungkin itu jawaban dari Tuhan karena kamu selalu berdoa untuk diberikan kekuatan dan tempat mulia. Karena tidak ada kekuatan yang dapat diraih kecuali dengan latihan keras dan tidak ada tempat mulia yang dapat diraih dengan berleha-leha.

Stay focus and keep spirit in fight !..

Sukabumi, 17 Juni 2011
READ MORE - Kenapa Terus Mengeluh?

10 Kecelakaan Terbesar di Dunia

1. Chernobyl=$200 Billion:

Pada tanggal 26 April 1986, dunia menyaksikan kecelakaan termahal dalam sejarah. Chernobyl bencana yang telah disebut terbesar sosial-ekonomi malapetaka sejarah di masa itu. 50% dari luas wilayah Ukraina merasakan dampaknya. Lebih dari 200.000 orang terpaksa diungsikan ke tempat tinggal sementara, 1,7 juta orang yang secara langsung terkena dampak bencana. Kematian dikaitkan dengan Chernobyl, termasuk orang-orang yang mati karena kanker pada beberapa tahun kemudian, diperkirakan pada 125.000. Total biaya termasuk pembersihan, transmigrasi, dan kompensasi kepada para korban diperkirakan telah menjadi sekitar $ 200 Miliar.

Biaya pembuatan wadah penanaman nuklir Chernobyl yang terbuat dari baja hanya $ 2 miliar saja, tidak sesuai standar. Kecelakaan secara resmi dikaitkan dengan adanya kesalahan operasional yang melanggar prosedur dan standar yang diperlukan untuk syarat keselamatan.


2. Space Shuttle Columbia=$13 Billion:

Space Shuttle Columbia adalah armada pertama shuttle NASA. Ia hancur saat masuk kembali melalui Texas pada tanggal 1 Februari 2003 setelah terjadi kerusakan pada sayap menghasikan lubang yang tidak di perbaiki selama 16 hari sebelumnya. Asli biaya shuttle $ 2 Miliar pada tahun 1978 ($ 6,3 Miliar dolar di hari ini). $ 500 juta telah dikeluarkan pada waktu penyelidikan, menjadi penyelidikan kecelakaan pesawat termhal dalam sejarah. Pencarian dan pemulihan puing menelan biaya $ 300 juta. Pada akhirnya, total biaya kecelakaan (tidak termasuk penggantian shuttle)
mencapai $ 13 Miliar menurut American Institute of aeronautika dan Astronautics.


3. Prestige Oil Spill=$12 Billion:

Pada tanggal 13 November 2002, Kapa Tanker minyak yang membawa 77.000 ton bahan bakar minyak, salah satu dari dua belas tanker tenggelam saat badai di Galicia, Spanyol. Takut kapalnya akan tenggelam, kapten meminta bantuan untuk menyelamatkan pekerja ke Spanyol, mengharapkan mereka mengirim kapal untuk membawa perkerja ke pelabuhan. Namun, tekanan dari pihak yang berwenang memaksa kapten untuk membawa kapal jauh dari pantai. Kapten juga mencoba untuk mendapatkan bantuan dari Perancis dan Portugis, tetapi mereka juga memerintahkan kapal untuk menjauh dari pantai. Badai yang akhirnya membawa kapal ke dasar lautan, dan melepaskannya 20 juta galon minyak ke laut.

Menurut laporan oleh Dewan Pontevedra Economist, total biaya pembersihan $ 12 miliar.


4. Challenger Explosion=$5.5 Billion:

Space Shuttle Challenger telah hancur 73 detik setelah takeoff pada 28 Januari 1986 karena adanya cacat O-ring. Ia gagal menutup salah satu sendi, yang memungkinkan adanya tekanan udara luar di gas. menyebabkan tangki eksternal untuk hidrogen cair meluap yang menyebabkan ledakan besar. Biaya penggantian Space Shuttle was $ 2 miliar pada tahun 1986 ($ 4,5 miliar dolar di hari ini). Biaya penyidikan, masalah koreksi, dan penggantian peralatan yang hilang biaya $ 450 juta 1986-1987 ($ 1 Milyar pada hari ini).


5. Piper Alpha Oil Rig=$3.4 Billion:

Hari terburuk dalam sejarah minyak dunia. Pada saat itu Piper Alpha Oil merupakan produsen minyak terbesar di dunia karena dapat memproduksi 317.000 barel minyak perharinya. Pada 6 Juli 1988, sebagai bagian dari perawatan rutin, teknisi memeriksa katup, memastikan lebih dari 100 katup benar2 dalam kondisi baik. Sayangnya, teknisi melakukan kesalahan dan lupa untuk mengganti salah satu dari mereka. Pada pukul 10 malam di hari yang sama, seorang teknisi mulai menekan tombol untuk menggerakkan pompa cair dan gas paling mahal di dunia, dan sekaligus memulai kecelakaan mengerikan itu . Dalam waktu kurang dari 2 jam, api menyambar lebih dari jarak 300 kaki, merobohkan seluruh isi bangunan menewaskan 167 pekerja dan mengakibatkan kerugian $ 3,4 Miliar.


6. Exxon Valdez=$2.5 Billion:

Minyak Exxon Valdez yang tumpah jumlahnya tidak besar dalam kaitannya dengan dunia spills minyak terbesar, namun hal ini merupakan salah satu yang termahal karena lokasi yang jauh dan merupakan lokasi pribadi milik Prince William (hanya dapat diakses oleh helikopter dan kapal). Pada tanggal 24 Maret 1989, 10,8 juta galon minyak yang telah tumpah dari kapal utama, menelan dana $ 2,5 miliar untuk total biaya pembersihan.

7. B-2 Bomber Crash=$1.4 Billion:

#Disinilah kecelakaan pertama yang bernilai miliaran dolar (menduduki peringkat # 7 pada daftar). Sebuah B-2 stealth bomber mengalami kecelakaan sesaat setelah lepas landas dari sebuah pangkalan udara di Guam pada 23 Februari 2008. Penyelidik menemukan data penerbangan dalam komputer pengendali dan diketahui tenyata kecelakaan disebabkan oleh uap air pada system. Hal ini mengakibatkan pesawat tiba-tiba kehilangan kendali dan jatuh seketika itu juga. Ini adalah 1 dari 21 kecelakaan pesawat B-2 Bomber dan merupakan bagian yang paling mahal dalam sejarah penerbangan. Kedua pilot mampu menyelamatkan diri, kecelakaan dumulai pukul 2:00.

8. MetroLink Crash=$500 Million:

Pada 12 September 2008, salah satu Kecelakaan yang terburuk di sepanjang sejarah California, 25 orang tewas ketika sebuah kereta api Metrolink mengalami kecelakaan dalam misi pengiriman kereta tersebut ke Uni Pasifik di Los Angeles. Diduga kereta Metrolink tetap melaju pada waktu ada sinyal merah untuk berhenti dikarenakan konduktor yang sedang sibuk pesan teks. Karena Kelalaian yang menyebabkan kematian ini, diperkirakan Metrolink mengalami kerugian $ 500 juta.

9. Tanker Truck vs Bridge=$358 Million:

Pada tanggal 26 Agustus 2004, sebuah truk tangki berisi 32.000 liter bahan bakar oleng di Jembatan Wiehltal di Jerman. Tangki menabrak pembatas jalan dan jatuh 90 kaki menghasilkan sebuah ledakan besar beserta api, mengakibatkan beban yang tidak sebanding kemampuan jembatan. Sementara biaya perbaikan $ 40 juta dan biaya untuk mengganti jembatan diperkirakan pada $ 318 Juta.


10.Titanic=$150 Million:

Titanic yang tenggelam mungkin kecelakaan yang paling terkenal di dunia. Tetapi baru-baru ini kami membuat daftar top 10 paling mahal. Pada tanggal 15 April 1912, Titanic adalah kapal pelayaran pertama dan dianggap kapal paling mewah pernah dibangun. Lebih dari 1.500 orang kehilangan nyawa ketika kapal berlari menjadi sebuah gunung es dan terselam dalam air dingin. Kapal biaya $ 7 juta untuk membangun (sekitar $ 150 juta dolar jika dihitung saat ini)

READ MORE - 10 Kecelakaan Terbesar di Dunia

Wednesday, 15 June 2011

Broadcasting in Under Developing Country

Ghana’s media is in transition, having been faced and involved in so many political and social changes. This paper set out to study Ghana broadcasting at present. Looking out at his practices, policies, challenges, problems and how to deal with the modern progress. The destination is to represent a whole picture of Ghana broadcasting as it pertains today

To get this master disertation completely, just click
http://www.ziddu.com/download/15362796/A.S.Adu-Gyimah.doc.html

Ghana Broadcasting History; a Brief

Ghana, the country placed in west coast of Africa, is the first country in African Sub-Sahara to become independent from British colony. Have been ruled by undemocratic military governance, Ghana now have own political system. Unicameral legislature sysem, decentralised local assemblies and general election in every four year.

Broadcasting become Ghana attention when department of the ministry of information is built in 1935 with the main responsbility to formulate mass communication policies and looking for the way how to use media as the tool for information dissemination and country development effectively.

In this year Ghana built the first Radio Broadcasting, named as Goald Coast, with approximately 300 subscribers in Accra. The subscriber is low due to rare and radio expensive. Radio is the privillege of the rich man and most of them are the expatriate community who had come from the countries which had already these mass communication facilities.

In the frist year of Goald Coast programs are only relay and rebroadcast programms from BBC world service and began to expand and redifussion station in Cape Coast in the second year. The following year initalied with opening of new broadcasting house in Accra during the second world war in 1940. At the same time, Ghana begin to broadcast in the four of major Ghana language, are Twi, Fanti, Ga and Ewe. Now due to social development, availability of technology and market economy Ghana have five televisions and seventy radio station.

Framework Analysis

This paper draws on literature of modernization and dependency theory. Traditionally, Africa is not a main actor in communication field. Africa media, and scholars, usually are the echos from west country media. West still a trend setter in media program, technology and studies

The others perspectives in media literature are can be looked in the cultural studies sense, as institutions, as workplaces, as communicative practices, as cultural products, as social activities as aesthetic forms and historical developments.

Cultural Studies (CS) is the way how to looks media as a shaper and shaped by social interaction in society. CS concern the power of media and its roles as the vehicle of culture. CS come from The Birmingham school which led by Stuart Hall. This perspective in resonance with Ben Anderson’s theory about imagined communities when a mass media mediated community where people may not know each other but share common ideas

Another theory in this work is set out by communication and language theory. Because most of media broadcasting in developing country depend on west media program, language become a tool in social transformation. Another perspective to rich this paper is regulation in communication field. There are so many institution, like government, who have interest to keep media as the institition for propaganda. Media is an important tool in propaganda government interest.

The result of this paper will be useful to anyone who interested in studying broadcasting in Africa an for general understanding of the specific one in Ghana broadcasting. This study falls under the broader are of communication in developing countries and will add the literature about communication as a tool for liberation and emancipation in the developing countries.

To get this MA disertation completely, just click here


Good luck
READ MORE - Broadcasting in Under Developing Country

Reframing


Suatu kali ada orang yang tiba-tiba saja ngajak berantem. Kaget juga, tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba ngajak berantem. Yang lebih menjengkelkan ketika saya tanya sebab ngajak berantem adalah karena saya tidak menjawab sapaannya. Waktu itu pingin teriak di telinga dia “Lo budek yah kagak denger jawaban gua?Mau berantem?ayo, lo pikir gua takut sama lo yah?”.

Mungkin waktu itu emosi lagi stabil, saya jadi urung menjawab seperti itu. Masalahnya kalau orang kayak saya yang udah jadi bapak berantem gara-gara urusan seperti ini, apa kata anak saya nanti. Bagaimana kalau ditiru, atau jadi alasan dia ngelakuin hal serupa?Masak kita sudah capek-capek nyekolahin dan ngajarin banyak hal, semua gagal karena perilaku kita sendiri. Yah, mengingat orang yang kita cintai itu ternyata cara paling ampuh menghindarkan diri berbuat konyol. Bahkan juga bisa sebaliknya, mengingat orang yang kita cintai bisa mendorong kita berprestasi. Konon Louis Pasteur berhasil menaklukan bakteri karena dia mengingat empat orang anaknya yang meninggal karena demam typus yang masa itu belum ada obatnya.

Kebetulan waktu itu ada yang melerai, jadi adu mulutnya tidak berlanjut. Tapi tetap saja saya perlu mengatakan dengan kata tegas kepada dia kalau saya sudah menjawab, gak peduli apakah dia akan tetap terus marah dengan jawaban saya atau tidak. Sebelum saya pulang kembali ke rumah, saya cari lagi orang tadi. Saya ajak dia salaman lalu saya menegaskan kembali kalau sapaannya sudah saya jawab. Sengaja saya salam tangannya, kali aja yang dimaksud dia gak jawab itu karena saya tidak menyalami dia. Kali aja dia pingin penghormatan lebih. Saya pikir dia lagi emosi mau tetep ngotot ngajak berantem, tapi ternyata gak juga

Di perjalanan pulang, walau dia sudah saya beri salam, jengkel dan sakit hati tetep aja dongkol gak hilang-hilang. Siapa yang tidak jengkel dan merasa terhina sih, diajak berantem tanpa alasan jelas dan kita mesti ngalah. Apalagi kalau mau itung-itungan, kalau tantangan itu saya layani saya yakin bisa meng KO orang itu. Secara fisik dia tidak berbeda jauh dengan saya, tapi keunggulan saya, meskipun badan saya kecil, tapi masih adalah sekitar futsal setiap minggu mah sedangkan saya gak pernah denger dia punya jadwal olahraga. Jadi fisik saya lebih bugar lah. Apalagi kalau dilihat secara psikologis. Coba saja tanya semua ahli bela diri. Lawan yang emosinya sedang tidak stabil adalah lawan yang paling gampang dikalahkan. Koordinasi gerak tubuh nya pasti tidak terkontrol.

Pulang rumah saya ceritakan kejadian tadi sama istri. Kaget dan campur sedih istri saya mendengar itu. Ketika saya menjawab pertanyaan dia tentang reaksi saya yang mengalah, istri saya apresiatif. Dia mengingatkan kalau saya lebih baik menghabiskan diri untuk membenahi banyak hal supaya kualitas kehidupan saya di depan jauh lebih baik. Jadi dibuktikan saja dengan kualitas kehidupan kita nanti kata istri saya.

Saya jadi ingat cerita Kang Jalal ketika dia curhat kepada anak istrinya di rumah karena merasa dibuat sakit hati sama orang. Anak terkecil Kang Jalal mengingatkan bapaknya kalau hidup bahagia adalah dendam terbaik. Lumayan terobati dengan saran ini, tetapi namanya dongkol tentu gak bisa hilang begitu saja. Pingin juga balik lagi ke tempat tadi dan menjawab tantangan orang yang ngajak berantem tadi.

Sampai beberapa hari rasa jengkel belum bisa hilang. Tempat dimana dia ngajak berantem pun menjadi tempat yang tidak menyenangkan. Beberapa kali saya berniat kesana untuk mengunjungi seseorang, tapi saya gagalkan. Bukan hanya dongkol bukan main, tapi saya gak bisa menjamin kalau saya tidak menjawab tantangan kalau orang tadi ngajak berantem lagi. Rasanya kita nyesel juga gak jawab tantangan berantem nya dulu. Kenapa dulu mesti banyak berpikir-pikir ini itu, padahal orang ngajak berantem langsung aja lawan. Itu kan orang yang tidak menghargai apalagi menyayangi kita (rasanya juga terlalu jauh untuk sampai pada tema sayang menyayangi). Mestinya waktu itu saya langsung berntindak taktis tidak berpikir ini itu.

Tidak tahu berapa kali, sikap dan tindakan saya sering tidak taktis, terlalu banyak pertimbangan berpikir ini dan itu. pernah satu kali ketika saya sedang berjalan, saya sadar ada yang aneh dibelakang saya. Ketika saya berbalik ada copet sedang gerayangin tas belakang saya. Mulut sudah menggertak memarahi dan sudah bersiap mau teriak ngajak orang ngeroyok. Kaki sudah siap diayunkan. Tapi waktu melihat tubuhnya yang kurus kerempeng, kotor saya jadi berpikir ulang. Kasihan juga kalau dia dikeroyok, jangan-jangan dia mau nyopet karena gak punya uang aja. Jadi saya urungkan saja nendang, dan cuma menggertaknya memastikan dia supaya lari pergi. Ah, bersifat taktis ternyata sebuah kecerdasan sendiri. Menyesal juga kenapa saya menjadi peragu seperti ini, tapi masih ada kesempatan berubah lah. Untung aja saya sementara belum jadi pemimpin negara, jadi efek ragunya cuma buat diri sendiri.

Tetapi suatu siang, ketika kepala saya mengingat lagi kejadian itu, reaksi kimia di otak saya tiba-tiba menyodorkan terapi reframing dalam melihat kejadian itu. Reframing berarti mengubah sudut pandang. Suatu kejadian pasti tidak akan berubah, tapi kita masih bisa merubah cara pandang kita dalam melihat kejadian itu. Seperti seorang photographer yang tidak bisa memindahkan posisi Gunung untuk mendapatkan angle berbeda, tetapi dia bisa memindahkan posisi kamera sehingga angle jepretan Gunung bisa berubah.

Kalau ingat kejadian itu saya pikir saya yang diuntungkan. Bukankah yang terjadi adalah orang yang sedang mengumbar emosi berhadapan dengan orang yang sedang menahan amarah. Anggap saja ada orang yang terus berlatih mengumbar emosi berhadapan dengan orang yang berlatih menahan amarah. Bukankah menahan amarah itu lebih baik daripada mengumbar amarah?

Lagian umur kita sudah bukan anak muda lagi. Standar hidup kita mesti jadi berubah dari yang semula berstandar “keberanian” menjadi berstandar “kepatutan”. Coba saja bayangkan, ada orang yang sudah bukan pelajar atau mahasiswa lagi, tetapi memakai standar pelajar dan mahasiswa dalam menghadapi persoalan. Waktu terus bergerak maju tetapi cara menghadapi masalah masih seperti dulu tidak bergerak maju. Bukankah itu konyol?Kira-kira begitulah sodoran kimiawi di otak saya untuk melihat masalah ini. Setidaknya, saya memiliki perubahan cara dalam menghadapi hidup lah.

Yah lumayan lah, cara berpikir ini bisa menentramkan hati menghilangkan jengkel. Lebih baik fokus urusan diri sendiri. Banyak mimpi belum dicapai, banyak obsesi yang belum terealisir.

Sukabumi 12 Juni 2011
READ MORE - Reframing

Saturday, 11 June 2011

Play Group, Galileo dan Shalat Lima Waktu

Anak sudah waktunya ke Play Group. Katanya sebelum masuk Play Group anak saya mesti di observasi dulu. Saya tidak faham apa yang dimaksud sekolah dengan observasi terhadap anak. Apakah mau melihat segala hal berkaitan dengan fisiknya atau apa. Tetapi karena anak saya sedang sakit, jadi jadwal observasi yang diberikan pun tidak bisa langsung diikuti.

Tapi akhirnya saya dapat informasi tentang observasi yang dimaksud. Sore itu istri saya menceritakan kembali tentang pengalaman seorang Ibu yang anaknya di observasi. Katanya observasi hanya berlangsung sekitar 15 menit. Si anak diberi sebuah mainan dan dibiarkan asik dengan permainan itu. Ketika si anak sedang asik dengan permainan itu, observer menyodorkan permainan lain. Sebelum istri menyelesaikan ceritanya, saya langsung menebak kalau ini berkaitan dengan uji ke fokusan dan konsistensi dan istri membenarkan itu. Karena si anak memainkan mainan baru yang disodorkan, di akhir sesi observer memberi tahu tentang kemampuan fokus anak yang lemah.

Senang mendengar test seperti ini. Semula saya berpikir kalau anak saya akan diobservasi kemampuan kognisinya seperti kemampuan mengenal huruf, angka, warna atau berbagai macam bentuk. Tetapi ketika yang diuji tentang ke fokusan, konsentrasi atau konsistensi maka ini bagi saya menjadi sesuatu yang sangat menarik dan perlu.

Sepertinya memang sudah saatnya identifikasi atas potensi peserta didik itu bukan semata aspek knowledge. Ada aspek sikap atau mentalitas yang mesti diperhatikan dalam konteks tumbuh kembang seorang anak. Saya tidak tahu apakah istilah saya ini benar atau tidak. Kalau merujuk kepada spanduk-spanduk atau buku-buku yang mewacanakan tentang pendidikan karakter, saya pikir mungkin ini yang dimaksud dengan pendidikan karakter bagi anak.

Pada satu kesempatan, seorang pejabat tinggi yang istrinya giat mengkampanyekan tentang pendidikan karakter, di mimbar menguraikan tentang problem yang dihadapi Indonesia. Pendidikan karakter dalam pandangan beliau adalah solusi supaya problem itu tidak muncul di kemudian hari.

Menurutnya dulu orang berpikir kejahatan terjadi karena orang tidak berpendidikan. Sekarang ini ketika knowledge sudah dikonsumsi banyak masyarakat, ternyata kejahatan tetap saja terjadi. Kejahatan kerah putih, white collar, seperti korupsi terjadi sangat masif. Orang yang korupsi ternyata rata-rata berpendidikan dan korupsi tidak bisa dilakukan kalau orang tidak berpendidikan.

Kemudian orang berpikir kalau kejahatan korupsi terjadi karena orang tidak mendapatkan pendapatan layak sehingga kepintarannya dipakai untuk berbuat jahat. Pendapat ini kemudian terbantahkan. Banyak eksekutif bank yang berada di top managemen, dengan segudang reward, selain gaji rutin yang didapatkan, tetap saja melakukan korupsi.

Orang merubah lagi pendapatnya kalau tindak kejahatan terjadi karena orang tidak mengenal ajaran agama. Orang yang mengetahui ajaran agama pasti tidak akan melakukan korupsi karena tahu korupsi itu dosa. Pendapat ini lagi-lagi terbantahkan ketika pelaku korupsi adalah justru orang-orang yang sangat dekat dengan aktivitas agama dan rajin berkhotbah moral kehidupan kepada lingkungannya.

Bahwasannya pengetahuan,yang mewujud dalam bentuk orang pintar, adalah sesuatu yang sangat penting itu adalah hal yang tidak dapat dibantah. Tetapi ternyata itu tidak menjadi satu-satu nya variable bagi setiap orang untuk menjalani hidup dengan benar. Ada variable lain yang hilang dari perhatian, itulah karakter atau sikap.

Karena karakter mencurinya tidak dihilangkan, maka pengetahuan yang dimilikinya digunakan untuk mencuri. Karena karakter malasnya tidak dihilangkan, maka potensi kecerdasannya pun menjadi sangat tidak optimal.

Makanya ketika mengetahui bahwa anak saya akan diuji karakternya, saya gembira. Karena kemudian permasalahan fokus dan konsistensi inilah yang sering menjadi titik lemah kita. Lihat saja misalnya berita-berita tentang banyaknya kasus yang hilang tertimpa kasus lain. Coba saja perhatikan, bagaimana nasib korban Lapindo yang hingga kini tidak mendapatkan hak nya secara layak. Isyu nya habis dilindas isyu-isyu lain. Mungkin sebentar lagi isu Nazarudin dan Nunung akan hilang juga karena ada isyu lain yang lebih menarik.

Jadi kembali ke masalah karakter tadi, jadi saya pikir sudah saatnya hal-hal yang bersifat afektif ini menjadi bahan perhatian kembali dalam pendidikan kita. Hal ini bukannya tanpa preseden dan tanpa pengetahuan.

Kalau kita lihat perjalanan orang-orang hebat, yang sering kita sebut dengan orang-rang pintar, pengakuan jujur dan otentik dari mereka selalu menyatakan kalau pengetahuan itu aspek kesekian dari faktor kesuksesan mereka, meskipun mereka berkiprah di bidang ilmu pengetahuan. Thomas Alva Edison misalnya. Setelah menunjukan pada publik penemuan bola lampunya, Edison ditanya wartawan tentang keberhasilannya itu. Edison menjawab, kalau keberhasilan itu 1% pengetahuan dan 99% kerja keras. Edison menemukan bola lampu setelah gagal dalam 1000 kali lebih percobaan. Mengandalkan kejeniusan untuk menemukan bola lampu bagi Edison adalah suatu hal yang tidak mungkin.

Atau mungkin kita bisa beralih kepada Galileo Galilei. Semua sepakat bila Galileo adalah bapak fisikawan modern. Dari Galileo lah kemudian muncul seorang Isaac Newton dan terakhir lahirlah seorang Albert Einstein dengan teori relativitasnya yang menjadi rujukan terkini. Tetapi kalau kita mau melihat kembali perjalanan panjang Galileo, maka kekuatan Galileo sesungguhnya bukan hanya pada kecemerlangan berpikirnya.

Melalui teori heliosentrisnya, bahwa bumi mengelilingi matahari bukan sebaliknya seperti diungkap Aristoteles, Galileo memang bisa menunjukan kesalahan teori Aristoteles tentang tata surya. Tetapi konon menurut riwayat, Galileo kelabakan ketika diminta membuktikan kalau pendapatnya lah yang benar bukan pendapat Aristoteles.

Kesuksesan Galileo adalah ketika dia dengan konsisten, kerja keras dan shabar mempertahankan pendapatnya yang dia yakini benar. Dan hal ini tidak dia lakukan dalam hitungan satu atau dua hari, tetapi berjalan selama masa hidup nya sampai dia meninggal. Sampai ketika Galileo divonis bersalah oleh pengadilan gereja karena menentang ajaran gereja dan dihukum penjara hukuman rumah seumur hidup, dia tetap mempertahankan pendapatnya. Galileo kemudian menulis pendapatnya dalam sebuah buku dan diselundupkan oleh pengikutnya ke Belanda untuk diterbitkan. Buku Galileo terbit setelah dia meninggal. Bagaimana kalau Galileo tidak konsisten dan tabah mempertahankan pendapatnya?Saya yakin tidak akan ada Isaac Newton atau Albert Einstein dan ilmu fisika tidak akan berkembang seperti sekarang

Begitu juga kalau kita melihat tentang Wright bersaudara yang menemukan pesawat terbang bermesin. Wright bersaudara bukanlah lulusan universitas, tetapi dua bersaudara yang tekun mencari cara supaya bisa terbang. Dalam ceritanya juga dikisahkan bagaimana mereka menahan diri untuk tidak terprovokasi untuk populer dan menjawab desakan untuk segera para penerbang lain untuk menunjukan penemuan mereka berdua. Wright bersaudara hanya mau menerbangkan pesawat bermesin penemuan mereka setelah mereka yakin kalau semua detail nya sudah selesai.

Waktu awal-awal kuliah di Fikom Unpad, dosen-dosen saya mengajarkan pengetahuan dasar merubah orang melalui komunikasi. Katanya, perubahan manusia itu terjadi pada tiga level yaitu, level kognisi, afeksi dan psikomotorik. Perubahan kognisi adalah ketika pesan dari komunikasi yang kita berikan hanya menambah atau merubah pengetahuan. Perubahan akan menjadi nilai tambah bila dari perubahan dari aspek pengetahun bergerak menjadi perubahan sikap, yaitu adanya hasrat atau sikap atas pesan dari komunikasi yang disampaikan. Tetapi menurut teori komunikasi, perubahan sejati adalah ketika terjadi perubahan perilaku. Bila kita melihat runtutannya maka perubahan perilaku adalah perpaduan antara perubahan pengetahan dan sikap

Seperti sebuah pabrik mobil yang mempromosikan produknya. Target perubahan pertama yang dia lakukan adalah perubahan kognisi. Orang harus mengetahui bahwa pabrik mereka memproduksi sebuah mobil. Tetapi kemudian perubahan itu hanya awal saja, mereka masih membutuhkan perubahan sikap berupa pendapat yang ada pada setiap orang bahwa karena produk mereka bagus, maka mereka harus memiliki produk itu bagaimanapun caranya. Apakah dengan kredit mobil atau dengan meminjam uang dari motor. Muara akhirnya adalah perubahan perilaku ketika orang membeli mobil yang ditawarkan oleh si pabrik. Jadi bagi dunia sendiri, perubahan kognisi itu hanya awal saja dan tidak akan pernah bermakna apa-apa bila tidak ada perubahan pada aspek sikap

Jadi sepertinya tema-tema tentang sikap tanggung jawab, kerja keras, shabar, keuletan, fokus, konsistensi harus menghiasi kehidupan pendidikan kita. Banyak orang berpendapat kalau tema-tema ini dimasukan kurikulum pendidikan, maka muatan pelajaran bagi anak didik bertambah banyak dan panjang. Karena seperti yang kita ketahui, disamping pendidikan karakter, para pengusaha juga menuntut adanya pendidikan enterpreneurship. Karena menurut para pengusaha kemajuan ekonomi suatu negeri minimalnya mesti ditopang sekitar 5% enterpreneur dan Indonesia mencapai itu. Aktivis anti korupsi juga sudah banyak menuntut tentang pendidikan anti korupsi. Karena sebuah negara tidak akan mungkin maju kalau korupsi nya masih merajalela

Tetapi itu kalau kita berpikir cara lama dari mendidik maka akan berpikir seperti itu. Anak SD, , SMP dan SMA pasti mesti ditambah lagi jam dan mata pelajarannya. Begitu juga dengan mahasiswa,pasti ada pembengkakan jumlah SKS yang mesti ditempuh. Hidup anak dihabiskan di sekolah dan tidak ada waktu lagi untuk keluarga dan lingkungan rumahnya

Namun sebetulnya kalau kita melihat kejadian keseharian kita, orang tua – orang tua kita atau kearifan lokal sudah mengajarkan kepada kita tentang bagaimana menanamkan nilai karakter itu.
Dulu di kampus teman-teman dengan kreatif mengadakan kompetisi permainan tradisional. Awalnya beberapa teman menganggap itu hanya kegiatan hura-hura saja. Tetapi setelah berjalan, saya lihat banyak hal yang menjadi muatan pendidikan karakter dari permainan tradisional. Dari permainan tradisional itu saya melihat banyak hal pelajaran kebersamaan, solidaritas sosial, tanggung jawab pribadi, kegigihan, keuletan.

Sayangnya orang sekarang menganggap permainan-permainan seperti damdas, congklak, engkle, bermain gala, sepakbola itu kalah modern dengan Game Online atau Play Station. Orang lebih suka main bola di Play Station ketimbang main bola di lapangan bola.

Atau mungkin kita bisa kembali kepada ajaran agama saja sebagai toolsnya. Misalkan saja untuk melatih konsistensi, kita latih saja anak-anak itu untuk selalu melaksanakan shalat 5 waktu tanpa pernah meninggalkannya. Bila si anak sudah terbiasa melaksanakan shalat 5 (lima) waktu, dosis nya lalu kita naikan lagi dengan shalat 5 (lima) waktu tepat pada waktu nya. Bila fase ini sudah beres juga, dosis nya mungkin bisa kita naikan lagi; shalat lima waktu, tepat waktu dilanjutkan dengan membaca Quran.

Menyimpang sedikit, kalau sudah ngomongin ritual agama begini, saya jadi ingat Dan Brown. Penulis novel The Davinci Code. Novel nya tidak hanya laris manis diterjemahkan ke berbagai bahasa, tetapi juga menggegerkan.

Nah menurut Dan Brown waktu menulis yang baik itu adalah setelah tengah malam sebelum fajar. Jadi kalau pake ukuran jam, kira-kira jam 02.30 an lah. Karena pada jam-jam ini menurut Dan Brown pikiran kita lagi rileks dan sering muncul banyak inspirasi. Lha, kalau saya lihat, ini kan waktu tepat setelah shalat malam seperti yang diajarkan nabi. Jadi kalau kita misalnya ikut petunjuk nabi untuk shalat malam, berarti kita terbiasa untuk merilekskan pikiran dan mengundang banyak inspirasi ke kepala kita. Bukankah rileksnya pikiran dan banyaknya inspirasi dibutuhkan setiap orang bukan hanya penulis seperti Dan Brown.

Ah, kalau sudah begini saya jadi malu. Meminta jalan ini dan jalan itu sama Tuhan padahal jalannya sudah di kasih tahu. Meminta dikarunia sifat konsisten dan fokus, padahal instrumennya sudah tersedia. Memohon supaya diberikan hidayah (inspirasi) padahal petunjuknya sudah ada. Jadi mending kita berhenti saja nulisnya, malu kita 

Sukabumi, 11 Juni 2011
READ MORE - Play Group, Galileo dan Shalat Lima Waktu

Tuesday, 7 June 2011

Bahasa dan Poligami

Akhirnya, setelah lama dipendam dan nature setiap manusia yang membutuhkan tempat untuk mencurahkan kegelisahan hatinya, cerita itu diungkapkan kepada saya. Cerita kegundahan hati tentang saudaranya yang menikah lagi, poligami dengan diam-diam. Secara prinsip sebagai seorang muslim poligami sudah dia terima sebagai doktrin agama yang absah. Tetapi karena proses poligami yang diam-diam tanpa sepengatahuan istri, anak apalagi keluarga besar, poligami nya itu menjadi masalah bagi dirinya. Bagi dia, pertanyaannya bukan baik tidak nya poligami itu, tetapi kenapa mesti diam-diam?Kalau itu sebuah kebaikan atau solusi pastinya tidak ada alasan untuk dilaksanakan secara diam-diam. Mesti ada proses dan tujuan yang keliru dalam poligaminya itu.

Karena orang sedang mengungkapkan kegundahan hati, saya biarkan cerita itu mengalir dan menahan hasrat untuk interupsi. Akhirnya seperti yang saya duga sebelumnya, memang ada yang salah dalam interaksi antar kedua suami istri tersebut. Mulai dari problem klasik tentang posisi yang dominan, tidak saling memahami sampai tidak saling menghargai posisi masing-masing. Satu hal yang sangat menarik, yang sudah saya duga sebelumnya, adalah cerita tentang bahasa-bahasa yang selama ini keluar dari pasangan suami istri itu.

Konon diantara yang memicu terjadinya Poligami itu sendiri adalah seringnya keluar lontaran-lontaran canda si suami tentang kemungkinan dia berpoligami atau ketika dia menyatakan tertarik kepada seorang perempuan. Gayung bersambut, lontaran canda si suami itu pun disambut positif oleh si istri kadang dengan canda, kadang dengan mempersilahkan sambil memberi ancaman. Mungkin lontaran si suami dan jawaban si istri tentang menikah lagi adalah lontaran canda, heureuy kata orang sunda mah. Tetapi saya jadi berpikir mungkin inilah diantara variable sangat penting terjadinya prahara itu. Ada bahasa yang terungkap, dan dibalas dengan bahasa yang sama.

Saya jadi teringat masa awal pernikahan. Ketika sedang ngobrol sambil ngobrol dan bercanda ngalor ngidul, tiba-tiba istri saya memasukan tema thalaq dan perceraian sebagai tema canda. Kontan saya diam dan saya tegur istri saya supaya tidak pernah menjadikan dua kata itu sebagai tema pembicaraan atau tertawaan. Waktu itu dalil saya adalah Fiqh yang menyatakan bahwa thalaq meskipun diucapkan sambil bermain-main atau tidak serius, tetaplah berlaku. Saya membayangkan bagaimana kalau saya dan istri terbiasa mempermainkan kedua kata itu, lalu secara tidak sengaja saya melontarkan kata thalaq, maka menurut Fiqih ketika itu saya sudah bercerai dengan istri.

Di kemudian hari setelah mereview lagi beberapa bacaan ilmu komunikasi, saya menemukan keterpautan apa yang menjadi dalil Fiqh diatas dengan teori-teori tentang bahasa yang sering dipakai dalam menganalisa fenomena komunikasi.
Kesempatan lainnya saya masih ingat ketika saya dengan sangat arogan mengatakan kepada istri saya untuk berhenti saja bekerja jadi guru PNS karena saya sanggup membiayai kebutuhan keluarga. Di kemudian hari, waktu membuktikan bila saya pernah mengalami masa bersandar kepada penghasilan istri. Kata orang ini yang dinamakan karma.

Mungkin ini yang sering tidak disadari dan diremehkan orang, termasuk saya yang berkesempatan kuliah di Ilmu Komunikasi, ; bahasa. Ironinya justru pengalaman, kenyataan dan ajaran-ajaran orang tua sering mengajarkan kepada kita tentang hal yang satu ini. Hal yang sering diajarkan oleh petuah-petuah karuhun ini kemudian, entah sengaja atau tidak, sering hilang dalam diri kita. Kadang karena takabur, seperti ketika saya menyuruh istri saya keluar dari pekerjaannya, atau kadang memang karena lingkungan yang membentuk kita untuk tidak berhati-hati dalam berbahasa.

Menurut Ariel Heryanto dalam bukunya; Perlawanan Dalam Kepatuhan; Sebuah esai-esai budaya, bahasa itu adalah interaksi atau pergaulan. Tidak mungkin orang bisa berbahasa kalau dia tidak bergaul. Jadi bahasa menentukan pergaulan. Bahasa yang baik adalah hasil dari pergaulan yang baik dan bahasa yang buruk hasil pergaulan yang buruk. Bila tidak percaya coba saja melihat pada komunitas-komunitas yang memiliki bahasa yang baik dan bahasa yang buruk. Jadi bahasa kita dalam kesempatan lain sering dibentuk karena lingkungan

Permasalahannya kemudian bukan hanya sebatas bahasa baik, bahasa buruk, pergaulan baik dan pergaulan buruk. Tetapi hal yang sangat serius dan menjadi bahan perhatian adalah ketika bahasa pada dasarnya bukan sekedar ungkapan semata tetapi bahasa sebagai constitute the reality, bahasa sebagai instrumen yang mempunyai kekuatan untuk menciptakan realitas.

Little John dalam bukunya Theories of Human Communication, mengurai bahwa setidaknya ada tiga pandangan dalam melihat bahasa. Pertama adalah classical foundation yang diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure. Menurut Little John pandangan ini melihat bahwa ; “Not only does this assumption support the idea that language is a structure, but it also reinforces the general idea that langauge and reality are separate. Bahasa bagi Saussure hanyalah alat untuk representing reality bukan reality itu sendiri.

Pandangan ini dielaborasi lebih mendalam oleh madzhab Strucutral Linguistics yang mengkaji bahasa dalam perspektif yang sangat struktural. Dipengaruhi pandangan Saussure, pandangan ini membreak down lebih jauh sturktur bahasa dalam komponen-komponen yang sangat detail. Structural Linguistics melihat bahasa dalam sebuah struktural yang sangat detail seperti memperhatikan Noun Phrase, Verb Phrase. Jadi bahasa menurut pandangan madzhab ini tidak lebih dari tata bahasa.

Pendekatan terakhir disebut dengan Generative Grammar. Pandangan ini tidak hanya membahas tentang struktur sebuah bahasa semata tetapi menggali lebih jauh tentang bagaimana bahasa itu sampai bisa muncul ke permukaan. Ada deep structure dalam setiap tindak berbahasa kita.

Tentang generative ini Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Tafsir Kebahagian; Pesan Al Quran Menyikapi Kesulitan Hidup, dalam Bab; Mengontrol bahasa mengungkapkan bila bahasa sekarang ini bukan lagi deskriptif melainkan generative dan kreatif. Maksudnya bahasa itu juga bisa menciptakan peristiwa-peristiwa oleh karenanya kita harus berhati-hati dalam menggunakan bahasa.

Mengutip John Osteen tentang ritual pernikahan di gereja, ketika si Pendeta mengatakan “ I know you are a husband and a wife” lalu kedua mempelai mengatakan “I do” dan dilanjutkan dengan si Pendeta “You May Kiss?”. Kiss tidak akan pernah terjadi bila salah satu mempelai ada yang mengatakan “No”, sebaliknya bila yang dikatakan “Yes” maka Kiss pun akan terjadi. Seperti juga dalam agama Islam, hubungan suami istri akan menjadi halal karena diputuskan oleh sebuah bahasa yaitu akad nikah.

Lebih jauh lagi Kang Jalal menyinggung sebuah buku berjudul “Language and the Pursuit of Happiness” karangan Charlmers Brothers. Menurut buku ini bahasa dapat membuat hati bahagia dan berduka. Jadi, jika kita ingin bahagia dalam hidup, ciptakanlah bahasa-bahasa atau cerita-cerita baik dan selalu membangun prasangka positif.

Jadi bahasa pada hakekatnya bukan lagi sebuah struktur kata-kata yang tanpa makna, tetapi bahasa adalah pencipta makna bahkan lebih dari itu bahasa adalah pencipta realitas. Kalau memang bahasa tidak memiliki makna apa-apa, sebagai muslim saya bertanya untuk apa dinamakan Muhammad (yang terpuji) bukan yang lainnya. Atau kenapa juga Nabi mengubah nama kota Yatstrib menjadi Madinah. Tentunya ada sebuah realitas yang ingin dituju Nabi dan hal itu terwujud.

Kembali ke cerita diatas, karena yang poligami itu dikenal seorang guru dan ustadz, biasanya saya akan mencerca nya sebagai ustadz dan guru penghancur agama. Tetapi kebiasaan cercaan itu saya buang jauh-jauh sambil berdoa untuk tidak melakukan hal serupa di kemudian hari. Setidaknya dua hal yang membuat saya melakukan itu; empati dan the power of language.

Saya berempati, karena menurut saya si Ustadz tadi sedang gelap mata dan khilaf. Ustadz tadi saya kenal dengan baik. Secara personal dan sosial si Ustadz layak menjadi panutan. Tetapi siapapun pasti pernah mengalami masa-masa khilaf, gelap dan keliru dalam mengambil keputusan. Pastinya banyak faktor yang membuat dia melakukan kekeliruan itu. Mestinya dia memang tidak menimbulkan masalah baru dengan poligami diam-diamnya itu.


Selain karena empati, saya menghindar untuk mencerca karena kekuatan bahasa tadi. Kekhawatiran saya adalah cercaan atau umpatan yang saya keluarkan pada akhirny kembali pada diri saya. Karena kegelapan dan kehilapan pasti dialami setiap orang. Selain dari itu, entah berapa kali saya diperlihatkan alam, dan mengalami sendiri, betapa orang-orang yang mencerca seseorang di kemudian hari melakukan hal yang tidak jauh berbeda dengan orang yang sudah dicercanya. Setelah mencerca ternyata dia lebih layak untuk dicerca

Laa haula walaa quwwata illa billah

Sukabumi, 08 Juni 2011
READ MORE - Bahasa dan Poligami

Monday, 6 June 2011

Do’a di Raudhah dan Multazam


Di Masjid Nabawi Kota Madinah ada tempat bernama Raudhah. Sebuah taman yang terletak diantara mimbar nabi dan makam nabi. Menurut banyak riwayat inilah sebaik-baik tempat untuk memanjatkan doa kepada sang khalik. Bila kita memanjatkan doa di tempat ini, maka Allah akan mengabulkannya.

Bukan hanya di Raudhah nabi, di Mekkah dekat Ka’bah ada sebuah tempat yang disebut Multazam. Ini adalah tempat yang sangat bernilai historis dan magis. Tempat dimana Ibrahim dulu menginjakan kakinya untuk meninggikan dan memperbaiki bangunan Ka’bah yang konon pernah rusak diterjang banjir.

Mekkah dan Madinah, dua kota suci bagi kaum muslimin sebelum Masjdil Aqsha di Jerusallem, memang memiliki banyak tempat suci. Tempat yang sangat afdhal bagi setiap muslim yang berkunjung disana untuk berdoa, menyucikan diri dan mendekatkan diri kepada sang Khaliq.

Bila mengingat dan mendengar tempat ini, maka otomatis kita selalu ingat kepada Muhammad SAW, para Khualfaur Rashyidin dan juga para salafus shaleh lainnya yang menjadikan tempat ini sebagai central aktivitasnya. Saya juga jadi ingat cerita-cerita yang didapat di Perguruan Thawalib Padang Panjang dahulu. Beberapa tokoh seperti Syekh Ahmad Khatib, Inyik Rasul adalah orang-orang yang dalam kehidupannya selalu dikaitkan dengan kedua tempat suci ini dan selalu terlihat memiliki energi lebih bila telah berkunjung, bahkan menetap, di kedua tempat suci ini.

Dan saya kira bukan hanya mereka saja, banyak tokoh muslim Indonesia lainnya yang mempunyai keterpautan psychologis dan spiritual dengan kedua tempat suci ini. Sama seperti keterpautan penganut Kristen kepada Jerusallem dengan makam gereja kristus dan via dolorosanya, atau penganut Yahudi yang terpaut dengan wailing wall, tembok ratapan.

Pada suatu hari nanti bila Allah sudah memperkenankan saya, dan saya yakin Allah pasti akan memperkenankan saya, ada tiga doa yang ada di kepala saya ini untuk diucapkan;

“Ya Allahu ya Rabbi, jangan Kau jadikan ziarah kami ini sebagai ziarah yang terakhir. Berikanlah kami selalu nikmat kesempatan, kesehatan dan keuangan supaya tetap dapat mengunjungi Mu dan mengunjungi kekasih Mu Muhammad setiap saat”

“Ya Allahu ya Rabbi, Sebagaimana engkau telah menjadikan tempat ini bagi Muhammad, para Khualfaur Rashidin dan para Shalafhus Shalih sebagai tempat membekali diri dan merubah diri, maka jadikanlah juga tempat suci mu ini sebagai tempat bagi kami untuk membekali diri dan merubah diri”

“Ya Allahu ya Rabbi, sebagaimana telah engkau tunjukan para leluhur kami yang telah menjadikan tempat ini sebagai poros untuk melakukan perubahan diri dan perubahan sekitar, maka jadikanlah tempat ini menjadi poros bagi kami untuk melakukan perubahan diri dan perubahan sekitar”

Bandung, 06 Juni 2011
READ MORE - Do’a di Raudhah dan Multazam

Friday, 3 June 2011

Piagam Madinah dan Nabi Muhammad yang Ummi



Sudah lama saya ingin membeli buku “Madinah” karangan Zuhairi Misrawi terbitan Kompas. Kebetulan buku sejenis tentang Mekkah, Perjalanan Haji dan Jerusalem sudah dibeli. Karena baru saja beli buku cukup banyak, hampir saja saya menunda membeli buku ini. Tetapi setelah saya bayar buku di kassa dan sambil menunggu buku dijilid plastik, cepat-cepat saya lari ke lantai 2 toko buku Bandung Book Centre untuk mengambil buku ini.

Ditengah perjalanan saya baca sekilas buku-buku yang sudah dibeli. Beralih ke buku “Madinah” saya lihat dicovernya disebut kalau buku itu dilengkapi dengan Piagam Madinah. Penasaran saya langsung buka halaman tentang Piagam Madinah tersebut. Lama saya mendengar ulasan tentang Piagam Madinah, tetapi saya tidak pernah melihat poin-poin Piagam Madinah itu. Pada kesempatan inilah saya baru membaca poin-poin Piagam Madinah.

Kaget saya lihat panjangnya pasal dalam Piagam Madinah itu. Semula saya pikir panjang Piagam Madinah kurang lebih sama dengan Pembukaan UUD 45 atau Pancasila. Tetapi ternyata Piagam Madinah sangat panjang, komprehensif dan sangat detail mengatur sebuah kesepakatan politik untuk hidup bersama. Dalam hitungan saya, kira-kira ada 47 pasal dalam Piagam Madinah itu.

Saya teringat pada pengetahuan selama ini yang menyebut bahwa Nabi Muhamamd itu seorang yang Ummi atau nabi yang tidak bisa membaca. Menurut saya, membuat sebuah perjanjian yang komprehensif, detail, sangat panjang, dan sering disebut terlalu modern untuk zamannya, mustahil bisa dilakukan oleh seorang yang tidak bisa membaca. Tentunya selain Nabi Muhammad perlu untuk waktu untuk merumuskan pasal-pasal perjanjian dalam Piagam Madinah, nabi juga tentunya sangat membutuhkan waktu untuk mempelajari dan mencerna pasal-pasal perjanjian itu. Hal itu sangat mustahil dilakukan oleh seorang yang tidak bisa membaca.

Butuh keahlian membaca dan mencerna untuk membuat dan menyepakati naskah kesepakatan secanggih Piagam Madinah. Apalagi dikemudian hari terbukti bila kesepakatan rancangan Nabi itu kemudian menjadi salah satu tonggak keberhasilan perjuangan nabi dan menjadi kajian  akademisi dunia internasional sampai saat sekarang

Karen Armstrong, penulis biografi Muhammad Sang Nabi, sangat sulit menerima bila yang dimaksud Nabi yang Ummi adalah Nabi yang tidak bisa membaca. Sementara pada sisi lain Nabi Muhammad adalah seorang pedagang. Bagi Armstrong kemampuan mengenal huruf dan angka adalah kemampuan dasar seorang pedagang. Agak mustahil seorang pedagang sukses seperti Nabi Muhammad tidak mempunyai keterampilan mengenal huruf dan angka.

Menemukan makna Nabi yang Ummi yang sesungguhnya, menurut Armstrong mestilah dilihat dalam perspektif sosial, budaya dan politik masyarakat Arab waktu itu. Dalam penelitian Armstrong ditemukan bila masyarakat Arab ketika itu adalah bangsa yang inferior dibanding bangsa Yahudi dan Romawi. Hal ini diantarnya dikarenakan karena kedua bangsa terakhir ini dikenal sebagai masyarakat yang masing-masing sudah memiliki Nabi, yaitu Nabi Musa dan Isa. Karena mereka memiliki Nabi, maka mereka mempunyai kitab suci yang menjadi kebanggaan dan simbol bahwa mereka adalah kaum yang telah diberi petunjuk oleh Tuhan.

Berbeda dengan bangsa Arab. Arab adalah bangsa yang tidak mempunyai Nabi. Ketika nubuwat tentang Nabi terakhir akan diutus Allah ke permukaan bumi, orang Yahudi dan Nasrani hakkul yakin kalau nabi yang dimaksud datangnya pasti dari kelompok mereka. Tidak mungkin dilahirkan dari orang Arab karena masyarakat Arab bukan masyarakat elite. Mereka masyarakat yang tidak punya kitab untuk dibaca.

Jadi yang dimaksud Nabi yang Ummi bagi Armstrong adalah, nabi yang diutus kepada kaum yang tidak membaca karena mereka tidak memiliki kitab suci sebagaimana dua kaum lainnya. Nabi yang Ummi bukan berarti Nabi yang tidak bisa membaca. Masyarakat Ummi juga bukan berarti masyarakat yang tidak bisa membaca, terlebih ketika itu orang Arab dikenal punya keahlian bersyair yang sangat canggih

Sayangnya Armstrong kemudian tidak mereview implikasi interpretasinya itu terhadap cerita lain tentang nabi. Dalam satu riwayatnya misalnya disebutkan ketika wahyu pertama turun di gua hira turun, Jibril pembawa wahyu menyuruh nabi membaca. Tetapi kemudian nabi menolak dan mengatakan kepada Jibril “Ma ana biqaari”, saya tidak bisa membaca, dengan berulang-ulang

Bandung, Juni 2011
Note : 
Bagi yang membutuhkan file piagam madinah, berikut ini link untuk bisa di download 

http://www.ziddu.com/download/15227706/117-piagam-madinah.pdf.html

READ MORE - Piagam Madinah dan Nabi Muhammad yang Ummi