Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya. “Hai anak-anaku, pergilah kamu, carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum kafir (Yusuf [12]: 86-87)
Setiap orang pasti mengalami masa susah dan sedih. Perbedaannya adalah cara menghadapi kedua masa tersebut. Ada yang apatis, putus asa dan berdiam diri. Alih-alih menjadikan kedua masa ini sebagai momen melakukan lompatan, mereka justru stagnan dan mundur. Meskipun keadaan gelap, tetapi diam tidak mencari cahaya. Ada juga yang positif dan optimis. Mereka menggunakan masa ini sebagai momen melakukan lompatan sehingga bisa kembali unggul.
Merujuk ayat diatas, maka yang mesti kita lakukan ketika dalam kesulitan adalah seperti ditunjukan Nabi Yakub; Berusaha, berdoa lalu menyerahkan segalanya kepada Allah atau tawakal. Secara etimologis tawakal berasal dari kata attawakul berkata dasar wakala yang berarti menyerahkan, meninggalkan. Tawakal berwazan tafa’ulun dari kata al wakalah atau al wikalah yang berarti memperlihatkan ketidakmampuan dan bersandar pada orang lain. Menurut terminologi tawakal adalah membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain Allah swt dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada Allah swt.
Menurut Syaikh Yusuf AlQardhawi orang yang senantiasa bertawakal akan memiliki: sakinah nafsi, kedamaian jiwa, dan tumaninah qalbi, ketenangan hati. Orang bertawakal selalu merasa Allah di dekatnya. Meskipun dikelilingi kesusahan dan kesedihan, dia yakin bahwa Maha Pencipta mempunyai skenario terbaik bagi kehidupannya. Allah tidak akan pernah menjerumuskan hambanya yang selalu mencintainya.
Sifat kedua orang tawakal adalah kekuatan ruhaniah yang sangat besar. Seberapapun besar kesulitan hidup yang dihadapinya, orang tawakal selalu berkekuatan menghadapinya. Kekuatan yang tidak ada pernah habisnya karena berasal dari Illahi Rabbi. Karena kemampuannya untuk melawan setiap rintangan hidup inilah kemudian orang bertawakal mempunyai sifat yang ketiga dihadapan masyarakatnya; kemuliaan. Orang tawakal tidak pernah menyandarkan dirinya kepada kekuatan selain kekuatan Allah tidak pernah menghindar setiap kesusahan yang ada. Kemulian tidak pernah ditentukan oleh jumlah harta yang dimiliki, tetapi ditentukan oleh kualitas hidup yang kita praktekan di masyarakat.
Karena sudah menggantungkan semua kepada Allah maka sifat selanjutnya orang yang bertawakal adalah mereka orang-orang yang akan merasakan ridho Allah. Ridho Allah adalah puncak dari segala apa yang kita persembahkan kepada yang Maha Kuasa. Tidak ada hal yang lebih menggembirakan bagi kita selain kalau kita mendapatkan ridho Allah atas segala yang kita lakukan.
Karena semuanya hanya dia dedikasikan untuk memperoleh ridho Allah, maka orang tawakal akan menjadi pribadi yang selalu bersemangat menjalani hidup. Segala kesusahan, penderitaan dia jalani dan hadapi semata mengabdi pada yang khalik. Tak ada yang tidak akan disesalkan atas segala keputusan dan tindakan yang telah dia perbuat, karena semuanya dia niatkan untuk mendapatkan restu dari Yang Maha Pencipta. Hidup menjadi senang, mudah dan menyenangkan bagi insan yang bertawakal. Hal inilah yang didamba setiap insan di dunia.
No comments:
Post a Comment