Sunday 26 June 2011

Trend Komunikasi Dunia Maya dan Dampaknya pada Intesitas Interaksi Tatap Muka

PENDAHULUAN

Perubahan terbesar dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dalam pola-pola interaksi komunikasi terjadi sebagai akibat penemuan dan pertumbuhan internet. Penemuan internet dan pengembangannya yang begitu pesat telah mampu mengubah tatanan komunikasi antarmanusia, yang tadinya lebih mengandalkan interaksi tatap muka, kini bergeser ke arah penggunaan media, khususnya internet dan telepon seluler.

Internet memungkinkan hampir semua orang di belahan dunia mana pun untuk saling berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Fitur internet paling populer adalah e-mail, yakni sebuah fitur yang dipakai oleh pengguna internet untuk bertukar pesan dengan orang lain yang memiliki alamat e-mail, dan world wide web (www), merupakan sebuah sistem komputer yang sangat luas yang dapat dikunjungi oleh siapa saja dengan program browser dan dengan menyambungkan komputer pada internet. World wide web mulai tumbuh pesat setelah browser-browser seperti Mosaic, Netscape, dan Explorer muncul yang membuat www dapat diakses oleh siapa saja. Belakangan browser-broser semakin banyak varians-nya, sehingga khalayak lebih dimudahkan untuk melakukan komunikasi dalam dunia maya (cyber space).

Aktivitas komunikasi dalam dunia maya sekarang ini semakin luas penggunaan dan intensitasnya. Munculnya fitur-fitur jejaring sosial (social network) seperti Yahoo Messenger, Tagged, dan Facebook semakin memudahkan setiap orang untuk saling berkomunikasi secara personal melalui internet. Apalagi setelah media komunikasi personal seperti telepon seluler (handphone) menyediakan fasilitas untuk hal tersebut. Realitas komunikasi personal melalui internet sekarang ini sudah merupakan aktivitas rutin sehari-hari sejumlah besar orang, terutama di kawasan perkotaan dan kawasan lain di mana jaringan internet dapat ditangkap.

Maraknya penggunaan internet untuk berkomunikasi secara personal, terutama melalui facebook, dalam kehidupan sehari-hari seringkali meperlihatkan “pemandangan aneh”. Misalnya, orang-orang yang secara fisik berada dalam jarak yang amat dekat (bahkan saling berdampingan di dalam suatu ruangan) saling berkomunikasi melalui facebook; lebih aneh lagi berkomunikasi seperti itu juga terjadi pada keluarga yang berada dalam satu bangunan rumah yang sama.Di satu sisi, komunikasi personal melalui media banyak manfaatnya tetapi di sisi lainnya mengakibatkan semakin menurunnya interaksi fisik antarindividu yang berakibat pula pada semakin berkurangnya tingkat keakraban dan kepekaan interpersonal pada para pelakunya. Komunikasi cenderung lebih banyak berlangsung dan dipersepsi secara verbal, sedangkan isyarat-isyarat nonverbal (yang selama ini dipercaya lebih merepresentasikan kejujuran komunikasi) cenderung semakin ditinggalkan.

Kehadiran internet telah mampu mengubah komunikasi dengan beberapa cara fundamental. Media massa konvensional, seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi menawarkan model komunikasi “satu untuk-banyak”, sedangkan internet memberikan model-model tambahan: “banyak-untuk-satu” (e-mail ke satu alamat sentral, banyak pengguna yang berinteraksi dengan satu website) dan “banyak-untuk-banyak” (e-mail, milis, kelompok-kelompok baru). Internet menawarkan potensi komunikasi yang lebih terdesentralisasi dan lebih demokratis dibandingkan yang ditawarkan media massa sebelumnya. Internet memberikan perangkat paktis untuk menjadi penerbit tingkat dunia, yang dengan sendirinya merupakan sebuah perkembangan revolusioner. Internet juga memberikan kekuatan besar bagi anggota audiens perorangan, untuk dapat menemukan informasi-informasi yang sebelumnya tidak tersedia dan melakukan kontrol terhadap pesan-pesan yang akan terekspos kepadanya.

Selain itu, perkembangan baru dalam teknologi komunikasi (internet) juga menyebabkan perbedaan antara media massa semakin tipis dibandingkan sebelumnya. Banyak koran dan sumber siaran berita sekarang ini memiliki website yang mereka pakai untuk menyalurkan berita. Rangkaian komputer dan televisi juga semakin berpadu, contohnya Web-TV, yakni sebuah sistem yang di dalamnya kita dapat melengkapi TV dengan keyboard yang selanjutnya dapat digunakan untuk web/internet. Streaming Video juga memperkenalkan kemungkinan yang berbeda, yakni menonton TV melalui komputer di rumah atau di mana saja.

TREN KOMUNIKASI DUNIA MAYA

Istilah “dunia maya” pertama kali muncul dalam novel, Neuromancer, yang ditulis oleh William Gibson pada tahun 1984, di mana istilah tersebut merujuk pada jaringan informasi luas yang oleh para penggunanya disebut console cowboys akan “muncul”, atau koneksi langsung dengan sistem-sistem syaraf mereka (Severin and Tankard, 2008:445). Definisi yang lebih formal yang dikembangkan dari konsep Gibson tersebut dikemukakan oleh Benedikt (1991:122-123) yang menyatakan bahwa dunia maya adalah realita yang terhubung secara global, didukung komputer, berakses komputer, multidimensi, artifisial, atau “virtual”. Dalam realita ini, setiap komputer adalah jendela, dimana akan terlihat atau terdengar objek-objek yang bukan bersifat fisik dan bukan representasi objek-objek fisik, namun lebih merupakan gaya, karakter, dan aksi pembuatan data, pembuatan informasi murni.

Dalam pengertian umum sekarang ini, dunia maya adalah istilah komprehensif untuk world wide web, internet, milis elektronik, kelompok-kelompok dan forum diskusi, ruang ngobrol (chatting), permainan interaktif multi-player, dan bahkan e-mail (Turkle, 1995). Munculnya dunia maya berimplikasi pada munculnya komunitas maya (virtual communities). Komunitas maya adalah komunitas-komunitas yang lebih banyak muncul di dunia komunikasi elektronik daripada di dunia nyata. Ruang chatting. e-mail, milis, dan kelompok-kelompok diskusi via elektronik adalah beberapa contoh tempat-tempat yang dapat dipakai oleh komunitas untuk saling berkomunikasi. Orang-orang yang tinggal di berbagai penjuru dunia yang memiliki ketertarikan yang sama dapat berkumpul untuk membicarakan topik yang menarik perhatian bersama tersebut dalam dunia maya.

Fitur internet tertentu memungkinkan kita melakukan interaksi dengan cara-cara baru dan menarik. Chat-room atau ruang ngobrol memungkinkan kita berkomunikasi langsung dengan orang lain yang belum kita kenal. Game (permainan) interaktif multiplayer memungkinkan kita melakukan peran-peran fantasi dan mengeksplorasinya dengan orang lain. Realitas inilah yang dikenal dengan istilah hiperrealitas (hyper-reality) atau realitas semu.

Fenomena komunikasi melalui internet sekarang ini bagi sebagian orang tampaknya lebih menarik daripada berkomunikasi secara langsung tatap muka. Gejala inilah yang oleh Walther (1996) disebut sebagai komunikasi hiperpersonal, yakni komunikasi dengan perantara internet yang secara sosial lebih menarik daripada komunikasi langsung. Selanjutnya diungkapkan, ada tiga faktor yang cenderung menjadikan partner komunikasi via komputer lebih menarik: (1) E-mail dan jenis komunikasi lainhya memungkinkan prewentasi diri yang sangat selektif, dengan lebih sedikit penampilan atau perilaku yang tidak diinginkan dibandingkan komunikasi langsung. Dengan kata lain, Anda tidak perlu repot menata perilaku visual ketika berkomunikasi melalui internet. (2) Orang yang terlibat dalam komunikasi via komputer kadang kala mengalami atribusi yang berlebihan yang di dalamnya mereka membangun kesan stereotipe tentang partner mereka. Kesan-kesan ini sering mengabaikan informasi negatif, seperti kesalahan cetak, kesalahan ketik, dan sebagainya. (3) Ikatan intensifikasi bisa terjadi yang di dalamnya pesan-pesan positif dari seorang partner akan membangkitkan pesn-pesan positif dari rekan komunikasinya.

Sebagaimana halnya komunikasi yang sasarannya personal, komunikasi hiperpersonal pun disinyalir akan mampu menciptakan keakraban, bahkan keintiman di antara partisipannya. Hanya saja keintiman yang terjalin belum tentu bersesuaian antara yang terjadi dalam realitas dunia maya (hiperrealitas) dengan realitas yang sesungguhnya. Apabila dalam komunikasi interpersonal keintiman yang terjalin itu benar-benar nyata dan empirik, dalam komunikasi hiperpersonal hal itu lebih bersifat semu dan cenderung dilebih-lebihkan. Sebagai contoh, komunikasi yang terjadi di antara dua orang melalui chatting-room, misalnya melalui facebook atau yahoo massenger dapat memuat pesan-pesan yang dipertukarkan yang sangat intim dan sangat pribadi, tanpa harus saling mengenal lebih dahulu satu sama lainnya.

Realitas tersebut sekarang ini benar-benar sudah menggejala dan tampaknya akan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Apabila memang demikian, maka komunikasi interpersonal yang semula lebih menekankan pada adanya interaksi tatap muka (face to face interaction), tampaknya akan lebih banyak berlangsung melalui media. Dalam keadaan demikian, maka apa yang kita namakan sebagai komunikasi medio tampaknya akan lebih eksis dibanding dengan komunikasi interpersonal konvensional.

PENUTUP

Pergeseran cara dan gaya komunikasi intetrpersonal, dari yang semula lebih mengandalkan interaksi tatap muka ke arah komunikasi bermedia, secara logis menuntut para ilmuwan komunikasi untuk mengkaji kembali teori, konsep, dan model komunikasi interpersonal yang selama ini sudah ada. Diperlukan adanya penelitian atau kajian yang komprehensif tentang bagaimana sesungguhnya praktik komunikasi itu berjalan sehubungan dengan pesatnya perkembangan teknologi. Dengan demikian, realitas komunikasi yang terjadi sekarang dan di masa yang akan datang benar-benar dapat dijelaskan dengan teori, model, dan konsep ilmiah yang relevan.

Hal ini jelas merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi para peneliti komunikasi untuk mengembangkan kedisiplinan ilmu komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Benedikt, M. (1991). Web Developer.com: Guide to Streaming Multimedia. New York: John Wlley.

Severin, W.J. and J.W. Tankard, Jr. (2008). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Cetakan Ke-3. Jakarta: Prenada Media.

Turkle, S. (1995). Life on the Screen: Identity in the Age of the Internet. New York: Simon and Schuster.

Walther, J.B. (1996). Computer-Mediated Communication: Impersonal, Interpersonal, and Hypersonal Interaction. Communication Research, 23 (1): 3-43.

Sumber ; http://dankfsugiana.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment