Tuesday, 24 May 2011

Membicarakan Kembali Arti Fundamentalisme

Ketika tindak kekerasan yang berkaitan dengan agama atau sebuah kelompok agama terjadi, istilah fundamentalisme pun kembali menjadi perbincangan publik. Masyarakat mengkaitkan aksi-aksi kekerasan berlabel agama, atau yang berkaitan dengan beberapa kelompok agama, sebagai perilaku fundamentalisme agama. Seperti saat sekarang, ketika masyarakat dikejutkan dan riuh membicarakan tertangkapnya Osama bin Laden.

Tetapi sayangnya perbincangan tentang fundamentalisme sering menjadi perbincangan yang tidak menyeluruh dan berujung pada salah faham. Fundamentalis menjadi kata yang sangat menyeramkan bila didengungkan. Bagi masyarakat umum fundamentalis adalah istilah yang merujuk kepada orang-orang yang berlebihan dalam beragama. Sedangkan bagi yang dituduh fundamentalis, mereka semakin tertantang menunjukan identitas dirinya yang dalam berbagai hal menjadi sangat berlebihan dan tidak proporsional. Hal ini tentunya menjadi sangat merugikan bagi kehidupan sosial kita

Setidaknya ada tiga hal yang sering menjadi kesalahfahaman publik tentang makna fundamentalis. Pertama makna asasi dari fundamentalisme itu sendiri; kedua fundamentalisme yang selalu dikaitkan dengan tindak kekerasan; ketiga fundamentalisme yang diidentikan dengan Islam. Ketiga kekeliruan diatas bisa disebabkan oleh bahasa ataupun karena minimnya perbincangan yang jernih akan hal ini sehingga semuanya menjadi kabur.

Arti dasar Fundamentalis

Fundamentalis adalah istilah merujuk kepada orang yang berperilaku sangat fundamental. Orang fundamentalis adalah orang yang melaksanakan hal yang sangat fundamental atau mendasar. Dalam hal ini bila dikaitkan dengan fundamentalisme islam, maka fundamentalis adalah orang yang memegang, mempercayai dan melaksanakan hal yang sangat mendasar dalam ajaran Islam; Quran dan Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam

Kelompok muslim manapun di dunia tidak ada yang membantah bila Quran dan Hadits disebut sebagai sumber utama rujukan agama Islam. Semuanya boleh berbeda faham dalam hal-hal yang bersifat furu’, cabang, tetapi hal yang fundamental bahwasannya Quran dan Sunnah sumber rujukan tidak dapat dibantah. Maka pada titik ini bisa dikatakan bahwa semua muslim adalah fundamentalis dan menjadi muslim mesti menjadi seorang fundamentalis.

Realisasi di lapangannya menjadi berbeda ketika setiap “fundamentalis muslim” mengaktualkan apa yang dimaksud dengan Quran dan Sunnah sebagai rujukan. Ada kelompok yang menganggap bahwa kedua rujukan tersebut hanya memberikan guidence dan prinsip dasar dalam kehidupan. Diperlukan analisa lanjutan untuk merumuskan petunjuk dasar yang telah diberikan kedua sumber rujukan umat Islam tersebut sehingga bisa lebih operasional di lapangan.

Sedangkan di pihak lain ada kelompok yang melihat uraian Quran Sunnah sudah merupakan petunjuk itu sendiri. Penguraian atau teoritisasi hanyalah mereduksi makna agung kedua rujukan itu. Pola interpretasi kelompok ini disebut dengan tafsir literalis atau harfiah. Mengambil rigid apa yang termaktub, berbeda dengan kelompok sebelumnya. Oleh karena itu demokrasi bagi kelompok pertama absah karena sesuai dengan prinsip dasar Al Quran sedangkan kelompok satu lagi Demokrasi adalah kafir dan munkar karena tidak ada petunjuknya dalam Quran Sunnah.

Fundamentalisme dan Kekerasan

Selain arti dasar yang juga kabur, masalah lain yang sering dikaburkan dalam istilah fundamentalis adalah fundamentalisme yang bertautan dengan kekerasan. Seolah seorang yang disebut fundamentalis pasti melakukan kekerasan dan aksi teror. Setidaknya hal ini dilihat masyarakat dari beberapa kali teror bom yang dilakukan sekelompok teroris yang disebut sebagai gerakan fundamentalis.

Bila merujuk kepada makna dasar diatas, maka sebetulnya fundametalis tidak selalu koheren dengan aksi kekerasan. Fundamentalis bukan berarti orang yang sedang mengangkat senjata untuk menegakan nilai-nilai agama, juga berarti sekelompok eksekutif yang tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu disela kesibukannya, mereka yang mungkin berpakaian mengadopsi bulat-bulat zaman nabi, atau mereka yang berniaga di pasar dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip ekonomi dalam al Quran. Semuanya bisa bermakna luas.

Pada titik lain mungkin saja fundamentalis dikaitkan dengan kekerasan. Hal ini merujuk pada gerakan kelompok-kelompok masyarakat yang ingin membumikan nilai-nilai agama dengan melakukan aksi kekerasan atau teror. Tetapi sesungguhnya bila kita melihat lebih jauh, beberapa gerakan fundamentalis juga tidak mengikut sertakan kekerasan dalam aksi-aksi mereka.

Ikhwanul Muslimin yang sering dituduh barat sebagai sebagai gerakan fundamentalisme Islam, pada dasarnya sangatlah akomodatif mengikuti semua prosedur demokrasi yang dianut sebuah negara. Di Indonesia sebagai contoh. Partai Keadilan Sejahtera yang dianggap sebagai diaspora global gerakan Ikhwanul Muslimin, terbukti sangat menerima dan mengikuti semua prosedur perjuangan ide melalui parlemen atau merebut kursi kekuasaan secara legal dan syah. Bahkan mereka terlibat aktif dalam gerakan-gerakan sosial di tengah masyarakat.

Adapun gerakan senjata Ikhwan di Palestina, pada dasarnya mesti dilihat secara lebih utuh dan jujur. Palestina adalah area konflik dimana penyelesaian melalui jalur diplomasi hanya lipstik dan memperpanjang penderitaan masyarakat. Konstelasi dunia sudah menyudutkan rakyat Palestina sedemikian rupa dalam posisi tidak diuntungkan. Perlawanan senjata adalah tumpuan terakhir ketika seluruh saluran dialog yang ada macet, tidak menghasilkan apa-apa kecuali keuntungan satu fihak.

Selain dari itu bila spektrum pandangan kita terhadap gerakan Ikhwan di Palestina dikembangkan lebih luas, kita akan menemukan profile Ikhwan yang lain. Hamas, baju Ikhwan di Palestina, pada dasarnya tidak identik dengan senjata. Hamas terlibat aktif dalam dunia keagamaan, pendidikan dan kesehatan di Palestina. Pola gerakan seperti inilah yang menjadikan Hamas sebagai kelompok oposisi yang mendapat tempat lebih di masyarakat dibanding kelompok oposisi lainnya.

Yusril Ihza Mahendra, mantan Menkumham yang menyusun disertasi tentang gerakan fundamentalisme Islam, memberikan daftar lain kelompok-kelompok masyarakat di dunia yang dituduh sebagai gerakan fundmantalis Islam tetapi mereka tidak mengangkat senjata dalam memperjuangkan ide-idenya.

Jama’ah Islam di Pakistan (bukan Jama’ah Islamiyah) adalah gerakan fundamentalis elite Pakistan dengan jumlah sedikit yang hampir-hampir tidak terlibat dalam aksi kekerasan. Begitu juga dengan partai fundamentalis PAS di Malaysia. Walaupun mereka seringkali menyerang kebijakan perdana Menteri Mahathir Mohammad dan partai UMNO dan menuduhnya sekular dan ashabiyah, tetapi PAS tetap menempuh cara-cara demokratik dalam mencapai tujuannya (Mahendra, 1996;108)

Fundamentalisme dan Islam?

Hal yang juga tidak pernah absen dalam perbincangan tentang fundamentalisme adalah irisannya dengan Islam. Seolah bila orang berbicara tentang fundamentalis maka orang sedang membicarakan Islam. Islam adalah fundamentalis begitu juga sebaliknya. Padahal hal ini bertentangan dengan fakta sejarah yang ada.

Penyebab dasar tumbuhnya fundmantalisme adalah kegamangan masyarakat dalam menghadapi serbuan modernitas yang sangat deras. Agama menjadi pegangan bagi masyarakat untuk memaknai fenomena baru ini. Tetapi kemudian terjadi konflik dalam diri ketika pola interpretasi mereka terhadap ajaran agama bertentangan dengan fenomena yang ada. Konflik tiada akhir inilah kemudian yang menyebabkan beberapa kelompok masyarakat menolak modernitas dengan segala apa yang mereka yakini.

No comments:

Post a Comment