“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati
dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan
dengan sempurna balasanmu.
Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga,
sungguh dia memperoleh kemenangan.
Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya”
(Quran, Ali Imran [3]: 185)
Kematian adalah hal yang pasti menghampiri. Siapapun dan apapun dia, tidak akan pernah bisa menghindari kematian. Selain perbedaan cara berjumpa Izrail, maka perbedaan orang menghadapi kematian adalah cara pandang dan mempersiapkan diri menghadapi kematian. Ada yang melihat kematian sebagai gerbang menuju keabadian sehingga dia mempersiapkan diri secara benar dan sungguh-sungguh. Ada juga yang menganggap kematian sebagai peristiwa alam biasa. Bila yang pertama disebut orang beragama, maka yang kedua disebut orang sekuler.
Nabi Isa Alaihisalam pernah menceritakan salah satu fragmen kehidupan penghuni surga. Pada suatu waktu sekelompok penghuni surga berkumpul. Mereka bercanda dan bergembira menjalani kehidupan surga. Ketika mereka berkumpul, datanglah malaikat ikut bergabung. Ketika malaikat bergabung itulah tiba-tiba seorang penghuni surga mengajukan permintaan. “Wahai malaikat, kami bersenang-senang dan bergembira di surga ini tetapi kami tidak tahu bagaimana keadaan anak cucu kami di dunia. Maukah engkau memperlihatkan kepada kami sebentar saja keadaan anak cucu kami di dunia”?
Malaikat tidak keberatan. “Mendekatlah ke jendela surga itu, nanti akan saya perlihatkan bagaimana kehidupan anak cucu kalian di dunia”. Para penghuni surga pun berbondong-bondong mendekati jendela yang ditunjuk malaikat dan menyaksikan kehidupan anak cucu mereka di dunia.
Ketika waktu habis dan jendela surga ditutup, terlihat dua ekspresi penghuni surga yang sangat kontras. Satu kelompok terlihat tetap ceria dan gembira, satu kelompok lainnya terlihat sangat murung, sedih bahkan terisak menangis sesenggukan. Malaikat keheranan dan menanyakan hal itu kepada mereka.
Penghuni surga yang menangis punya jawaban sama. “Kami sedih melihat kehidupan anak cucu kami. Kami kira kekayaan yang kami tinggalkan akan menghindarkan mereka dari kesusahan dunia. Tetapi justru warisan kami menjadi sumber malapetaka. Persaudaraan menjadi mahal dan fitnah-memfitnah menjadi sangat mudah. Bahkan anak cucu kami sudah melupakan Maha Pencipta” Jelas penghuni surga sambil sesenggukan.
Adapun kelompok penghuni surga yang ceria menjelaskan kepada Malaikat. “Kami sangat gembira melihat kehidupan anak cucu kami. Mereka terlihat gembira, rukun, saling membantu dan menebar kebaikan. Pilihan kami mewariskan pendidikan dan keimanan sesuai dengan yang kami harapkan”
Kematian adalah sesuatu yang pasti. Banyak hal yang mesti kita persiapkan untuk menghadapi kematian. Persiapan yang tidak hanya akan berakibat bagi kehidupan kita, tetapi kehidupan orang-orang yang kita cintai
No comments:
Post a Comment